Sementara di tempat lain, Reyhan dan Elaine sedang menghadiri acara sekolah Kaesha.Tiba-tiba saja, sebuah Mercedes-Benz berhenti di depan mereka, seorang wanita turun dari mobil dan langsung memanggil Elaine.“Elaine, apa yang sedang kamu lakukan di sini? Kamu tidak sedang menjemput anakmu kan? Aku dengar kamu juga baru menikah.”Elaine agak kaget, pasalnya, temannya yang bernama Kania ini tiba-tiba muncul di hadapannya. Setahunya, Kania tinggal di luar negeri.Kini, sosok Kania sedang memandang ke arah Reyhan, dia mengerutkan kening dan bertanya, “Elaine, apa dia suamimu?”“Iya.” Elaine mengangguk mengiyakan.Melihat pakaian Reyhan yang sederhana, Kania tidak bisa menyembunyikan ekspresi merendahkan di wajahnya.Namun, di depan Elaine, dia tetap tersenyum, “Suamimu cukup tampan, dia tinggi dan memiliki tubuh yang bagus. Aku sudah mendengar acara pernikahanmu, bisa dibilang kalian menikah tanpa acara yang meriah.”“Terima kasih.” Reyhan tidak membantah dan hanya menerimanya begitu sa
Elaine memandang Reyhan, dalam hati sebenarnya dia sudah lumayan jengah dengan sifat Kania yang suka melebih-lebihkan. Selalu memandang orang hanya dari penampilan. Memandang rendah orang yang dirasa tidak sepadan. Elaine bisa menduga bagaimana sikap Kania jika tahu latar belakang Reyhan. Identitas suaminya yang merupakan pewaris dari Sunarya Grup.Sepanjang perjalanan, Kania tak henti memamerkan suaminya. Betapa hebat pilihan dan hidupnya sekarang. Memilih seorang pria bule dengan latar belakang keluarga kaya. Hidup dalam kemewahan dan bergelimpahan harta kekayaan.Namun, Elaine sama sekali tidak merasa iri, dia jelas memiliki lebih dari yang Kania miliki. Reyhan, dari segi penampilan dan latar belakang, bahkan perangainya, sangat sempurna bagi Elaine. Hanya dengan melihat Reyhan saja, sudah membuatnya merasa cukup dengan seisi dunia meski terkadang pertengkaran kecil di antara mereka tidak bisa dihindarkan.Sekitar 30 menit dari sekolah Kaesha terdapat sebuah restoran mewah yang bia
Elaine tertegun sejenak oleh sikap pegawai ini, lalu menarik kembali tangan kanannya. Toko saat ini tidak terlalu ramai, meski begitu tetap saja dia merasa malu. Seumur hidupnya, jika Elaine datang ke sebuah toko pakaian, meski tidak membeli, pelayan tidak akan berani menegurnya.Sekarang dia pertama kali datang ke toko ini dan langsung disuguhkan dengan pelayanan yang tidak menyenangkan. Dalam hatinya langsung berpikir dengan pelayanan toko yang buruk dan tidak ramah dengan semua pembeli.Istrinya diinterupsi seperti itu, seketika wajah Reyhan menggelap. Sekarang di matanya hanya ada rasa tidak senang. Melihat Kaesha yang kebingungan, dia masih berusaha untuk menjaga reaksinya. Reyhan tidak langsung menegur pelayan toko begitu saja.Pemandangan itu tentu saja tidak luput dari kedua mata Kania. Bahkan sejak awal dia melihat pelayan yang menatap tajam ke arah Elaine yang sedang menyentuh gaun putih itu, dia sudah menduga bahwa hal ini pasti akan terjadi. Saat pelayan toko mendatangi El
Kedua tangan Reyhan terkepal erat, diusir seperti sebuah sampah, dulu dia biasa mendapatkannya. Sekarang sang istri malah diperlakukan dengan buruk di depan anak mereka. Pegawai toko ini, cari mati rupanya.Elaine melihat pegawai itu yang sama sekali tidak merasa bersalah. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan pegawai yang kurang ajar seperti ini. Tangannya yang mencengkram dompet sedikit mengencang. Segera setelah dia menggertakkan giginya, dia ingin mengeluarkan uang dan membeli pakaian itu.Sementara Kania tentu merasa semakin senang. Melihat Elaine kesusahan dan seperti telah berada di ujung tanduk, dalam hatinya bersorak kegirangan. Dia penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya, jika Elaine benar-benar telah keluar, barulah dia akan bertindak.Suami Kania tadinya tidak mau ikut campur dengan permasalahan orang miskin. Dia tidak mau mengorbankan diri hanya untuk membantu teman sang istri.Tetapi dalam hatinya sudah terlanjur menyukai Elaine. Jika dia mengulurkan tangan untuk me
"Terima kasih, tapi aku sudah tidak ingin membeli gaun ini," Elaine menolaknya.Suami Kania tau bahwa penolakan pasti akan datang. Tetapi berbagai macam sifat perempuan, dia sudah hatam. Awalnya menolak lama-lama akan mengejar, begitulah wanita."Elaine, tidak perlu sungkan padaku. Jika kamu suka, maka beli saja. Anggap saja Kania yang memintaku untuk memberikannya padamu," suami Kania tak kalah memaksa.Elaine ragu-ragu, dia melihat ke arah gaun itu lalu melihat suaminya seketika hatinya dipenuhi dengan kebimbangan. Sebagai seorang wanita, melihat gaun yang cantik tentu dia sangat ingin memilikinya. Tetapi dia tidak mau jika dibelikan oleh pria lain, hal itu sama saja dengan dia tidak menghargai suaminya.Lagipula, dia bukanlah wanita yang terbiasa dibelikan oleh pria. Dari sebelum menikah, Elaine terbiasanya untuk menyenangkan diri dengan uang hasil keringatnya sendiri. Lalu menikah dengan Reyhan, awalnya dia masih berbelanja dengan uangnya. Kemudian lama-kelamaan, pria itu yang mul
Wanita muda itu mengabaikan Kania begitu saja, bahkan dia tidak repot-repot menatap dua wanita itu. Dia langsung menganggap Kania dan Elaine bagai angin, berbalik dan berjalan ke depan cermin dengan suara centil yang menusuk telinga. "Aku memang sangat cocok mengenakan gaun ini," wanita muda itu melihat tubuhnya yang seksi dan beberapa kali memiringkan tubuh supaya dia bisa melihatnya dari samping. Tak dipungkiri, tubuhnya yang ideal bak seorang model sangat pas ketika mengenakan gaun putih ini. Bahkan suami Kania juga tanpa sadar langsung jatuh hati. Namun, segera pria itu memusatkan kembali perhatiannya. Meskipun dia melihat wanita muda ini begitu cantik dan seksi sampai ingin meneteskan air liur, tetap tidak boleh mempermalukan dirinya. Kania sangat kesal dengan wanita ini, seenaknya mengambil gaun yang sudah dipegang olehnya. Harga dirinya yang tinggi seperti ternoda. Kania berjalan mendekati wanita itu dan berkata dengan kesal, "Itu adalah gaun milikku! Kamu tidak bisa mengam
Pria tua itu melihat Dalton tanpa ekspresi. Mereka adalah rekan bisnis, tetapi karena sifatnya yang sombong serta kelas mereka tidak setara, jadi dia tidak terlalu menghormati rekan bisnisnya ini. "Ya," ucap Sam lalu kembali memperhatikan wanitanya. Melihat wanitanya sangat cantik di depan cermin dan berpose seksi dengan gaun di tangannya, Sam sangat senang. Saat ini dia masih tidak tahu mengenai perseteruan wanitanya dengan Kania. Kania menggertakan giginya, selama ini dia tidak pernah melihat suaminya diabaikan oleh orang lain. Hal itu tentu saja karena suaminya adalah seorang bangsawan dan juga pengusaha terkenal di Kolombia. Jadi, tidak ada siapapun yang berani untuk menyinggung mereka. Tetapi sekarang mereka sedang berada di Indonesia, tadinya bertemu dengan Elaine dan suaminya yang ternyata adalah orang yang miskin, baru saja ingin unjuk kebolehan kekayaan suaminya, malah bertemu dengan Sam yang merupakan pengusaha tambang dan tidak boleh untuk disinggung oleh mereka. Meski
Wanita itu memandang Kania dan tatapan benci sangat terlihat di wajahnya. “Buat wanitamu minta maaf padaku!” Kania tidak habis pikir, sebelumnya dia telah merendahkan harga dirinya dengan meminta maaf kepada wanita itu. Sekarang seperti tidak mendengar permintaan maaf darinya, wanita itu malah meminta dia untuk meminta maaf lagi? "Aku sudah meminta maaf—" "Permintaan maaf mu itu ... kamu sangat tidak tulus ketika mengatakannya," wanita muda yang centil itu, dalam hatinya sangat ingin membuat Kania malu karena telah berani bersinggungan dengannya. Wanita muda menggamit lengan kekasihnya dengan manja, dia berkata lagi, "Katakan dengan benar baru aku bisa memikirkannya apakah urusan ini bisa selesai." “Ini ….” Dalton dan Kania saling memandang, masing-masing menunjukkan ekspresi tidak mengenakkan di wajahnya. Dalton tahu bahwa istrinya sudah sangat merendahkan diri untuk tidak membuat masalah semakin sengit. Wanita ini malah tidak menghargai dan menginginkan lebih. Namun, meskipun b
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta