Share

BAB 13 Dasar Pria Mesum!

Penulis: Kelvin Prayoga
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Nak, dunia ini adalah tempat yang kompetitif. Jika kamu berada di bawah, kamu akan terinjak. Namun jika kamu berada di atas, maka kamu akan dirobohkan."

“Hukum dan aturan di dunia ini, siapapun yang pintar dan kuat, dialah pemimpinnya. Jadi jika hidupmu ingin stabil dan mendominasi, jadilah pintar dan kuat.”

Kata-kata Roman menggantung di udara, memberi kesan mendalam tentang kenyataan hidup yang keras.

Dia melanjutkan dengan nada yang lebih tenang, "Sedangkan yang bisa kita lakukan hanyalah menjadikan diri kita terbiasa dengan posisi yang kita miliki."

Stella menatap ayahnya dengan mata penuh pertanyaan, bibirnya bergetar saat mencoba memahami kenyataan pahit ini.

Kemudian, dengan hati-hati, dia menyentuh tangan kekar yang sedang membelai pipinya, mencari kepastian dalam sentuhan yang familiar.

“Tapi apakah Ayah tahu siapa yang meracunimu?”

Roman menggelengkan kepalanya perlahan, sebuah kegetiran terpancar dar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 14 Merebut Kekayaan

    Setelah makan malam, Aksa berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Stella sendirian di ruang makan. Stella yang melihat hal itu segera menghabiskan sisa susunya dengan cepat dan berdiri untuk mengejarnya. "Aksa, tunggu sebentar," panggil Stella sambil berlari menuju ruang tamu. Aksa berbalik dan menatap Stella. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku, menatapnya dalam diam. “Aku ingin bicara denganmu, ikut aku,” kata Stella sambil berjalan ke luar. Aksa tak punya pilihan selain mengikutinya. Mereka berjalan keluar rumah menuju halaman depan, di mana Stella duduk di kursi taman. Aksa duduk di seberangnya. "Kamu mengajakku ke sini hanya untuk berbicara? Apakah ada hal penting?" tanya Aksa sambil melihat sekeliling. Tidak ada seorang pun di taman kecuali mereka berdua. "Ada sesuatu yang penting atau tidak, apa urusanmu? Kalau kamu bisa ngobrol denganku

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 15 Membuat Kesepakatan

    Malam itu, kesepakatan dan peraturan dibuat di ruang tamu oleh Stella. Beberapa lembar kertas disiapkan, masing-masing berisi peraturan yang menjadi dasar kesepakatan mereka. Stella dengan hati-hati menuliskan setiap bab, memastikan tidak ada yang terlewat. Ruang tamu sunyi, yang terdengar hanyalah suara pena yang menggores kertas. Aksa duduk di seberang meja sambil menatap serius kertas yang mulai terisi. "Pasal tujuh," Stella membacakan dengan lantang, "Aksa harus tidur di lantai seumur hidupnya, sedangkan Stella tidur di kasur seumur hidupnya." Aksa menghela nafas panjang, namun tidak membantah. Stella terus menulis, dan suasana kembali hening. Lampu ruang tamu yang terang memberikan bayangan lembut di kertas, seolah menyaksikan momen bersejarah itu. Setelah semuanya selesai, keduanya pun menandatangani kertas itu. Semua ini adalah ide Stella. Aksa hanya mengikuti

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 16 Pasti Ada Bukti Lain

    Di salah satu kantor Grup Yuan, bangunan itu menjulang megah, mencerminkan kekuatan dan kesuksesan perusahaan. Di belakang area itu terdapat berbagai macam alat berat yang tertata rapi, siap digunakan untuk proyek konstruksi besar yang sedang dikerjakan perusahaan. Suasana di sekitar kantor yang penuh aktivitas, suara mesin dan alat berat yang beroperasi menggambarkan aktivitas yang sibuk dan dinamis. Roman Yuan dan karyawannya menjalankan operasi kantor pusat dari sini, mengendalikan dan mengawasi setiap aspek proyek konstruksi yang sedang berlangsung. Grup Yuan terkenal di industri konstruksi karena kemampuannya menyediakan segala yang diperlukan, mulai dari alat berat hingga bahan konstruksi berkualitas tinggi. Dengan pengalaman dan keahlian mereka, Grup Yuan telah menjadi salah satu pemain utama dalam industri konstruksi di kota ini. Sebuah BMW X7 berhenti dengan mantap di area parkir. Aksa duduk diam di

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 17 Menjadi Idaman Semua Pria

    Mobil pun tiba di rumah Stella. Aksa bergegas membukakan pintu untuknya, dan Stella langsung keluar. Dengan langkah gontai, ia turun sambil menangis, air matanya mengalir deras di pipinya. Aksa memandangnya dengan bingung dan cemas."Kenapa dia menangis?" tanya Aksa pada dirinya sendiri, menatap punggung Stella yang menjauh.Aksa tidak bisa menahan diri. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, ia memutuskan untuk mengejarnya. Ia melangkah masuk ke dalam rumah, menyusul Stella yang berjalan menuju kamarnya, terisak-isak.Di dalam kamar, Stella menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal yang empuk dan menangis di dalamnya, suaranya teredam oleh kain lembut.Aksa membuka pintu dengan perlahan, berjalan hati-hati agar tidak mengejutkannya. Tangisan Stella kali ini tidak biasa. Seorang yang biasanya bahagia dan dingin, tidak mungkin menangis tanpa alasan yang kuat."Stella, ada apa

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 18 Merebut Posisi

    Yuda berkata lagi, "Lagipula Nona Stella memiliki paras yang cantik. Tubuhnya juga sempurna. Dia seperti bidadari dari surga. Ditambah lagi latar belakangnya. Siapa yang tidak tertarik menjadi pacarnya?" "Namun, dia sangat cuek pada pria yang tidak dia kenal. Dia menolak semua pria yang pernah mendekatinya." Yuda terlihat antusias saat mengatakan hal ini. Ia lalu melanjutkan, "Dan tahukah Anda siapa mereka? Setidaknya, mereka adalah anak-anak orang kaya. Tapi Nona Stella tidak peduli. Selama dia tidak mau, dia langsung menolak." Yuda menepuk pundak Aksa dengan gembira. "Tapi ternyata, gadis cantik idaman semua orang itu jatuh ke tangan saudaraku sendiri. Saat aku mendengar kabar pernikahan kalian, aku sangat bahagia. Aku sangat ingin datang, tapi aku tidak diundang olehmu, jadi aku tidak berani datang." Aksa menghabiskan dimsumnya dan meletakkan mangkuknya ke atas gerobak. "Aku tidak mengundang siapa-siapa. Semua acaranya diatur ole

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 19 Memahami Stella

    Jiwan tersenyum sinis, lalu menunjukkan semua bukti kerjasamanya dengan Roman. Semakin semuanya diperlihatkan, Stella semakin terkejut. Ternyata Jiwan adalah orang kepercayaan Roman. Tapi bagaimana ini mungkin? Stella ingin menyangkalnya, tapi tidak bisa karena semua bukti sudah jelas di depan matanya. “Semua ini adalah bukti kerjaku. Bahkan ayahmu percaya padaku. Lalu kenapa aku harus membuatmu percaya padaku agar aku bisa menempati posisi ini?" tanya Jiwan merendahkan. Selama ini Stella tidak pernah menaruh harapan sedikit pun pada pamannya, karena kejadian saat itu telah membuatnya trauma. Namun, siapa sangka ayahnya akan dengan mudah memberinya kepercayaan itu? Jiwan berkata, “Sudah kubilang, Stella. Semua aset keluarga Yuan telah menjadi milikku. Kepada siapa pun aku ingin membaginya, itu adalah hakku. Dan satu-satunya aset yang ditinggalkan ayahmu hanyalah rumah yang kamu tinggali.” Plakk!

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 20 Tamu Tak Di Undang

    Livy menghela nafas melihat keputusasaan di mata Aksa. "Aksa, aku tahu kamu sudah berusaha keras. Tapi mungkin Stella butuh lebih dari sekedar menuruti permintaannya. Dia butuh kamu, kehadiranmu yang tulus, bukan sekedar taat pada aturan." Aksa tersenyum sinis, tatapannya datar menembus udara di hadapannya. "Dalam memperlakukan seseorang, aku tidak pernah berpura-pura. Aku hanya melakukan apa yang orang itu lakukan padaku. Mengenai Stella, itu pengecualian. Dia tidak melakukan apa pun untukku, tapi aku tetap melakukannya dengan tulus karena ayahnya," kata Aksa tegas . Ia membuang muka dan melanjutkan, "Aku sudah berusaha keras untuk membuatnya bahagia. Itu janjiku padanya, juga pada ayahnya. Namun semua itu nampaknya sia-sia bagi orang yang tidak melihat ketulusanmu." "Lalu apa lagi yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa terus-terusan memprioritaskan dia dalam hidupku. Karena ada sesuatu yang juga perlu aku urus untuk saat ini."

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 21 Hutang Seratus Miliar

    Pegawai bank akhirnya menjelaskan, “Nona Stella, ayah Anda pernah meminjam uang kepada bank kami. Dan satu minggu lagi jatuh tempo.” "Meminjam uang?" Stella terkejut. Dia langsung berjalan mendekat dan mengambil kertas yang ada di atas meja. Namun, Aksa segera meraihnya dengan cepat, menghindari Stella untuk melihatnya. “Aku telah melihatnya, kamu tidak perlu melihatnya lagi. Sekarang kembali dan makan, karena itu lebih penting dari ini. Untuk masalah ini, biarkan aku yang akan mengatasi,” kata Aksa dengan serius. Kedua petugas bank itu menatap Aksa dengan kening berkerut, seakan-akan mereka bertanya-tanya, "Orang miskin yang baru jadi kaya, menganggap jumlah itu sedikit? Uang sebanyak itu dia mau membayarnya dengan apa?" “Bawa sini, aku mau melihatnya,” kata Stella mendekati Aksa dan hendak merebut kertas itu. Namun, Aksa menjauhkan kertas itu dari jangkauannya meski dia sedang duduk di

Bab terbaru

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 39 Pewaris Keluarga Fang

    Pandangan Stella jatuh kepada Aksa.Dia menatapnya dengan serius dan berkata, "Apa yang sebenarnya terjadi? Tolong beritahu aku lebih banyak tentang semua ini. Siapa kamu sebenarnya? Dan kenapa mereka memanggilmu Tuan Muda?"Aksa menatapnya sejenak sembari berkata, "Aku mengerti bahwa semua ini membingungkanmu. Sekarang duduklah, aku akan menjelaskan semuanya."Stella tampak ragu, namun akhirnya dia duduk di sofa itu sesuai perintah Aksa. Ruangan itu tiba-tiba terasa sunyi, seolah-olah menunggu pengakuan besar yang akan datang. Aksa pun duduk di dekatnya. Dia menghela napas, menatap mata Stella dalam-dalam, dan mulai menjelaskan, "Nama asliku adalah Theo. Dan Aksa adalah nama yang aku gunakan untuk menyembunyikan identitasku selama ini. Aku adalah Tuan Muda keluarga Fang."Stella menatap Aksa dengan mata yang lebar, berusaha memahami apa yang baru saja ia dengar. "Tuan Muda keluarga Fang? Kamu...?"Stella merasa kesulitan untuk mempercayai perkataan Aksa kali ini. Jika Aksa mengung

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 38 Kediaman Keluarga Fang

    Tidak lama setelah itu, mereka melewati pemeriksaan keamanan dengan cepat dan langsung dibawa ke sebuah jet pribadi yang menunggu di landasan. Stella merasa seperti berada dalam mimpi yang tidak masuk akal. Saat mereka menaiki tangga jet pribadi itu, Stella merasa seolah-olah dunia yang selama ini dikenalnya telah berubah total.Ia masih memikirkan hubungan antara Aksa dan Liam saat mereka duduk di kursi jet pribadi itu."Aksa, kenapa kamu tidak pernah menceritakan tentang ini sebelumnya?" tanya Stella pelan setelah mereka duduk."Karena kamu tidak pernah percaya dengan apa yang aku katakan padamu," jawab Aksa singkat tanpa menoleh.Setelah mengatakan itu, Aksa langsung memejamkan matanya, untuk mengistirahatkan pikirannya.Stella yang ingin mengatakan sesuatu pun akhirnya mengurungkan niatnya.Jet pribadi itu pun mulai bergerak di landasan pacu, dan dalam beberapa menit, mereka sudah terbang di udara. Stella menatap keluar jendela, melihat pem

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 37 Pergi Ke Kota Falone

    Aksa pun mengangguk dan berkata, "Wilayah barat kota Falone adalah aset terbesar yang dimiliki Keluarga Fang. Kamu tahu tentang ini, kan?" Stella berpikir sejenak, kemudian mengangguk. Tentu saja ia tahu tentang hal ini. "Lalu kenapa?" Aksa menatap Stella dengan tatapan serius, "Keluarga Fang sedang mengalami krisis internal. Ada kesempatan untuk mendekati mereka dan mencari jalan agar kamu bisa memasuki wilayah barat tanpa menimbulkan kecurigaan. Aku punya koneksi yang bisa membantu." Stella mengernyitkan alisnya, penasaran. "Koneksi apa? Bagaimana caranya?" "Aku mengenal salah satu anggota keluarga Fang yang punya pengaruh. Dia bisa memberikan izin masuk jika kita bisa meyakinkan dia bahwa kita punya tujuan yang sama," jawab Aksa. Stella yang mendengar hal ini tentu saja terkejut. Aksa mempunyai kenalan anggota keluarga Fang? "Jangan mencoba untuk membohongiku," kata Stella memasang raut wajah tidak percaya. "Aku tidak membohongimu. Aku berbicara jujur," kata Aksa meyakinka

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 36 Wilayah Barat Kota Falone

    Stella merasa bingung mendengar perkataan Aksa. Padahal selama ini Stella percaya sepenuhnya pada Aksa dan yakin Aksa tidak pernah berbohong padanya, namun kali ini ada keraguan yang menghampirinya. Stella selalu mempercayai semua yang dikatakan Aksa, kecuali yang berkaitan dengan kekayaan dan harapan besar. "Tidak bisa, Aksa. Tidak sembarang orang bisa masuk ke sana," kata Stella tegas. Aksa menepuk bahu Stella dengan lembut sambil tersenyum, "Aku punya cara untuk mengajakmu masuk ke sana dan melihat-lihat." "Bagaimana caranya?" Stella bertanya, ekspresinya penuh pertanyaan. Aksa memandang ke langit yang mulai gelap, dengan lampu-lampu kota yang bersinar terang dari tempat mereka berdiri. "Sekarang, kita pulang dulu. Kita bisa membicarakan hal ini saat berada di rumah." Stella menolak dengan tegas, "Aku tidak mau. Aku tidak ingin pulang." Ia teringat akan tujuannya datang ke tempat ini. Meski begitu, Aksa tetap meyakinkannya, "Tolong turuti keinginanku sekali ini saja

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 35 Tempat Impian

    Aksa memandang Stella dengan ekspresi khawatir yang dalam. Tidak pernah terlintas dalam benaknya bahwa Stella akan mencapai titik terendah seperti ini. "Stella, kamu tidak boleh menyerah begitu saja. Setiap kehidupan pasti memiliki cobaan, namun setiap cobaan pasti memiliki solusinya. Kamu harus tetap berjuang," ucap Aksa dengan suara penuh keyakinan.Stella menatap Aksa dengan tatapan getir dan tertawa pahit, "Apa yang kamu tahu? Aku sudah berjuang sekuat tenaga, namun apa yang kudapatkan? Hanya celaan dan hinaan dari sekeliling. Aku hanya menerima luka dan kesedihan. Bagaimana mungkin kamu mengerti perasaanku?"Aksa merasa bersalah saat melihat ekspresi Stella. Selama ini, dia terlalu fokus pada kehidupannya sendiri sehingga melupakan bahwa Stella juga butuh perhatian dan kebahagiaan.Stella menatap Aksa dengan mata berkaca-kaca, "Aku sudah tak sanggup lagi, Aksa. Hidupku dipenuhi dengan penderitaan. Setiap hari aku tenggelam dalam kesedihan yang tak berkesudahan," desahnya sambil

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 34 Tidak Tahan Lagi

    Tiga tahun kemudian, banyak sekali perubahan yang telah terjadi. Kota Berlin, yang dulunya sedikit tertinggal, kini telah bertransformasi dengan cara yang menakjubkan. Dalam tiga tahun ini, perubahan yang terjadi sungguh luar biasa. Bangunan-bangunan tinggi menjulang di sepanjang jalan, menciptakan siluet perkotaan yang modern dan dinamis. Gedung-gedung baru ini, dengan desain arsitektur futuristik, memberikan sentuhan kemewahan dan kecanggihan yang belum pernah ada sebelumnya. Jalan-jalan yang dulu sepi kini dipenuhi lalu lintas yang ramai, mencerminkan geliat ekonomi dan aktivitas masyarakat yang semakin meningkat. Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa kota yang sekarang mengalami kemajuan ini dapat membuat semua orang yang tinggal di dalamnya merasa nyaman? Sore hari di makam keluarga Yuan, Stella duduk di dekat makam mendiang ayahnya. Langit yang perlahan berubah jingga memantulkan bayangan yang melankolis di sekelilingnya. Air matanya membasahi pipinya yang pu

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 33 Masakan Aksa

    Stella menatap Aksa dengan sinis, kemudian mencium aroma harum dari masakan yang sedang dimasak olehnya.Ternyata, aroma makanan yang diciumnya tadi adalah masakan Aksa?Tanpa menoleh, Aksa berkata, "Jangan khawatir, aku akan memberimu makanan. Duduklah dan tunggu aku selesai." Stella dengan ekspresi kesal menatap Aksa dan menggerutu, "Bertanya tidak boleh. Bahkan melihat sendiri pun tidak boleh? Orang macam apa kamu ini, kenapa kamu pelit sekali?"Aksa menoleh ke arah Stella, dan menatapnya dalam diam.Kening Stella berkerut, menatapnya dengan bingung, "Kenapa menatapku?""Akhirnya kamu menyadari apa yang aku rasakan selama ini," kata Aksa tersenyum sinis.Stella menatapnya penuh emosi, menggertakkan giginya dengan geram, hampir merasa ingin meremas wajah Aksa. Namun, akhirnya Stella memutuskan untuk pergi dan duduk di meja makan sambil terus menggerutu, "Kenapa dia begitu menyebalkan? Hari-harinya selalu membuatku kesal."Beberapa saat kemudian, Stella kembali dengan membawa dua m

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 32 Tidak Bisa Tidur

    Pada pukul dua belas malam, Stella merasa sangat sulit untuk tidur. Kondisi ini sangat tidak biasa baginya karena biasanya ia selalu berada di kamar yang nyaman. Stella telah mencoba berbagai cara untuk memejamkan mata, namun rasa kantuknya tidak kunjung datang. Rasanya seperti malam yang panjang dan sunyi baginya, di mana pikirannya terus berputar tanpa henti."Astaga, mengapa aku begitu sulit tidur? Rumah yang sempit tanpa pendingin ruangan membuatku merasa tidak nyaman," gumam Stella pada dirinya sendiri. Dia duduk dan menatap ke lantai, di mana Aksa terlihat tertidur pulas tanpa kesulitan apapun."Dia sangat mudah tertidur. Mungkin sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana, sehingga tidak terganggu," pikir Stella dengan sedikit nada sinis.Stella kembali berbaring dan memejamkan matanya, tapi dia tetap tidak bisa tidur. Berbagai posisi sudah ia coba, namun rasa kantuk yang tak kunjung datang justru membuatnya merasa tersiksa. Tak lama kemudian Aksa terbangun dan melihat

  • Dinginnya Hati, Hangatnya Cinta    BAB 31 Pergi Dari Rumah

    Aksa berjalan ke arah keduanya dengan pelan, mendengarkan perdebatan mereka baik-baik. Stella mengepalkan tangannya erat-erat, menahan amarah yang membara di dalam dirinya."Kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Bisnis ini adalah warisan Kakek yang dikelola dengan baik oleh ayahku setelah kamu menghancurkannya. Kamu tidak punya hak untuk mengendalikannya lagi!" seru Stella dengan suara gemetar karena emosi.Jiwan tertawa kecil, mendengar ucapan Stella. Seakan-akan, dia hanya bermain dengan keponakan bayinya."Oh, Stella. Kamu masih terlalu naif. Dunia bisnis itu kejam, dan hanya yang kuat yang akan bertahan. Jika kamu tidak bisa mempertahankan bisnis ini, maka aku yang akan melakukannya."Aksa yang sejak tadi mendengarkan percakapan itu, mulai berpikir lebih dalam. Ternyata, keluarga Yuan yang ia kenal, tidak sedamai yang ia kira. Ada banyak hal yang tersembunyi di balik permukaan yang selama ini ia abaikan."Paman Jiwan," Aksa akhirnya angkat bicara, suaranya tenang namun tegas, "a

DMCA.com Protection Status