Share

Bab 6

Penulis: Yeiron Jee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Karena kamu sudah pulih, apa rencanamu sekarang?” tanya Lutfi pada Stella.

Stella tersenyum dan menyentuh lembut pipi anaknya sebelum menoleh ke arah Lutfi. “Kami akan pergi ke luar negeri sebentar. Aku akan kembali ketika waktu yang disepakati tiba.”

Lutfi memandangi wajah cucunya, memperhatikan ketampanan dan hidung mancung anak laki-laki itu, yang sepertinya tidak mirip dengan keluarga mereka.

Stella masih merahasiakan identitas mantan suaminya dari Firdaus, dan Lutfi menghormati pilihannya, tetap bungkam. Dia sangat mencintai anak satu-satunya dan selalu memberikan semua yang diinginkannya. Satu-satunya penyesalannya adalah membiarkannya hidup sendiri sebelumnya. Pada saat dia menyadari dia telah menikah dengan seseorang yang tidak mencintainya, semuanya sudah terlambat.

"Aku akan mengurus dokumen dan anakmu."

"Terima kasih, Ayah! Ayah bisa sering mengunjungi kami di sana."

Lutfi mengangguk sambil tersenyum dan mengecup lembut kening cucunya yang tertidur itu. Dia benar-benar merasa bahagia untuk Stella, mengetahui bahwa dia sekarang memiliki seseorang untuk diajak berbagi kehidupan.

Stella merasa aneh saat dia keluar dari rumah besar bersama anaknya. Dia terjebak di sana selama setahun penuh, dan bahkan setelah melahirkan, butuh waktu lama untuk mendapatkan kembali kekuatannya.

Lutfi segera mengatur agar mereka pindah ke negara lain. Saat ini, Firdaus tidak menghalangi keputusannya. Dia ingin membawa anaknya jauh dari sini dan tidak ingin ada yang tahu tentang dia, khawatir mereka akan mencoba membawanya pergi. Kini dia mengerti kenapa Lutfi dan Firdaus menyembunyikannya sebelumnya.

Keluarga Tjandra kaya, tetapi keluarga Mahardi kekayaannya lebih dari mereka. Banyak orang yang mendambakan kekayaannya, bahkan ada yang berusaha menyakiti Lutfi ketika mengetahui putrinya akan mewarisi segalanya. Mereka mengira dia tidak akan mampu mengatasinya jika terjadi sesuatu padanya.

Ibu Stella meninggal saat dia dilahirkan. Lutfi tidak pernah berpikir untuk menikah lagi. Firdaus mencoba menjodohkan Luthfi dengan beberapa wanita, berharap mendapat cucu, namun tidak berhasil. Jadi, dia mengalihkan perhatiannya ke Stella.

“Aku akan menemanimu ke luar negeri untuk membantu merawat cicitku,” Firdaus menawarkan.

Stella mengangkat alisnya, tidak yakin mengapa dia tiba-tiba begitu peduli pada anaknya, hanya karena dia laki-laki.

“Biarkan kakekmu ikut,” kata Lutfi sambil merangkul Stella. “Dia hanya ingin mengejar waktu yang hilang.” Lutfi tidak bisa pergi karena tidak ada orang yang dipercaya untuk menjalankan bisnisnya. Sepupunya tidak bisa diandalkan, berharap mendapat kesempatan untuk merebut posisinya sebagai CEO perusahaan.

Stella tidak punya pilihan selain setuju, dan Firdaus bersiap untuk bergabung dengan mereka dalam perjalanan ke luar negeri.

***

"Kenapa kita tidak bisa menikah? Sudah dua tahun sejak perceraianmu," tanya Elizabeth, jelas frustasi. Dia bahkan lebih kesal karena Charles tidak memperkenalkannya pada Ramon untuk mengumumkan rekonsiliasi mereka.

"Jika kamu tidak menyukai keadaan ini lagi, kamu bisa mencari orang lain," jawab Charles dengan nada datar.

Elizabeth menatap Charles dengan tidak percaya. "Setega itu dirimu? Setelah aku meninggalkan pekerjaanku di luar negeri dan kembali ke sini untukmu?"

Charles menghela nafas, kesabarannya semakin menipis. “Bukan salahku kalau aku tidak lagi merasakan hal yang sama padamu.”

Elizabeth mulai menangis, menutupi wajahnya dengan tangannya. Dia bisa saja tetap tinggal sebelumnya, karena Charles berencana untuk bersamanya meskipun dia sudah menikah karena itu hanya di atas kertas. Tapi dia pergi, dan Charles tidak tahu alasan sebenarnya. Dia terlalu nyaman, berpikir cintanya tidak akan berubah.

"Sayang, bukan itu maksudku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk membuatmu mencintaiku seperti dulu. Tolong jangan menyerah padaku begitu saja," pinta Elizabeth.

Charles menghela nafas dan memandangnya lebih dekat, tiba-tiba melihat bayangan Stella dalam dirinya dan merasakan sedikit rasa bersalah. Seperti Elizabeth, Stella juga memohon kesempatan padanya. Bertahun-tahun telah berlalu, dan dia masih belum dapat menemukan Stella. Ramon benar, dia mungkin tidak akan pernah melihatnya lagi.

Dia bertanya-tanya mengapa tidak ada jejaknya. Dia telah memeriksa bandara dan provinsi, tetapi tidak ada seorang pun bernama Stella Miranda yang meninggalkan negara itu. Ramon tidak pernah meninggalkan rumah yang diperuntukkan bagi Stella dan hanya berbicara dengannya jika itu penting.

“Akui saja, kamu masih mencarinya, ‘kan?” tanya Elizabeth dengan nada menuduh.

"Jangan mulai, Elizabeth. Aku punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi mari kita bicara lain kali," ujar Charles, mengalihkan pembicaraan.

Elizabeth mengatupkan bibirnya, menahan diri untuk tidak bertanya lebih banyak. Dia tidak mau mengambil risiko kehilangan Charles, jadi dia harus puas sekarang.

Setelah Elizabeth pergi, Charles memijat pelipisnya dan berpikir keras lagi.

"Apakah kamu bertengkar dengan tunanganmu?" Sebuah suara membuyarkan lamunan Charles.

Karena terkejut, Charles mendongak dan melihat seorang pria berdiri di sana.

"Pintunya terbuka, jadi aku masuk. Aku juga berpapasan dengan pacarmu di lorong," pria itu menjelaskan.

Charles berdiri dan memberi isyarat agar pria itu duduk. Ini adalah kunjungan tak terduga dari klien baru, dan Charles tidak menyangka akan bertemu klien barunya di kantornya. Mengabaikan pertanyaan tentang hubungannya, Charles bertanya, "Apakah ada masalah yang membawamu ke sini tiba-tiba?"

"Tidak sama sekali. Saya sudah meninjau proposal Anda tadi malam dan ingin menandatanganinya hari ini karena saya akan berangkat malam ini," jelas pria itu.

Charles senang dengan penyelesaian cepat dari proyek penting tersebut. Untuk sesaat, dia melupakan kekhawatirannya dan fokus pada proyek baru.

"Hati-hati di jalan!" katanya sambil berjabat tangan dengan pria itu.

Sementara itu, Elizabeth langsung menuju kantor Sophie, melampiaskan kekesalannya terhadap Charles.

"Maaf, Liz. Kalau saja aku bisa melakukan sesuatu untuk membantumu menikah dengan Charles," Sophie menghiburnya.

“Mungkin jika Charles menemukan Stella, dia akan berhenti memikirkannya,” ujarnya dengan penuh harapan.

Sophie mengangguk setuju. Elizabeth benar. Perasaan Charles terbagi karena Ramon. Ramon perlu menemui Stella.

“Bagaimana jika kita menggunakan media sosial untuk menemukannya?” Ujar Elizabeth.

Sophie berpikir itu ide yang bagus.

Bab terkait

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 7

    Tangis Stella pecah begitu dia mendengar kabar dari Surabaya. Dia terduduk di sofa, terlihat begitu lesu dan menatap ke Firdaus.“Ada apa? Kamu bicara dengan siapa?” Firdaus bertanya, terdengar khawatir.Stella semakin menangis, kesulitan berbicara. Bibirnya bergerak, tapi tidak ada kata yang keluar."Stella, ceritakan padaku apa yang terjadi!" Kata Firdaus lantang, semakin cemas melihatnya menangis."Kakek, ini Ayah..."Firdaus mengencangkan rahangnya, bahunya terkulai. Dia menggelengkan kepalanya, melihat Stella menangis."Ayah sudah pergi, Kakek!" kata Stella.Firdaus bergegas ke sisinya, memeluknya erat. Dia merasa mati rasa di dalam, tidak mampu menitikkan air mata."Apa yang harus aku lakukan sekarang setelah Ayah pergi? Mengapa ini bisa terjadi? Aku baru saja berbicara dengannya, dan dia datang ke sini," kata Stella di sela-sela isak tangisnya, bahunya bergetar karena kesedihan. Semua hal yang tiba-tiba ini terlalu berat untuk ditanggungnya.“Aku akan kembali, dan kamu akan teta

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 8

    Elizabeth dan Sophie menunjukkan raut bahagia karena mereka bertemu di butik baju mahal. Mereka beristirahat dari mencari Stella dan mulai berburu gaun untuk pesta minggu depan. "Apakah menurutmu dia ingin berteman bersama kita?" Sophie bertanya-tanya."Tentu saja! Lihat kita! Jika dia berteman dengan kita, semua orang akan sangat iri," kata Elizabeth sambil membusungkan dadanya dan mengedipkan mata.Surat kabar banyak membicarakan tentang cucu seorang pengusaha super kaya, baik di negaranya maupun di seluruh dunia. Mereka bilang dia pilih-pilih teman dan agak menjauh.Stella berhenti sejenak saat mencari gaun ketika dia mendengar kedua wanita itu berbicara. Dia tahu mereka sedang membicarakannya. Suara mereka familiar, jadi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menguping. Dia baru saja kembali ke Surabaya, dan hanya Firdaus yang mengetahuinya."Apakah Anda berencana membeli sesuatu, Nona?" tanya seorang pramuniaga pada Stella, dengan nada yang terdengar kasar. Sophie dan Elizabeth

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 9

    Si pramuniaga mencibir pada Stella, berpikir dia sudah menilai Stella dengan benar.Stella mengangkat bahu ke arah Sophie, menyeringai. "Kamu tahu kan, cucu Pak Mahardi tidak tahan dengan orang yang palsu dan bermuka dua?"Sophie mengepalkan tinjunya dan menatap Stella. Perkataan Stella yang semakin tajam sejak meninggalkan keluarga Tjandra membuatnya gelisah.“Terus, mengapa dia mempertimbangkan untuk berteman denganmu, seseorang yang hanyalah sampah dan materialistis?” Elizabeth melontarkan hinaan."Oh, apakah ada bukti kalau aku mengincar uang? Lantas, apa alasanmu tetap melajang?" tanya Stella dengan nada menusuk sambil melirik jari Elizabeth yang tanpa cincin."Itu bukan urusanmu!" bentak Elizabeth, merasa tersinggung oleh ejekan Stella terhadap dirinya dan status Charles yang belum menikah.“Charles sedang sibuk dengan usaha bisnis baru, jadi rencana pernikahan mereka ditunda, dan asal kamu tahu saja, perusahaannya sekarang bekerja sama dengan Firdaus, jadi kami mungkin akan bert

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 10

    Begitu melihat itu, si manajer segera sadar bahwa karyawannya salah menilai situasi ini. Dia menatap karyawannya dengan tajam, lalu berjalan ke arah Stella. “Maafkan perilaku karyawan saya,” ujarnya.Sophie dan Elizabeth tercengang dengan apa yang dilakukan manajer itu."Apa yang terjadi? Wanita itu baru saja menjatuhkan karyawanmu!" Seru Sophie pada manajer itu.Manajer itu melirik kedua wanita itu, tiba-tiba tidak yakin apa yang harus dilakukan selanjutnya. Bagaimana pun, dia harus memprioritaskan pelanggan berdasarkan nilai mereka.Ketika Stella menghubungi Alex, dia segera menyerahkan kartu emas padanya. “Anda dapat memeriksa rekaman pengawasan untuk melihat siapa yang sebenarnya harus disalahkan di sini.”"Wow, kamu terlalu percaya diri! Apa yang bisa dibanggakan? Pria tua yang kamu kencani itu?" Elizabeth menghina Stella.Stella menyeringai dan menggelengkan kepalanya. Dia menyadari Alex adalah pria yang disebut Charles sebagai kekasih barunya. Dia tidak mengira ada orang yang bi

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 11

    “Dasar tidak berguna! Bagaimana bisa kamu tidak bisa melacak keberadaannya? Sudah jelas dia masih di sini, tidak ke mana-mana!” Seru Charles sambil membanting map besar ke mejanya, amarahnya terlihat benar-benar mendidih.Sophie, yang duduk diam di kantor Charles, tersentak mendengar kemarahannya."Maaf Pak, kami bahkan tidak bisa melacak catatan pembelian gaun itu," jawab Roy dengan kepala tertunduk gugup.Charles menggebrak meja dengan frustrasi.“Charles, menurutku orang yang dekat dengan Stella mempunyai kekuatan besar. Mungkin dia bahkan mengubah namanya untuk bersembunyi dari keluarganya,” ujar Sophie ragu-ragu.Charles menatap Sophie dengan tajam. Dia mungkin ada benarnya, tapi harga dirinya tidak bisa menerimanya. Dia merasa ditipu oleh Stella, dibuat terlihat bodoh. 'Pantas saja dia menandatangani surat cerai dengan begitu mudahnya. Dia pasti sudah merencanakan ini sejak lama,’ pikirnya.“Dia pasti akan muncul di pesta itu,” lanjut Sophie.Charles menyipitkan matanya, memperti

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 12

    “Sudahkah kamu memutuskan mau memakai apa?” tanya Firdaus pada Stella.“Ya. Bagaimana keadaan Kakek?” tanya Stella sembari mengulurkan tangan, memeriksa suhu Firdaus. Dia merasakan stresnya, terutama dengan adanya sepupu mereka. Dia menunggu Firdaus memperkenalkannya sebelum berurusan dengan orang-orang yang dia curigai ada hubungannya dengan hilangnya Lutfi.“Aku baik-baik saja, jangan dipikirkan. Kamu harus tunjukkan kalau kamu tangguh,” saran Firdaus.Stella tersenyum kecil pada Firdaus. “Aku berjanji akan membiarkanmu memimpin keputusan hidupku mulai sekarang.”Firdaus balas tersenyum, merasa bangga dengan ketangguhan Stella. Dia menjadi tegar sejak semuanya berjalan lancar, dan dia bahkan mungkin berhutang budi kepada pria yang menghamilinya.“Kakek, jika memungkinkan, aku ingin Zion dirahasiakan dari publik,” ucap Stella.Firdaus mengerti. Dia juga tidak ingin tersiar kabar tentang cicitnya, terutama karena dia seorang laki-laki. Zion tinggal di tempat Stella dibesarkan, dan mere

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 13

    Diana menatap tajam pada wanita yang turut melihat ke arahnya. Ketika pandangan mereka bertemu, keterkejutan memenuhi ekspresinya. “Stella?!”Stella tidak heran Diana kaget melihatnya. Lagipula, Diana tidak mengetahui identitas asli Stella, jadi bisa dimengerti kenapa dia bingung melihatnya di lantai itu.Stella hendak melangkah mendekati Diana ketika pria yang diajak bicaranya berbalik menghadapnya. Jika Diana kaget melihatnya, kini Stella-lah yang kaget saat mengenali pria itu.Charles mengerutkan kening ketika dia mengenali wanita yang ingin dia lihat. Tadinya dia mengira salah dengar nama yang disebutkan Diana. Dia tidak pernah membayangkan akan melihat mantan istrinya yang telah lama hilang di perusahaan ini."Astaga, itu kamu, Stella!" Diana berseru dramatis dan segera mendekatinya. "Apa yang kamu lakukan disini? Maksudku, kapan kamu menjadi karyawan di perusahaan kami?"Stella ingin memutar matanya tetapi menahannya. Dia pun menahan tawa saat Diana mengklaim perusahaan itu sebag

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 14

    “Pak, rapatnya sudah mau dimulai,”Charles menoleh ke sekretarisnya, menyadari dia mengikutinya. Dia menghela nafas, lalu kembali ke ruang meeting.Stella, sementara itu, sudah kehilangan minat untuk pergi ke ruang rapat. Sakit kepala yang tiba-tiba membuatnya memutuskan untuk pergi.Alex dengan cepat mendekatinya, menawarkan uluran tangan saat mereka berjalan menuju lift.Charles mengepalkan tangannya saat dia melihat pria bersama Stella. Jadi, itu adalah orang yang sama di foto itu. Dia merasakan hubungan antara pria ini dan perusahaan, yang memperjelas kehadiran mereka. Saat pintu lift tertutup, Stella dan Charles bertukar tatapan sedingin es."Apakah kamu baik-baik saja?" Alex bertanya, prihatin.“Ayo langsung menuju Zion,” gumamnya, suaranya tegang.Alex tidak mendesak untuk memberikan rincian lebih lanjut dan mematuhi arahannya.Sesampainya di mansion, Firdaus semakin tidak sabar menunggu telepon dari asistennya. Dua puluh menit berlalu sebelum telepon akhirnya berdering.“Pak, s

Bab terbaru

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 50

    “Tidak peduli kamu suka atau tidak, kamu akan menikah denganku lagi. Kamu tidak akan memiliki suami selain aku,” ujar Charles dengan nada dingin dan raut wajah datar.“Jika kamu merencanakan hal kotor untuk menghindari ini, jangan harap!” Seru Stella.“Siapa yang peduli? Apa yang penting bagiku adalah kamu menjadi istriku dan mengurus perusahaan keluargamu,” sahutnya dengan arogan.Stella kesulitan menyembunyikan kekecewaannya. Kemarahannya naik dua kali lipat, mengetahui bahwa yang dipedulikan Charles adalah reputasi dan kekayaan.“Mulai hari ini, kamu harus menjawab teleponku. Aku harus tahu kamu ke mana, kapanpun kamu pergi sendiri.”“Bajingan, kamu pikir siapa diriku? Wanita yang bisa kamu kendalikan seperti Elizabeth?” Ujarnya ketus, giginya digertakkan dan bibirnya terkatup rapat.“Terserah kamu mau berpikir apa. Aku tahu kamu marah, tapi ini cara satu-satunya agar aku bisa mendapatkanmu kembali,” jawabnya dengan nada dingin.“Bermimpilah!” Stella dengan cepat memakai pakaiannya

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 49

    “Ahh, sial! Lebih cepat lagi, sayang!” Charles menggeram sambil meremas pantat Stella.Alih-alih merasakan sakit dari apa yang dilakukannya, nafsu Stella malah semakin menjadi. Stella melepaskan desahannya dan menggerakkan pinggangnya di atas Charles.Namun, Charles tidak puas dengan posisi mereka. Dia dengan cepat berdiri dan menggendongnya, membalikkan badannya dan melakukannya dari belakang.“Aaahhh …” Stella mendesah panjang, melengkungkan punggungnya. Dia mencengkram sofa dengan erat untuk mencegahnya terjatuh.Segalanya terasa bergetar dari intensitas dan kecepatan dorongan Charles. Stella ada di ujung kesadarannya dari kenikmatan saat gerakan Charles dipercepat. Terdengar dari geramannya, jelas sekali dia menikmatinya, sama seperti Stella, hal ini membuat semakin berat baginya.Setelah beberapa dorongan kuat, Charles belum mengeluarkan kejantanannya darinya. Dia memiringkan kepalanya dan mengeratkan cengkraman di pinggang Stella, lalu menenggelamkan kejantanannya lebih lagi di l

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 48

    “Sial, aku sangat merindukanmu!” Ucap Charles sambil merobek atasan lengan panjangnya. Kancing-kancingnya bertebangan dan memperlihatkan buah dadanya. Meskipun ditutupi oleh kain merah kecil, dia mulai menciuminya.“Uhmmm …. Sial, Charles! Kenapa kamu merobek bajuku?” Dia memarahi Charles dan jantungnya berdegup.Charles mengangkat dalamannya dan menghisap putingnya layaknya seorang anak kecil.“Maafkan aku, akan kubelikan yang baru,” bisiknya sambil terus menghisap putingnya.Stella merasa kewalahan akan sensasi asing yang menjalari tubuhnya saat Charles bergantian memberi perhatian pada kedua buah dadanya. Dia melepas kaitan dalamannya, seolah takut jika dia akan kehabisan susu jika melihat caranya menghisap buah dada Stella. Tangannya menggerayang secara liar, bahkan tidak repot-repot melepas celananya. Dia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalam Stella, dan si wanita merasa seperti tersengat listrik saat jarinya bermain dengan klitorisnya.“Charles, ahhh sialan! Apa yang kamu l

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 47

    Ketika Stella kembali ke rumah yang pernah ditinggalinya bersama Charles, lingkungan rumah itu sangat sepi. Siti tidak terlihat di mana pun, membuatnya kebingungan. Ramon ada di ruang tengah, tampak seperti dia sudah menunggu cukup lama.“Kenapa kamu ada di ruang tengah, Kakek? Apakah Kakek sudah makan malam?” tanya Stella.“Sudah, tapi Charles belum,” jawab Ramon.Stella menoleh pada Ria dengan tatapan penuh tanya.“Pak Tjandra sedang minum sejak beberapa waktu yang lalu dan tidak ingin diganggu,” jelas Ria.Stella mengerutkan dahinya, bertanya-tanya kenapa Charles tiba-tiba memutuskan untuk minum-minum. Dia lalu mengingat Elizabeth dan mendecakkan lidahnya. “Mungkin dia sakit hati karena putus dengan Elizabeth, jadi dia minum-minum.”Ramon dengan cepat menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan asumsi Stella. “Kurasa bukan begitu, Stella. Aku akan memeriksanya. Dia mungkin sudah minum terlalu banyak.”Stella dengan cepat menghentikan kursi rodanya. “Aku yang akan pergi, Kakek. Isti

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 46

    “Stella, nak, benar ini kamu?” Ramon dengan lemah memanggil Stella, saat dia membuka matanya dia melihat Stella duduk di tepi ranjang ranjangnya. Stella segera menghampirinya. “Kakek, bagaimana perasaan Kakek?”Ramon, dengan mata berkaca-kaca, menggenggam tangan Stella dengan gemetaran. “Stella, Kakek tidak tahu berapa lama lagi akan bertahan.”Stella menggigit bibirnya untuk menahan isakannya. Dia menarik napas panjang sebelum berbisik, “Kakek, aku minta maaf aku menyimpan rahasia ini begitu lama. Aku minta maaf tidak memperkenalkannya ke keluarga kita. Aku hanya tidak ingin anakku diketahui, apalagi aku hamil dia di waktu yang sulit.” Mata Ramon memancarkan kebahagiaan. Dia mengerti meski belum tahu penjelasan lengkapnya. “Aku mengerti, Stella! Terima kasih sudah melahirkan cicit pertamaku! Aku pasti tidak akan pernah memaafkan Charles kalau saat itu ada hal buruk yang terjadi denganmu.” Ramon menghela napas. Dia tidak bisa menyalahkan Stella karena menyembunyikan keberadaan anak

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 45

    Sophie dengan cepat menghampiri Elizabeth dan memeluknya. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk menghiburnya karena dia merasa tersakiti oleh Charles. Namun, dia juga tidak menyukai perkataan yang keluar dari mulut Elizabeth sebelumnya yang membuat Charles sangat marah.“Sekarang aku mengerti kenapa Kakek tidak menyukaimu,” kata Charles, kekecewaan tampak jelas di wajahnya.“Sayang, maafkan aku! Aku hanya marah dan cemburu, karena itu aku mengatakan hal-hal itu. Aku sangat mencintaimu dan aku akan melakukan apa pun untuk cinta kita!” Elizabeth mulai terisak dan memohon, takut Charles tidak akan mencintainya lagi.“Kita sudah berakhir, Elizabeth,” balasnya dengan dingin.Sophie dan Elizabeth tertegun. Elizabeth merasa seperti dia menjadi tuli karena apa yang baru saja dia dengar dan berdiri membeku di tempatnya.“Maaf, tapi aku sudah menyadari bahwa cintaku padamu sudah hilang sejak lama,” ungkap Charles.Elizabeth dengan cepat melepaskan dirinya dari pelukan Sophie dan berlari ke arah

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 44

    Ria Halim, perawat Ramon, tersenyum saat dia melihat wanita yang baru saja dia biarkan masuk. Dia segera mengenalinya. Tidak hanya dia sudah melihatnya di kunjungan pertamanya, tapi Ramon sering bercerita tentangnya, mantan cucu menantunya. “Terima kasih sudah mengunjungi Pak Ramon lagi.”Stella tersenyum pada Ria sebelum menatap ke ranjang. Ramon tertidur dengan selang oksigen di hidungnya.“Bagaimana kabarnya? Kenapa dia diberi selang oksigen?” tanyanya dengan khawatir.“Cucunya, Nona Sophie, tadi datang dan dia membawa seorang temannya,” jelas Ria.Stella menghela nafas. Ramon pastilah kecewa dan menyebabkan tekanan darahnya meninggi.“Beliau sudah baik-baik saja. Saya baru memasangkan selang oksigen untuk memastikan beliau lebih nyaman. Dokter juga sudah memeriksanya.”“Kenapa kamu tidak memberitahuku jika ada masalah?” tanya Charles dengan marah sebab dia mencuri dengar perkataan terakhir Ria.Ria menundukkan kepalanya ketakutan ketika melihat Charles. “Maafkan saya, Pak Tjandra,

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 43

    Charles menghela nafas saat dia melihat Stella bergegas memasuki rumah dengan terlihat ketakutan. Dia perlahan keluar dari mobil dan mengikutinya.Siti terkejut saat pintu terbuka, dan melihat wanita yang tidak pernah diharapkannya untuk dilihatnya kembali. Dia dengan cepat menurunkan kakinya dari meja kaca kecil dan membersihkan kekacauan yang diperbuat olehnya.Stella menatap pelayan itu, menyadari perilakunya tidak berubah ketika Charles tidak ada.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Siti dengan kesal.“Pertanyaan macam apa itu?” tanya Charles balik dengan marah.Wajah Siti memucat saat mendengar suara Charles. Dia tidak menyadari bahwa Charles ada di belakang Stella. “M … Maaf, Pak! Saya terkejut melihat beliau masuk tanpa mengetuk.”Charles mengernyitkan dahinya dan dia memberi tatapan tajam pada Siti. “Inikah caramu memperlakukan Stella selama ini?”Siti merasa jantungnya berpindah ke lambungnya dan dia tidak tahu bagaimana cara menjawabnya. Dia menatap pada Stella, mencari ba

  • Dipermainkan oleh Takdir   Bab 42

    Stella dengan enggan memasuki mobil Charles. Charles tidak membiarkannya mengendarai kendaraan lain. Setelah duduk, dia menyilangkan lengannya dan tetap tidak bergerak. Charles mendekat, dan tersenyum padanya. Stella terkesiap tapi tidak bisa bergerak menjauh. Dia perlahan mendekatkan wajahnya, dan Stella merasakan jantungnya berdegup kencang dengan ketakutan dan kepanikan. Dia pikir Charles akan mengecupnya.“Sudah,” ujarnya sambil memasangkan sabuk pengaman Stella.Stella merasa malu karena menyangka Charles akan melakukan hal lain dan memalingkan pandangannya untuk menyembunyikan rona di pipinya.Sebelum dia bisa bergerak, Charles menangkup dagunya dan mendekatkan wajahnya dengan wajahnya sendiri.“Apa yang kamu ...” Perkataannya terhenti oleh ciuman Charles. Tangannya segera mendorong bahunya, tapi hal itu tidak memengaruhi Charles.Ciuman mereka kian mendalam dan Charles menyapukan lidahnya agar dia membuka mulutnya. Bagi Charles, dia seakan menemukan air di padang gurun setelah

DMCA.com Protection Status