Hallo readers, maaf ya kemarin gak update, aku ketiduran. Semoga tidak bosan dan masih menetap ya. Love You
Bau alkohol menguar dari tubuh pria tua itu, pria yang lebih pantas menjadi ayah Elaine. Dia merasa mual, tangan dan kakinya mendorong laki-laki itu, "Pergi, aku bukan pelacur!"Alat kelamin laki-laki itu ditendang, dia langsung jatuh. "Aih, perempuan yang seperti ini, aku suka. Datang kesini, masih bilang bukan pelacur, tidak ingin menjual bukan karena harganya belum cocok?”“Hargai sendiri, bagaimana?" Laki-laki itu mendekat lagi ke arah Elaine.Elaine menjadi kesal, langsung memegang tangannya, menggigit sekuat tenaga."Ah!" Laki-laki itu tidak menyangka Elaine berani menggigit orang, dia berteriak karena kesakitan, melambaikan tangan kemudian pergi.Menyingkir dari laki-laki cabul itu, Elaine berjalan sendirian di koridor yang remang. Terdengar suara mengejutkan dari kedua sisi kamar, bercampur dengan erangan yang berlebihan.Elaine mengerutkan alis, begini banyak kamar, bagaimana dia menemukannya?Tiba-tiba, ada seseorang yang menariknya dan mendorong dia ke tembok. Elaine terke
Reyhan masuk ke dalam ruang privat di mana temannya itu berada, rencana Reyhan akan menjadikan pria bernama Hansel itu sebagai orang kepercayaannya di kantor. “You want?” Hansel menyodorkan satu botol beer ke arah Reyhan, namun segera ditolak oleh pria itu. Hansel juga tidak peduli dengan penolakan Reyhan, dia meneguk beer miliknya kemudian meletakkannya lagi di atas meja. “Dengar-dengar kamu sudah kembali ke keluarga Sunarya?” tanya pria itu lagi. “Kalau tidak ada hal yang di luar dugaan, iya.” Reyhan menjawab dengan datar, sepertinya yang dia hadapi bukanlah keluarga konglomerat nomor satu di Indonesia, melainkan hanya keluarga biasa yang sederhana. Hansel menghela napas, setengah tertawa berkata, “Sepertinya ayahmu masih berpikir jernih dengan menyerahkan hak warisnya padamu, daripada diserahkan pada putra kesayangannya yang jelas-jelas bukan darah dagingnya sendiri.” “Kalau sampai diserahkan pada putra haramnya itu, tidak sampai ayahmu mati, maka perusahaan akan habis.” Seor
William buru-buru mengangguk dan membungkuk, “Iya benar, yang Tuan muda katakan memang benar. Aku ingin meminta maaf dan akan segera meminta maaf.”“Tadinya kamu masih ingin menghancurkan bisnis istriku.”William membungkuk lagi dan lagi, “Akulah yang salah, aku akan mengembalikan semua yang menjadi hak AD Company.”“Istriku dibuat cemas setiap hari, ke sana kemari mencari bantuan karena dana yang telah kamu kucurkan kamu tarik kembali.” Reyhan kembali berkata.William sudah hampir menangis, lalu dia menampar dirinya sendiri dengan keras, “Aku … aku akan mengembalikan dananya, malam ini juga pihakku akan mentransfer dananya.”Pemadaman listrik pabrik, pemadaman listrik di lokasi kontruksi, jalur produksi berhenti berjalan, semua pekerjaan ditangguhkan, bank menarik kembali pinjamannya.Untuk setiap detik penundaan itu, kerugian yang dialami William sangatlah besar. Jika ini terus berlanjut, maka dibutuhkan waktu kurang dari 10 menit, seluruh perusahaannya akan runtuh.“Sudah jangan me
William tidak berani masih tetap berada di sana, dia langsung melarikan diri dari sana.Di ruang tamu, Diana tercengang sepanjang waktu. Entah apa yang dia dengar tadi nyata atau tidak, yang jelas dia belum bisa mencernanya.Namun, Albert yang sudah dimakan asam garam kehidupan, dia juga paham, ada yang tidak beres dengan Reyhan. Pandangannya kini tertuju pada pria itu, namun dia tetap tidak bisa percaya dan menolak untuk mempercayai pemikirannya.Sementara Reyhan berlagak seperti tidak tahu menahu soal ini, seolah apa yang diucapkan William hanya omong kosong belaka.“Papa, Mama, bukankah tadi kalian ingin sarapan? Bagaimana kalau kita sarapan dulu, bukankah masalah keluarga kalian sudah teratasi?” Reyhan berkata untuk memecah suasana.“Apa makan?” Albert yang sejak awal tidak menyukai Reyhan, langsung meledak detik itu juga.“Kamu masih ingin makan di rumahku? Dasar pria tak berguna! Kenapa kamu tidak enyah saja dari hadapanku!”Reyhan mengedipkan matanya, merasa ayah mertuanya ini
“Tuan muda, silahkan!” Seorang pelayan yang berusia 60 tahun dengan sopan membuat gerakan mempersilahkan.Pelayan ini sudah ikut keluarga Sunarya sejak dia masih muda, bahkan dia pernah merawat Reyhan sejak Reyhan masih kecil. Wanita ini bernama Fatimah, dia adalah kepala pelayan di rumah ini.Reyhan takut putrinya akan ketakutan, dia membungkukkan badan dan menggendong Kaesha dalam dekapan. Meski ada rasa takut, tapi Kaesha tidak hentinya memandang ke kanan dan ke kiri.Dia begitu mengagumi rumah mewah itu, mengangumi para pelayan dan pengawal yang berjejer di sana. Keadaan ini bahkan tidak pernah dia temui di rumah Allesia, ibunya.Dalam ruangan yang begitu besar, sosok tubuh Roy Sunarya duduk di kursi kayu kuno berwarna coklat gelap. Dia memakai kacamata berbingkai emas, janggut dan kumisnya terpotong rapi dan bersih.Meskipun sudah berusia 65 tahun, tapi kulitnya masih terlihat bersih. Perawakannya masih terlihat seperti dia masih berusia 45 tahun. Ekspresi mata yang terpancar dar
“Sesuai dengan rencanamu membawaku pulang,” ujar Reyhan. “Bawa istrimu pulang, atau kalau tidak, kamu tinggalkan saja dia, berikan dia kompensasi. Mulai hidupmu yang baru bersama keluarga Sunarya, berapa banyak orang yang menginginkan kehidupanmu di luar sana? Tapi kamu malah ingin berkeliaran di luar!” Roy menunjukkan wajah geramnya. “Berkeliaran di luar katamu? Ini topik yang menarik.” “Tuan Sunarya, bukankah kamu yang mengusirku? Kamu bersikap seperti suami dan ayah yang baik, melindungi istri keduamu dan anak harammu, lalu mengusir anak kandungmu sendiri.” “Cukup, Reyhan! Dia bukan anak haram, dia adikmu, mulai saat ini kita adalah keluarga, bersikap baiklah padanya.” Reyhan mendengarnya, hanya bisa tersenyum sinis. Aini-ibu tiri Reyhan, masuk ke ruangan saat situasi sedang memanas. Dia mengusap kepala Kaesha lalu membawanya untuk masuk. Ketika Aini dan Kaesha masuk, dua orang yang sedang berseteru kembali diam, jelas ada ketegangan diantara keduanya. “Apa yang sedang kalia
“Baiklah, nanti kita akan bicarakan sama tante Elaine, bagaimana?” Reyhan berkata penuh kasih sayang, juga tidak mungkin dia akan berani mengatakan ini pada Elaine, wanita itu akan marah dan ini bukan waktunya.Dua hari kemudian, Aini dan Reyfan tahu bahwa Reyhan sudah menandatangani hak warisnya termasuk beberapa saham Sunarya Group yang diperuntukkan untuknya. Dalam hal ini jelas posisi Reyfan semakin terancam.Aini semakin geram dan terkejut, puluhan tahun dia mengabdikan diri untuk si tua bangka Roy Sunarya, tapi apa yang dia dapatkan? Hanya beberapa property kecil dan tiga cabang usaha yang profitnya sangat minim.“Si rubuh tua Roy ini, apa maksud dia yang sebenarnya!” Reyfan ikutan geram.“Reyfan, ayahmu tidak akan bermaksud untuk memeriksamu, kan?” tanya Carissa.“Ada kemungkinan begitu, Farzan juga bukan orang bodoh, kemunculan Reyhan saat ini pasti ada sangkut pautnya dengan dia.” Raut wajah Reyfan meredup, “Akan kucari tahu dulu, kalau dia benar-benar berbuat sesuatu padaku,
Reyhan diam-diam terkejut, wanita ini sungguh tahu banyak. Tapi wajah Reyhan tak bergeming, “Kalau tidak, lalu bagaimana menurutmu?”“Kalau tuan Reyhan tidak mau bicara, tidak apa-apa. Lagipula, apapun tujuanmu, aku tidak peduli, aku hanya seorang staf biasa di sini.” Shella mengalihkan pandangannya dan tersenyum, “Untuk selanjutnya, aku adalah asisten Tuan Reyhan, ada apa-apa anda bisa langsung hubungi aku.”“Baik, Shella,” angguk Reyhan.“Tuan Reyhan, pergilah keluar! Para wanita di staf keuangan sudah tidak sabar menunggumu keluar, pergilah dan sapa mereka!” kata Shella sambil berjalan keluar.Mereka pun keluar berdua, dan di ruangan menjadi hening. Di luar, Shella menatap sekeliling, tangannya menunjuk ke arah Reyhan, “Perhatian semuanya, hari ini kita kedatangan manager baru, yaitu Tuan Reyhan Adipati Sunarya.”“Seperti nama belakang beliau, mungkin sebagian sudah paham siapa sebenarnya Tuan Reyhan ini?”“Iya, beliau adalah putra sulung Tuan Roy Sunarya.”Plok plok plok!Gadis-ga
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta