Asma memutuskan untuk pulang bersama Basuki saja. Sebelumnya dia tidak ingin menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Namun entah mengapa begitu melihat iris gelap pria itu yang menatapnya dengan teduh, membuat Asma merasa begitu nyaman. Hingga mengalir lah cerita mengenai cibiran yang sering Yati lontarkan padanya.Selama menunggu pria itu menyelesaikan pekerjaannya mencabuti rumput liar yang menempel di padi, netra bening Asma tak lepas menatap Basuki. Sosok jangkung dengan kulit legam yang dia dapatkan karena terlalu sering terpapar sinar matahari.Jika boleh jujur, walaupun Basuki sering bekerja panas-panasan seperti ini namun tak menghilangkan kadar ketampanan pria dewasa itu. Asma akui Basuki memiliki daya tarik tersendiri yang orang lain tidak miliki.Apa mungkin karena sehari-hari dia selalu bersama pria itu? Bisa saja. Lagipula setelah lulus SMA dua tahun yang lalu, gadis itu tidak pernah dekat dengan siapapun. "Kenapa Bapak nggak mau Asma bantuin? Kan biar cepet selesai,
Deru motor milik Basuki menarik perhatian seorang wanita paruh baya yang tengah menggendong bayi di teras rumah. Begitu juga dengan pemuda yang tengah mengotak-atik motor besarnya. Keduanya kompak menatap kedatangan Basuki dan Asma yang baru saja pulang dari sawah.Basuki menghentikan motornya di depan rumahnya yang tengah kedatangan tamu. Asma yang berada di boncengannya segera turun begitu melihat raut tidak suka yang terlihat jelas dari wajah Yati saat ini. Tanpa sadar dia menggenggam erat kaos yang Basuki kenakan.Basuki yang merasakan cengkraman pada kaosnya sadar betul jika Asma merasa resah. Tergambar jelas raut kecemasan di wajah gadis itu saat ini. Dan dia benar-benar tidak nyaman melihat Asma seperti itu. Asma tidak perlu merasa setakut itu pada Yati."Kamu itu kemana aja? Kenapa nggak balik-balik dari sawah?" cecar Yati begitu melihat Asma. Wanita itu tak menunggu Asma turun dari motornya. Langsung saja dia suarakan kekesalannya pada gadis itu.Dengan ragu Asma turun dari b
Mendengar deheman keras yang berasal dari belakang mereka, membuat Asma dan juga Yoga menoleh serentak. Tepat di ambang pintu dapur, berdiri sosok Basuki yang tengah menatap ke arah mereka dengan pandangan tajam.Asma tanpa sadar menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Yoga. Sedangkan pemuda itu tak menyadarinya karena masih terpaku melihat Basuki di sebrang sana.Langkah kaki Basuki tampak begitu tenang. Namun tidak dengan iris gelapnya yang menghunus tajam tepat di manik Yoga saat ini. Membuat pemuda itu dapat merasakan aura suram yang mulai mencekam."Ada tujuan apa kamu masuk ke sini, Yo-ga?" tanya Basuki dengan sengaja menekan suaranya saat menyebut nama pemuda itu.Raut wajah Yoga terlihat tak tenang. Siapa yang tidak tegang jika berhadapan dengan pria jangkung berbadan kekar yang menatap kita seolah ingin memakan kita hidup-hidup?"I-Itu, Om.. Aku mau ngambil minum. Terus nggak sengaja ketemu Asma di sini." kata Yoga ber
Tok tok..Basuki mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar ketukan pintu kamarnya. Hal pertama yang dia lihat adalah jendela kamarnya yang menampilkan warna langit yang mulai menguning. Tanda jika hari mulai beranjak petang. Sepertinya Basuki ikut terlelap setelah menemani Dika tidur. Sehingga begitu bangun, tubuhnya merasa begitu lemas dan bingung.Menurut orang tua jaman dulu, tidur di sore hari atau menjelang petang akan membuat tubuh menjadi lemas dan linglung. Dulu Basuki tidak percaya dengan mitos itu. Namun ternyata beberapa ucapan orang tua dulu ada benarnya juga. Menurut ilmu kesehatan, tidur di sore hari justru membuat tubuh jadi lemas. Pasalnya sore hari bukan waktu yang bagus untuk tidur. Justru tubuh akan kekurangan oksigen jika tidur pada sore hari sehingga tubuh terasa lemas. Parahnya lagi, rasa lemas itu bisa dialami sampai keesokan harinya karena asupan oksigen pada tubuh tidak berjalan dengan lancar."Masuk." seru Basuki
Asma memegang jantungnya yang tak berhenti berdebar dengan keras ketika mengingat apa yang baru saja Basuki lakukan beberapa menit yang lalu. Dengan santainya pria itu memeluk dirinya ketika dia tengah menggendong Dika.Tidak hanya itu saja. Basuki juga dengan terang-terangan mengatakan jika dia tidak boleh dekat-dekat dengan Yoga. Awalnya Asma mengira jika pria itu melakukannya karena tidak ingin pemuda kaya raya dan tampan seperti Yoga, mendapatkan dirinya yang hanya seorang gadis biasa.Namun setelah mendengar alasan yang sebenarnya, membuat Asma menjadi kehilangan kata-katanya. Basuki mengatakan jika dia merasa cemburu melihat Asma bersama Yoga. Karena alasan itulah kenapa pria itu sempat bersikap acuh terhadap dirinya.Mengingat penuturan Basuki waktu itu, membuat debaran di dadanya kembali muncul tanpa bisa dia cegah. Entahlah Asma merasakan perasaannya campur aduk saat ini.Ribuan pertanyaan kini hadir di dalam pikirannya. Tentang alasan kenapa Basuki merasa cemburu? Kenapa h
Dulu Asma memang sering melihat pria itu bertelanjang dada jika di rumah ketika ibunya masih ada. Dan Asma merasa biasa saja dengan hal itu. Namun entah mengapa rasanya kini terasa berbeda setiap melihat Basuki dengan kondisi seperti itu. Membuat dirinya merasa malu dengan wajah memanas."Dika masih belum selesai?" Basuki melirik putranya yang masih asik menyusu pada kakak tirinya. Bayi itu terlihat sangat menikmati cairan putih yang tengah disesapnya. Membuat Basuki tanpa sadar menelan ludahnya susah payah, menginginkan hal yang sama.Asma yang sadar melihat tatapan Basuki yang tertuju pada dadanya buru-buru menutupinya dengan bajunya. Walaupun semua itu percuma saja karena pria itu masih bisa melihat ujung puncaknya yang tengah dikulum oleh Dika.Basuki mengulum bibirnya melihat apa yang Asma lakukan. Untuk apa gadis itu sibuk menutupinya jika dia sudah biasa melihatnya? Bahkan Basuki juga pernah merasakannya walau hanya sekali.Mengingat kejadian itu membuat wajah Basuki memanas. S
Seperti biasa, Asma bangun lebih awal dari para penghuni rumah yang lain. Sembari mencepol rambut panjangnya asal dan meninggalkan beberapa helaian rambut nakal yang menjuntai di lehernya, Asma turun dari ranjangnya dengan hati-hati. Takut pergerakannya membuat Dika yang semalam tidur bersamanya terbangun.Sebelum benar-benar keluar dari kamarnya, gadis itu memastikan sekali lagi keadaan adik tirinya yang masih bergelung dengan nyaman. Bayi mungil itu begitu pulas tertidur setelah membuatnya kalang kabut tadi malam.Dika memang sempat terserang demam kemarin. Sehingga membuat bayi mungil itu sedikit rewel. Asma dan Basuki sampai harus bergantian mengurusnya.Menutup pintu kamarnya dengan hati-hati, Asma melirik pintu yang ada di depannya dengan ekor matanya. Pintu berwarna coklat itu masih tertutup rapat. Sepertinya Basuki masih belum bangun dari tidurnya.Tak ingin mengganggu bapak sambungnya, Asma memutuskan untuk menuju kamar mandi. Membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar walau
Wajah Basuki terbenam di lekuk leher Asma yang berkeringat. Menghirup aroma khas gadis itu yang bercampur dengan keringat. Yang sukses membuat Basuki merasa mabuk kepayang. Harum tubuh Asma membuatnya merasa nyaman. Rasanya dia betah sekali memeluk Asma seperti ini."T-Tapi, Pak.. " lirih Asma resah. Deru napas Basuki yang terdengar di indra pendengarannya membuatnya gelisah. Apalagi terpaan napas hangat pria itu yang menimbulkan gelenyar aneh di dalam tubuhnya.Basuki bergumam tak jelas dengan posisi yang masih sama. Namun tangannya terulur mematikan kompor yang masih menyala. Lalu kembali memeluk Asma dengan begitu eratnya. Tanpa mempedulikan wajah gadis itu yang sudah semerah tomat."Apa kamu mendengar sesuatu?" tanya Basuki tanpa mengubah posisinya. Napas hangatnya menerpa leher putih Asma. Membuat gadis itu sedikit meremang. Tubuhnya bergidik geli tanpa disadarinya."A-Apa?" tanya Asma balik dengan bibir dia gigit. Canggung sekali rasanya berada di posisi seperti ini dengan bapak
Asma yang memang telah memberikan dirinya pada Basuki tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk.Dengan liar, Basuki mulai memainkan bukit tembam Asma. Mencium, menjilat, mengulum dan menghisapnya dengan rakus. Bahkan cairan hangat yang baru saja keluar dari inti gadis itu tak luput dari hisapannya.Asma hanya bisa melenguh merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ini dia rasakan. Entah berapa kali dia mencapai puncak karena permainan bibir dan tangan Basuki.Wajah Basuki terlihat merah padam dengan sudut bibirnya yang basah. Raut puas tampak jelas di wajah pria itu. Semua yang ada pada diri Asma benar-benar sempurna di matanya. Gadis itu menjaga dirinya dengan baik.Iris gelap Basuki semakin bernafsu melihat posisi berbaring Asma saat ini. Dimana gadis itu tengah telentang dengan kedua kaki terbuka lebar. Menampakkan bukit tembamnya yang merah merekah.Jakun Basuki naik turun melihat pemandangan indah tersebut. Gelora dalam dirinya kian membara, seiring dengan desakan kuat yang
Seorang gadis muda dengan parasnya yang cantik, tampak terbaring pasrah di bawah kungkungan pria dewasa berbadan kekar yang berparas tampan. Siapa lagi kalau bukan Asma, yang terlihat pasrah saat Basuki mendorongnya ke atas ranjang. Dalam posisi kaki yang masih menjuntai di atas lantai.Gaun pengantin yang beberapa waktu lalu melekat di tubuh Asma, kini telah berganti dengan gaun malam yang mengekspos lekuk tubuhnya. Menampilkan beberapa bagian yang menonjol karena ukurannya yang memang di atas rata-rata.Sebelumnya, sesaat setelah Basuki keluar dari kamar untuk kembali menitipkan Dika pada Sekar, Asma buru-buru meloloskan gaun pengantin yang dia kenakan dari tubuhnya. Lalu menggantinya dengan sebuah gaun malam yang diberikan oleh Rahayu.Asma pikir baju yang Rahayu berikan adalah baju-baju normal seperti pada umumnya. Namun ternyata Rahayu sengaja memberikan gaun malam yang memang telah Basuki siapkan untuk Asma. Benar-benar kerjasama yang bagus.Asma yang memang baru pertama kali in
Acara resepsi yang diadakan selama empat jam tanpa jeda iklan itu akhirnya telah selesai. Tamu undangan yang memenuhi pelataran rumah Asma yang telah disulap bak gedung tempat acara pernikahan berlangsung, kini berangsur sepi. Hanya segelintir orang yang masih bertahan di sana.Malam memang semakin beranjak larut. Dan orang-orang juga mulai mengantuk. Ingin segera terlelap di atas ranjangnya yang empuk.Seorang gadis dengan sanggul yang masih terpasang di belakang kepalanya, kini tengah terduduk di depan cermin rias bersama seorang wanita yang berdiri di belakangnya."Apa Mbak bilang.. kalau kamu tenang, semuanya pasti berjalan lancar." ujar Rahayu yang tengah sibuk melepaskan segala properti yang ada di atas kepala Asma.Asma mengulum senyum sebelum kemudian mengangguk. Dia memang sempat gugup ketika acara pengucapan janji pernikahan berlangsung. Takut Basuki salah berucap. Atau lebih parahnya lagi salah menyebut namanya. Ada-ada saja memang yang Asma takutkan."Iya, Mbak. Gugup yang
"Dika dimana?" tanya Basuki saat tidak melihat batang hidung anaknya sedari tadi pagi. Tidak melihatnya beberapa jam saja, dia sudah merindukannya. Asma yang tengah menikmati suasana pesta pernikahan mereka lantas menoleh. Dan mendekatkan bibirnya pada telinga Basuki. Suara bising sound system yang dinyalakan cukup keras membuat suaranya teredam. "Asma titipin adiknya Mbak Rahayu." jawab gadis itu. Dia tidak perlu khawatir karena adik Rahayu bisa memomong Dika dengan baik. Adik tiri yang sekarang resmi menjadi anak sambungnya itu tampak nyaman dengan pemuda remaja itu. Basuki mengangguk dan bernapas lega. Seharian ini dia memang belum sempat bertemu dengan putra kecilnya. Setelah sesi foto bersama, Dika kembali menghilang begitu saja. Sehingga kini dia tampak kebingungan mencarinya. Iris gelap Basuki melirik Asma dari ekor matanya. Jika hari-hari biasa dia terbiasa melihat gadis itu tanpa polesan make up. Di hari bahagia ini dia akhirnya bisa melihat Asma dengan riasan yang membua
Jarak wajah mereka semakin dekat. Hanya tinggal maju sedikit saja, bibir keduanya pasti akan saling bertemu. Namun seruan bernada gurauan yang MC layangkan, membuat keduanya spontan menjauhkan wajah masing-masing. Baik Asma maupun Basuki tampak kikuk dan malu karena hampir lepas kendali. Acara resepsi dimulai, dengan berbagai ritual yang harus dijalani oleh keduanya. Mulai dari penyerahan kembang mayang, ngidak endhog sampai dulangan. Acara kemudian berlanjut dengan ucapan selamat bagi pengantin dan sesi foto bersama. Banyak dari para warga yang dengan senang hati ikut berfoto bersama Asma dan juga Basuki. Sempat menjadi tanda tanya besar mengapa tidak ada keluarga dari kedua belah pihak yang datang di acara sakral tersebut. Namun setelah menyimak apa yang MC katakan, membuat pertanyaan tersebut akhirnya terjawab sudah. "Selamat ya, Asma.. Mas Basuki. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan." ujar Roni yang memang datang di acara pernikahan tersebut. Tentu saja d
Suasana khidmat tampak menyelimuti pernikahan antara Asma dan juga Basuki. Setelah mengucapkan janji pernikahan yang disaksikan oleh para saksi dan tamu undangan, maka status keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri.Basuki telah berdiri di atas panggung seorang diri. Menanti kedatangan Asma yang sebentar lagi akan datang menemani. Wajahnya terlihat sumringah karena baru saja melepas masa dudanya. Apalagi di pernikahannya yang ketiga kalinya ini dia mendapat seorang gadis muda yang cantik jelita. Ehem, yang muda lebih menggoda ya Pak Bas. Sstt.. lupakan ocehan author.Alunan musik gamelan terdengar, begitu Asma muncul dari balik pintu rumah yang telah dipasangi gedebog pisang yang telah dihias di sisi kanan dan kirinya. Hiasan tersebut berupa anyaman daun kelapa muda yang dibentuk seperti keris dan semacamnya. Juga terdapat hiasan janur kuning, bunga kertas dan dedaunan yang ditancapkan di batang pisang tersebut.Asma mulai berjalan mengarah ke atas panggung dengan ditemani d
Lagu berjudul Ikan Dalam Kolam yang telah dicover menjadi dangdut koplo terdengar menyemarakkan acara resepsi pernikahan Asma dan Basuki.Among tamu yang berjajar rapi di sisi kiri dan kanan pintu masuk, tampak begitu ramah saat menyambut kedatangan tamu undangan yang mulai berdatangan.Beberapa dari mereka bertugas untuk membawa bawaan dari tamu perempuan. Biasanya barang bawaan tersebut berisi beras, minyak dan juga gula. Ada juga yang membawa mie kemasan merah besar sebagai junjungannya. Sedangkan untuk tamu laki-laki, biasanya membawa sebuah amplop berisi uang yang akan langsung dimasukkan ke dalam kotak angpao. Hal semacam itu sering disebut dengan becek'an.Among tamu yang lain mengarahkan para tamu undangan menuju meja prasmanan. Dimana telah tersaji berbagai menu makanan yang bisa diambil sesuka hati. Mulai dari rawon, soto sampai sup daging tersaji rapi di atas meja panjang.Suasana resepsi yang dihadiri cukup banyak warga desa ini kian semarak saat biduan dangdut mulai naik
Asma terkikik geli dan mengajak Basuki masuk ke dalam rumah. Dirinya sudah memasak ayam goreng, tempe penyet yang dibaluri sambal terasi dan terong goreng sebagai lalapan. Salah satu menu masakan rumahan kesukaan sang calon suami. Ehem.. calon suami nggak tuh.. "Ini yang lain sudah pada makan?" tanya Basuki pada salah satu karyawan vendor yang berpapasan dengannya ketika hendak menuju dapur. Wanita itu mengangguk dan tersenyum kecil. Namanya Citra, karyawan wanita yang bertugas mendekor altar dengan bunga-bunga. "Sudah, Pak. Ndak nyangka, masakannya Dik Asma ternyata juara." serunya sembari mengacung jempol. Tak hanya dirinya, teman-temannya yang lain juga mengakui jika makanan Asma memang lezat. Asma yang mendapatkan pujian tersebut terang saja tersipu. Sedangkan Basuki justru terlihat tersenyum bangga. Dia menyenggol kecil lengan Asma yang sejak tadi diam saja. Sadar jika sang gadis tengah tersenyum malu. "Wahh.. kalau soal masakan memang calon istri saya juaranya." timpal Basu
Undangan pernikahan Asma dan Basuki telah tersebar. Tak banyak memang warga yang mendapat undangan tersebut. Selain karena Asma tidak ingin terlalu ramai, juga masih sedikit warga yang dikenal oleh keduanya. Dua hari sebelum hari H, tenda beserta alat-alat yang lain telah datang dan terkumpul di depan rumah Asma. Para pekerja mulai sibuk memasang dan mendesain dekorasi tenda pernikahan untuk Asma dan juga Basuki. Basuki hanya menyewa satu petak tenda berukuran sedang, mengingat jumlah tamu undangan yang dia undang tidak terlalu banyak. Untuk bagian konsumsi, pria itu juga menyerahkan sepenuhnya pada vendor yang dia sewa. "Pak, sarapan dulu. Dari tadi pagi Bapak belum sempet makan." seru Asma tengah menggendong Dika yang tampak rewel. Suasana rumahnya yang terbilang ramai karena lalu lalang para perias dekor, mungkin membuat bayi kecil itu merasa tidak nyaman. "Iya, sebentar lagi." Basuki menjawab seruan Asma dengan seruan juga. Pria itu terlihat sedang membantu salah seorang kary