Share

Mulai Terbuka Terhadap Arkan

Penulis: Nabila Rindra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-08 00:22:56

“Apa dia nunggu Keira?” gumam Hana.

Arkan menoleh, kebingungan melintasi wajahnya.

“Mas tahu kan mereka dekat?” tanya Hana memastikan.

Arkan mengangguk. Dia salah satu orang yang menjadi saksi seberapa dekatnya persahabatan antara Keira dan Ivan. Dia bahkan masih ingat saat-saat dulu ketika mereka semua berkunjung ke Solo dan Keira bersama sahabatnya itu telaten mengurus anak-anak Alina dan adik Ivan.

“Apa Mas juga tahu kalau Keira suka sama Ivan?” tanya Hana lagi.

Satu alis Arkan terangkat. Dia memang tahu Ivan dan Keira berteman sejak kecil, tapi tidak pernah berpikir sampai ke sana dimana adiknya menyukai sahabatnya sendiri.

“Mas Arkan?”

“Mas gak tahu, Han. Mas tahunya mereka akrab.” Arkan menjawab terbata-bata.

Hana mengerucutkan bibir. Kalau begini, jangankan Arkan, dirinya sendiri pun tidak tahu harus bereaksi bagaimana lagi.

“Tapi Mas udah ada lihat tanda-tandanya dari tahun lalu sih,” ungkap Arkan kemudian.

Hana menunggu dengan sabar di sebelahnya.

“Mas pernah mergokin Ivan no
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Dikuntit

    “Kamu mau sesuatu?”Hana yang bersandar di tempat tidur menggeleng. Tubuhnya lemas luar biasa setelah muntah-muntah karena mencium aroma masakan yang menguar hingga ke seluruh penjuru rumah. Di depannya, Arkan menyodorkan segelas air hangat sebelum memijat kakinya.“Hari ini Mas ada acara?” tanya Hana. Suaranya terdengar serak.Arkan menggeleng. Ditunjuknya laptop di sofa dan berkata, “Mas harus lanjutin laporan buat besok.”Hana mengangguk. Didongakkannya kepala, menahan pusing yang menyerang kepalanya.“Kamu baik-baik aja?” tanya Arkan khawatir.Hana baru akan menggeleng saat ponselnya bergetar. Arkan menatap benda pipih itu sejenak, lalu meraihnya dan membaca nama penelepon.“Fahmi, Han.”Hana mengerjapkan mata.“Mas aja yang angkat,” ucapnya pelan. Ditekuknya kedua lutut dan membenamkan kepala.Arkan menimbang sejenak, kemudian bangkit dan keluar kamar. Tiba di balkon, disentuhnya ikon telepon berwarna hijau dan menempelkan ponsel di telinga.“Halo. Assalamu’alaikum.”“Wa’alaikums

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Histeria Keira

    “Sisi lain Mas Arkan yang baru aku tahu tuh ternyata bucin ya.”Arkan yang tengah menyendok keripik ke dalam plastik menoleh. Tak jauh darinya, Keira asyik melihat-lihat berbagai kotak kaca yang berisi makanan beraneka macam. Tatapan Arkan turun ke tangannya yang berisi berbagai macam makanan.“Ini bukan bucin, Kei,” balas Arkan. “Nanti kalau kamu udah nikah dan pengen sesuatu, kamu pasti bakalan minta suamimu buat beliin apapun yang kamu mau ke luar.”Keira mencibir. “Masa sih?”“Mas yakin sih, kamu bakalan minta macam-macam ke Ivan nanti. Kamu kan manja.”Pipi Keira merah padam seketika. Dibalikkannya badan, membiarkan Arkan sibuk dengan belanjaannya.Saat dia berbalik lagi, gadis itu dibuat kaget dengan makanan yang menumpuk di nampan.“Mas lapar atau udah seminggu gak makan?” ejek Keira.“Buat persediaan Hana di atas, biar dia gak nekat turun karena lapar pas gak ada orang di rumah,” balas Arkan cuek. “Kamu mau beli sesuatu gak?”“Beli apa?” tanya Keira balik.Arkan mengembuskan n

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Perdebatan Via Live I*

    “Mas kok lama?” protes Hana begitu dia tiba di lantai tiga. Kali ini, istrinya berkumpul bersama Aisyah, Zara, dan Salwa yang sibuk mengobrol.Arkan meletakkan toples berisi kerupuk ikan di depan Hana sambil berkata, “Mas beliin banyak jajanan buat kamu, jadi maaf ya kalo lama.”“Mas beli apa aja?” tanya Hana sebelum menyeruput teh-nya.“Ya banyak pokoknya. Mas simpan di kamar semua, jadi kamu gak perlu turun kalo pas semua orang lagi ngaji.”Hana mengangguk. Dibukanya toples, mengucapkan bismillah, kemudian mulai melahapnya pelan-pelan.“Umi lagi nulis apa?” tanya Arkan.Salwa mendongak, menjawab lembut, “Daftar penerima bantuan buat anak yatim tahun ini.”Arkan berusaha mengintip, namun bahunya ditampar pelan oleh Zara.“Mau tahu aja,” ejeknya.Arkan mencibir, lalu menatap istrinya yang sibuk membaca buku fiqih sambil makan. Dehaman iseng Zara membuat Arkan menoleh.“Mbak iri?” tanya Arkan.Zara menggeleng, tampangnya terlihat polos luar biasa. Salwa dan Aisyah mengulum senyum, seme

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Pengakuan Hana

    Ba'da shalat Maghrib, seperti biasa Hana bersantai di sofa sambil mengulang kembali hafalannya. Sesekali ditatapnya keramaian di halaman, lantas memperbaiki posisi. Kali ini menurunkan tangan dan mengelus perut.Sepanjang hari, hatinya terus merasa bahagia. Selain karena Arkan menemaninya seharian di rumah, pria itu begitu menjaganya dan tidak sekalipun jauh-jauh darinya. Bahkan saat Hana bersandar di bahunya sambil memperhatikan layar laptop dan bertanya-tanya tentang pekerjaannya, tidak sekalipun Arkan menggoda maupun protes. Malah menjawab dengan sabar, mendekap bahunya semakin erat, dan sesekali mencium dahinya.Bersama Arkan, Hana perlahan mulai melupakan satu per satu masa lalu buruknya. Tingkah Arkan yang tak pernah berhenti membuatnya tertawa, tersenyum, dan mengomel sedikit demi sedikit membuat Hana bisa berdamai.Setiap harinya, Hana tidak pernah berhenti berdoa agar pernikahan mereka awet hingga ke surga. Setiap harinya pula, dia selalu berharap agar selalu bisa membahagiak

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Rencana Perjalanan

    “Itu apa, Mas?” tanya Hana saat Arkan menekuni catatan di sebelahnya.“Daftar acara. Sepanjang minggu di bulan depan, Mas harus ngisi kajian kitab kuning, seminar, dan ceramah penting di beberapa kota.” Arkan mencoret-coret kertasnya sejenak, lalu melanjutkan, “Nanti kita tanya dokter Fiona apa kamu udah boleh pergi jauh.”Hana terkejut. “Aku boleh nemenin Mas?”Arkan mengangguk.“Nanti kita sekalian jalan-jalan. Mau kemana? Mas turutin.”Hana tidak menjawab dan malah menyandarkan kepala di lengan Arkan. Pria itu tersenyum, lalu melingkarkan lengannya yang lain ke bahu istrinya sambil terus menulis.“Aku seneng. Akhirnya gak terkurung di kamar ini lagi,” bisiknya.Arkan tertawa. Ditundukkannya kepala dan mencium dahi Hana.“Kan ini buat kebaikanmu juga.”Hana mengangguk. Dilepasnya pelukan Arkan dan merebahkan kepala di paha suaminya.“Mas.” Arkan ber-hmm.“Aku cinta sama Mas.”Bibir Arkan tak kuasa menahan senyum. Dikecupnya dahi Hana dengan lembut, lalu merapikan rambut istrinya ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Teror (2)

    Paginya saat semua orang sudah berangkat bekerja dan Hana sudah menyelesaikan hafalannya, mendadak ponselnya kembali berdenting.Hana meletakkan bukunya, lalu meraih ponsel dan membukanya dengan malas-malasan. Bibirnya menggumam, ‘Dari kemarin kerjanya ganggu mulu.’[Dasar sundal!]Sekujur tubuh Hana merinding. Tangannya bahkan bergetar hebat, takut membaca pesan teror tersebut.“Ning mau makan sekarang?” tanya Nina yang kebetulan naik untuk mengambil baju kotor anak-anak.Hana menggeleng. Ditunjuknya toples makanan.Nina tidak menjawab lagi dan menunduk sopan sebelum akhirnya pergi. Hana kembali meraih buku fiqih tentang shalat dan lanjut membacanya.“Permisi, Ning. Ada paket buat Ning Hana.” Mendadak Latifah naik dan mengangsurkan sebuah benda seukuran novel ke depan Hana.Hana seketika mengelap tangan dengan tisu, kemudian menerimanya dan bertanya ramah, “Dari siapa, Mbak?”“Saya gak tahu, Ning. Tadi dikasih satpam yang jaga di depan.”Hana diam sejenak, lalu meraih cutter dari lem

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Menemani Arkan Menghadiri Acara Penting

    Satu bulan kemudian...“Yee, jalan-jalan!”Hana tertawa saat Keira memasuki bangku belakang dengan riang. Di bangku tengah, ada Zara yang sibuk bekerja. Sementara di luar, Arkan dan Faris bolak-balik mengambil barang dari teras menuju mobil.“Kei, jangan lompat-lompat. Kalau masih berisik, mendingan kamu tinggal di rumah aja,” omel Zara tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.Hana terkekeh, lalu kembali bersandar dan melanjutkan hafalannya. Di luar, santri-santri yang baru kembali dari sekolah siang sesekali melirik ke arah mobil. Tak lama, Naura masuk dan ikut duduk di sebelah Keira.“Tadi aku jajan dulu,” tutur Naura tanpa diminta. “Ada yang mau?”“Mbak mau.” Zara menjulurkan tangan, namun Naura membuka plastik dan meletakkannya di meja yang membatasi antara kedua bangku. Gadis itu lalu bersandar sambil memainkan ponselnya.“Tadi Umi nitip pesan supaya Hana nanti jaga makan. Jangan jajan sembarangan.” Naura kembali berkata.Hana mendecak. “Gak bisa cobain bakwan malang dong nanti.”

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Menemani Arkan Menghadiri Acara Penting (2)

    “Setiap orang punya keahlian, Mbak.” Hana tertawa. “Pilihannya ada dua; dia mau mengembangkan dan memanfaatkannya jadi sumber penghasilan atau dibiarin layu dan mati. Aku yang pertama, Mentari yang kedua.”“Kalau punya semangat, dia bisa jadi Antoni Gaudi abad 21. Atau Michelangelo versi perempuan. Tapi dia lebih suka santai dan dilayani. Ya aku bisa apa.” Hana tertawa lagi. Di dalam hati, dia memuji diri sendiri yang sudah lebih tenang saat bercerita tentang keluarganya. Mungkin ini semua karena kesabaran Arkan yang begitu besar terhadap dirinya.Pukul setengah empat sore, satu jam pertama setelah perjalanan, Arkan membelokkan mobil ke sebuah pom bensin. Zara dan Faris meloncat turun, pamit hendak ke kamar kecil yang berada di minimarket tak jauh dari tempat pengisian bensin.“Kamu mau dibeliin sesuatu?” tanya Arkan setelah menepikan mobil. Di belakang, Naura dan Keira adu mulut sejenak sebelum turun berdua dan berlari menuju minimarket.“Kita udah punya banyak makanan di belakang.”

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11

Bab terbaru

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Alina

    “Kakak lihat gak sih kalau mereka merhatiin kita terus?”Fauzan mengangguk, matanya tidak lepas dari laptop.“Buat apa sih dia masukin anaknya ke ponpes Al Mulk juga? Memangnya dia gak punya tujuan lain gitu? Atau dia ngelakuin ini karena pengen gangguin kita lagi? Bisa jadi begitu kan? Orangtuanya udah gak ada lagi, semua fasilitasnya udah balik, dan Rafika bahkan juga udah gak ada. Dia gak punya alasan buat gak ngelakuin apapun rencana buruknya,” ucap Alina geram. Dia terus saja mondar-mandir keliling kamar, membuat Fauzan pun tidak nyaman. Tapi dia tahu Alina begitu karena gelisah memikirkan keadaan putra mereka nanti.“Nanti kalau Raza diapa-apain anaknya gimana? Dari tadi siang aja kelihatan jelas kalau mereka terus merhatiin kita. Terus laki-laki itu berani banget deketin Raina. Memangnya dia gak takut dikeroyok orang-orang karena gangguin gadis muda gitu?” tanya Alina lagi. Dia kemudian merebahkan diri di sebelah Fauzan dan memainkan rambut merahnya yang mulai memutih.“Udah ng

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Ketakutan Raina

    Baru mereka sadari kalau Gabrielle memang tidak berhenti memperhatikan keluarganya. Bahkan ketika Raina mencoba mengingat-ingat lagi interaksinya dan Raza dengan Fathan dan Asyraf tadi, dia baru tahu kalau ada yang memperhatikannya.“Mukanya serem banget, Kak. Kayak mau makan kita,” ucap Raina.“Kayak gimana orang yang merhatiin kalian itu?” tanya Najwa penasaran.“Mukanya garang, matanya tajam, terus ekspresinya kayak orang marah terus....”Najwa menggeleng. “Bukan itu maksud Mbak Najwa. Maksudnya, penampilannya kayak apa?”“Rambutnya dicat pirang, terus pakaiannya acak-acakan. Matanya merah kayak orang gak tidur. Terus,” Raina merendahkan suara dan mendekatkan kepala. “Ada bau menyengat dari arah mereka. Kayak bau rokok sama kayak aroma manis, tapi menusuk hidung gitu.”Najwa, Farah—kakak kedua Najwa, Azka, Ahmad, Aiman, dan Raza bertatapan.“Bensin kali. Atau bubble gum,” sahut Aiman.Raina menggeleng. “Enggak. Baunya lebih menyengat. Dan bau itu baru pertama kalinya aku cium.”Sem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Benci Yang Mengakar Dalam

    “Jangan sampai saya dengar kamu bikin masalah setelah sampai disana nanti. Saya gak mau denger pengaduan dari guru maupun pengasuhmu!”“Kalaupun Johan bikin ulah, memangnya Ayah peduli? Bukannya Ayah yang buang Johan ke sana supaya gak ngerecokin ayah lagi?” tantang Johan balik.Gabrielle mendelik. Dia sangat tidak suka mendengar nada menantang dari suara putranya, namun dia tidak bisa bertindak apa-apa disini. Dia tidak mau jadi tersangka kalau sampai menabrakkan mobil yang dikendarainya dan membuat Johan meninggal.Akhirnya mereka berdiam diri. Johan dengan pikirannya sendiri, sementara Gabrielle dengan angannya yang memikirkan Alina. Sekian lama sejak pertemuan terakhir mereka yang tidak mengenakkan, akhirnya dia melihat wanita itu lagi. Wanita yang dia cintai sejak kelas sebelas SMA, namun malah menikah dengan orang lain dan tega membuatnya gila. Atau setidaknya itu yang diyakini Gabrielle selama ini.“Apa istimewanya perempuan itu sampai ayah gak bisa move on?” tanya Johan mendad

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Drama Santri Baru

    “Johan gak mau, Ayah!”“Saya gak peduli! Saya sudah muak lihat muka kamu!” Pria berambut dicat pirang itu balas melotot. Dia kemudian menoleh pada panitia pendaftaran santri baru dan bertanya, “Dia bisa daftar disini kan?”Fikri—pengurus berkoko putih yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran mereka mengangguk patah-patah, ketakutan melihat ekspresi wali murid di depannya yang menyeramkan. Diberikannya formulir dan pulpen, kemudian melirik si calon santri baru yang mendelik penuh kebencian pada ayahnya.“Pak,” Mata Fikri menyipit membaca nama yang tertera di formulir. “Gabrielle.” Untuk sesaat dia tertegun, kemudian melanjutkan, “Njenengan asli Solo kah?”Gabrielle tidak mengacuhkannya dan terus menulis. Fikri memutuskan untuk tidak mencari masalah dan berpaling pada Johan. Namun, sebelum dia sempat berkata-kata, mendadak sepasang orangtua dan dua anaknya memasuki ruangan.“Assalamualaikum.”“Wa’alaikumsalam.”Karena ruangan sedang penuh, keluarga itu duduk di bangku tunggu sambil mem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Arkan

    “Duduk dulu, Mas.”Arkan tidak mengacuhkan panggilan Keira dan terus mondar-mandir. Sesekali dia berhenti dan menempelkan telinga ke kaca UGD, namun tidak ada yang bisa didengarnya.“Kaca UGD itu tebel. Suara dan kegiatan apapun yang terjaid di dalam gak bakalan bisa diketahui orang luar,” komentar Ivan.Arkan berhenti dan kembali mondar-mandir. Kali ini dia melepas peci dan menyugar rambutnya yang keriting kecoklatan.“Padahal sebelum berangkat Hana baik-baik aja. Kenapa tiba-tiba kondisinya menurun lagi?” tanya Salwa penasaran.Alissa dan Azzam tidak bisa menjawab. Mereka pun baru tahu tadi kalau pneumonia Hana kembali parah. Wanita itu bahkan muntah darah setelah sebelumnya makan siang bersama keluarga mereka.“Njenengan jangan nyalahin diri sendiri, Bu.” Salwa berkata saat melihat Alissa yang tidak berhenti menunduk dan mengusap matanya. “Ini sama sekali bukan kesalahan Njenengan.”“Tapi saya lalai menjaga dia, Bu. Ibu macam apa saya yang ngebiarin anaknya yang lagi sakit untuk pe

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Omelan dan Nasihat Humaira

    “Mbak Aira tahu kamu mau bahas apa.” Baru saja duduk, Hana sudah disuguhi ekspresi Aira yang tidak enak dilihat. “Kenapa kamu gak terus terang aja sekalian?”“Memangnya beliau mau denger?” tanya Alina balik. Dipanggilnya penjaga kantin dan minta dibawakan dua botol teh dingin. “Sampe mulutku berbusa pun Mama gak bakalan mau ngerti. Yang ada beliau malah playing victim, nyari pembenaran, lalu ngatain aku ngegas dan gak sopan.”Hana yang tidak tahu hendak melakukan apa hanya memainkan kotak tisu yang diletakkan di meja kantin.“Bukannya Mbak Aira gak mau dengerin, Nduk. Tapi gimana ya....” Aira bergerak-gerak salah tingkah, lalu melirik Hana sekilas sebelum kembali menunduk menekuni mangkuk sotonya. “Mau ngatain mamamu, nanti Mbak Aira dibilang guru yang ngajarin hal buruk. Gak bertindak, misalnya menjauhkan kamu dari beliau, kamunya makin tersiksa.”Alina mengangguk.“Mbak masih inget kejadian waktu mamamu gak percaya kamu....”“Godain laki-laki lain di luar, padahal Umi udah nyiapin p

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kemarahan Alina

    “Gimana kabar keluarganya Mbak Alina?”“Ya begitu-begitu aja. Kamu berharapnya gimana?” balas Alina enteng. Sejak tadi, tangannya tidak berhenti memainkan tutup toples permen, membuat Hana gemas dan ingin melakban tangannya sekalian.“Mbak Alina bisa untuk gak peduli sama mereka lagi?”Alina mendongak, kebingungan tersorot dari iris matanya yang berwarna hijau.“Maksudku, Mbak Alina bisa gak peduliin ucapan buruknya Mama lagi? Mau beliau nyumpahin Mbak Alin kek, mau ngata-ngatain Mbak Alin kek, gak usah dipeduliin. Anggap aja angin lalu....”“Memangnya kamu dulu bisa kayak begitu?” tanya Alina balik. “Empat tahun lalu kamu bisa diam waktu Tante Naira ngatain kamu? Aku udah diam hampir seumur hidupku, Han! Gak bisa disamain dengan kamu yang langsung ngamuk dan lempar-lemparin piring ke dinding!”Hana tertegun. Ini pertama kalinya dia melihat Alina hilang kendali, dan perasaan bersalah mulai menelusup masuk ke hatinya.“Berapa kali Mamaku bilang gak mau peduli lagi sama aku dan Mas Fauz

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Perhatian Kedua Putri dan Cerita Tentang Alina

    “Umi baik-baik aja?”Alissa mengangguk. Pandangannya tidak lepas dari Hana yang sibuk mengerjakan ini-itu. Ditepuknya space kosong di sebelahnya dan berkata, “Duduk sini, Nduk.”“Sebentar, Umi. Hana beresin obatnya dulu biar nanti gak ribet nyarinya.”“Biar aku aja, Mbak,” tawar Rayya.“Gak usah. Kamu duduk aja.”Rayya merengut, namun dia tidak melawan dan terus memijit kaki ibu mertuanya.“Sini dulu, Han.”Barulah Hana menghentikan pekerjaannya. Diletakkannya lap di pinggir meja dan duduk di sebelah Alissa.“Umi jangan sakit-sakit terus. Nanti kalau Umi sakit, gak ada yang bisa diajak ngobrol dan diskusi lagi,” ucap Hana sambil memperbaiki selimut.“Rayya sama kakak-kakakmu kan ada.”“Hana pengennya sama Umi.”“Arkan juga ada. Kenapa kamu nyarinya Umi terus?” tanya Alissa lagi.“Hana cuma bisa ketemu dia pas malam aja. Siangnya sibuk kerja terus.”“Mas Arkan kan kerja buat Mbak Hana sama anak-anak juga,” sahut Rayya.“Ya udah. Gak usah kerja aja kalau gitu. Di rumah aja,” balas Hana

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Takut Kehilangan

    “Mas mau pulang sebentar nengok anak-anak. Kamu mau disini?”Hana mengangguk.“Yakin? Kamu nanti sendirian lho. Mas-mas sama Mbak-mbak yang lain kan pada sibuk,” lanjut Arkan.“Nanti kalau Umi kebangun terus nyari aku, kasihan Mas. Abah juga belum balik dari mushola soalnya.”Arkan akhirnya mengangguk. Dipeluknya Hana erat-erat dan menciumi seluruh wajahnya, kemudian menatap ibu mertuanya yang tertidur pulas.“Kalau capek, langsung istirahat ya. Jangan maksain diri.”Hana mengangguk. Diantarnya Arkan ke luar, kemudian duduk di pinggir ranjang dan menatap wajah Alissa lekat-lekat. Tangannya lantas terulur dan meraih tangan Alissa dan menempelkannya di pipi.“Cepet sembuh, Umi. Jangan tinggalin Hana dulu,” bisik Hana pelan.Masih teringat jelas olehnya kejadian tiga jam lalu dimana Alissa ditemukan di kamar dalam keadaan pingsan. Seisi rumah seketika panik, dan Azzam yang baru pulang langsung membawanya ke mobil dan meminta Arkan untuk secepatnya ke rumah sakit.“Hana mohon, Ya Allah. J

DMCA.com Protection Status