Hidup adalah rahasia ilahi bagaimana hari ini atau lusa tidak ada satu orang pun yang bisa menebak datangnya takdir. Kemewahan, nama besar, jabatan dan anak adalah titipan tak perlu berbangga diri menganggap bahwa orang lain adalah miskin.Sejujurnya kemiskinan yang hakiki bukanlah harta tetapi ilmu dan iman. Allah tidak akan melihat sebanyak apa kekayaan kita tetapi sebagai mana kita memperlakukan orang lain dengan baik."Van di depan ada yang cari kamu," usapan lembut di lengan menyadarkan Ivan yang larut dengan ceramah salah satu temannya yang bermukim di pesantren ia hanya bisa mendengar dari ponsel tanpa bisa bertemu.Ahmad adalah orang yang sudah menyadarkan Ivan saat berada dalam keterpurukan berdoa bulan yang lalu dimana kebenaran itu terungkap bersamaan dengan perusahaan yang pailit. Ahmad yang menuntunnya ke jalan yang seharusnya, seiring berjalannya waktu Ivan berhasil bangkit menyadari Allah telah mengembalikan keadaan keluarganya yang dulu begitu dzalim pada Jihan. "Si
Tania membanting pintu kamar menimbulkan suara dentuman keras sehingga mengejutkan Aksa yang beristirahat di kamarnya. Berapa hari yang lalu Aksa membebaskan Tania dengan bersyarat, rela menjual berapa aset hanya untuk putrinya namun, setelah bebas Aksa yang ingin putrinya berubah menjadi wanita yang baik dan melupakan Kenzie adalah keinginannya.Tania tidak terima kalau Kenzie hidup bahagia dengan Jihan. Apa pun akan dilakukan oleh Tania untuk mendapatkan cinta Kenzie meski usahanya selalu gagal.Aksa tidak hentinya mengingatkan Tania untuk berhenti mengusik mereka, mengikhlaskan cintanya untuk wanita lain. Aksa tahu juga Tania sulit untuk melupakan pria yang pernah menikahinya meski hanya pernikahan siri."Tania, kamu baru pulang, Nak? Haruskah Ayah mengingatkan kamu untuk kesekian kalinya, atau kamu ingin Ayah bersujud di kakimu agar kamu bersedia mengikuti apa yang dikatakan ayah? Berhentilah, kamu masih muda kamu bisa mendapatkan laki-laki lain yang jauh mencintai kamu menerima
Setelah di hubungi oleh pak RT Ivan bergegas menuju kediaman pak RT. Satu minggu bukan waktu yang sebentar, berbagai cara sudah dilakukan oleh Ivan untuk mencari keberadaan putri dari pak Aksa meski semua yang ia lakukan telah gagal tidak ada titik terang tentang keberadaan putri tunggal pak Aksa."Pak RT apa Putri Pak Aksa sudah pulang ke rumah? Bisakah saya menemui sekarang atau bapak sudah mengatakan tentang kejadian satu minggu yang lalu pada putri pak Aksa?" tanya Ivan, membuat pak RT mengulas senyum."M— maafkan saya pak, saya tidak bermaksud untuk," lanjut Ivan merasa malu karena ia mencecar berbagai pertanyaan pada pak RT."Tidak apa-apa pak Ivan, jadi begini tujuan Saya memanggil Pak Ivan kemari untuk membahas yang sempat di pertanyakan oleh pak Ivan pada saya saat di pemakaman. Saya ingin menceritakannya yang saya ketahui meskipun saya tidak tahu kebenaran ini tapi inilah yang saya dengar dari para warga," ucap pak RT, sesat terdiam menetralkan perasaan yang sulit untuk ia u
Tania terkejut mendengar kabar tentang ayahnya yang meninggal dunia satu bulan yang lalu bertepatan dengan kepergiannya dari rumah. Tawa Tania lepas begitu saja dia tidak yakin jika sang ayah akan pergi begitu saja meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini tanpa berpamitan, dan juga tanpa meninggalkan kata-kata terakhir untuknya."Nak Tania, kamu baik-baik saja?" tanya Pak RT yang iba dengan keadaan Tania saat ini."Bapak tanya saya baik-baik saja atau tidak? Sekarang saya tanya apa bapak akan baik-baik aja jika mendengar kematian orang tua bapak?" sahutnya ketus. Wanita yang tidak jauh dari Tania hanya mengusap dada mendengar jawaban wanita angkuh di depannya."Kenapa kamu begitu jawabnya? Kami beritahukan dan kami menanyakan apa kondisi kamu baik-baik saja atau kamu shock mendengar kabar ayahmu meninggal dunia. Apa pantas jawaban kamu seperti ini pada kami? Tidakkah kamu bisa menghargai kami lebih tua dari kamu? Setidaknya pikirkan kami ini siapa kamu di sini?" cetus istri pa
Mang Ucup berlari mengejar sosok wanita yang terlihat tengah mengintip di kediaman Cakra. Ada rasa takut dan penasaran siapa gerangan wanita yang terus mengintai keadaan di dalam, jika wanita itu adalah suruhan dari Tania ataupun Luna karena mereka tidak akan membiarkan Jihan hidup bahagia dengan Kenzie."Mang Ucup bagaimana, apa wanita itu tertangkap?" tanya jihan mencari keberadaan wanita kini tidak ada di depan rumahnya."Maaf mbak Jihan wanita itu kabur. Dia bawa motor terparkir disana, sepertinya sudah di rencanakan di lihat dari cara parkirnya." ujar mang Ucup menunjukan motor yang melaju semakin jauh dengan kecepatan tinggi."Siapa kira-kira ya, mang? Kenapa enggak masuk tanya gitu sama kita. Tujuannya apa, siap yang di cari?"Jihan melihat sekitar yang sepi tidak ada orang yang lewat. Tempat tinggalnya yang terbilang elite membuat jarak rumah dengan rumah yang lain memiliki jarak walau hanya terhalang dengan tembok pembatasan. Namun, mereka sibuk dengan aktivitas di luar rumah
Kenzie mengikuti arah pandang Jihan dimana seorang wanita yang terlihat membeli makanan tidak lama kemudian dia duduk di salah satu kursi yang ada di taman. Penampilannya yang sederhana namun terlihat ada sesuatu yang di sembunyikan. Berapa kali Jihan dan Kenzie melihatnya yang sesekali mengusap wajahnya hal itu tidak lepas dari pantauan Jihan dan Kenzie."Mas, kamu enggak kenal wanita itu? Sepertinya di nangis? Apa aku salah liat?" tanya Jihan tatapannya fokus kearah wanita yang berulang kali mengurungkan niatnya untuk menyantap makan yang ada di hadapannya dan memilih menyandarkan punggungnya."Enggak, sayang kita kesana. Mas penasaran ada hubungan apa antara wanita itu dan Bu Imah," Jihan mengangguk membenarkan ucapan suaminya. Ada rahasia yang ingin ia ketahui dari wanita yang mengambil foto bu Imah secara diam-diam."Hati-hati sayang," Kenzie dengan sigap membantu Jihan berdiri perutnya yang besar membuatnya kesulitan untuk berdiri."Ya mas, terima kasih,"Berlahan Jihan dan Ken
Jihan berusaha untuk menenangkan bu Imah yang terlihat begitu marah dan kecewa atas kedatangan Nanda yang tiba-tiba. Jihan tidak ingin kekesalan dan kemarahan bu Imah semakin berlanjut mengingat ia sendiri telah mendengar apa yang dikatakan oleh Nanda namun fakta yang sebenarnya terucap dari Bu Imah hal itu yang membuat Jihan merasa dibohongi oleh Nanda."Bagaimana Ibu bisa tenang nak, dia adalah anak kandung ibu tapi sedikitpun dia tidak pernah merasa kasihan terhadap kami bahkan saat dia mengatakan itu hati ibu sangat hancur. Anak yang Ibu sayang yang ibu kandung selama 9 bulan ibu melahirkannya dengan susah payah bertaruh nyawa begitu tega mengucapkan kata yang begitu menyakitkan. Dia meminta kami untuk melupakannya, apa kamu tahu nak apa yang dilakukan dia pada saat datang meminta restu pada kami? Dia begitu angkuh bahkan dia mengatakan hal yang jauh lebih menyakitkan dia bisa bahagia dan menikah dengan siapapun tanpa restu dari kami karena restu kami tidaklah penting.Entah wali
"Sayang, kamu sakit? Katakan yang mana?" Kenzie begitu panik melihat kondisi sang istri yang begitu kesakitan berulangkali mengusap perutnya dan wajahnya mulai terlihat pucat. "Mas sepertinya aku akan melahirkan," ucap Jihan terbata."I– iya sayang," Kenzie mengangkat tubuh sang istri entah kekuatan dari mana namun ia mampu turun dari tangga meski Veer terus berteriak sehingga mengumpulkan penghuni rumah mewah milik Cakra."Ken, apa Jihan mau melahirkan?" tanya Bu Imah yang keluar lebih dulu dari kamar diikuti oleh Cakra."Iya Bu, Jihan mengeluh sakit di perut!" Kenzie mempercepat langkahnya menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Cakra berlari mendahului mereka dan membukakan pintu untuk anak dan menantunya."Mas pergilah dulu ke rumah sakit biar aku yang menyusul bersama dengan Veer." Bu Imah meminta Cakra untuk pergi lebih dulu agar bisa menyelamatkan Jihan mengingat air ketuban yang sudah pecah."Ya, jangan lupa hubungi Intan dan Ghasam!" sahut Cakra melajukan mobilnya dengan