Share

Bab 2

Penulis: Celine Shifa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 10:25:45
Aku kira video itu akan berakhir dengan penyelidikan lebih lanjut, setidaknya menemukan laporan tentang bagaimana soda api dan plastik bisa berubah menjadi kuning telur palsu. Namun, yang terjadi hanyalah Nona Meita ini dengan marah berseru di depan kamera,

"Pedagang tak bermoral ini memanfaatkan usia tua untuk berpura-pura tuli dan bisu. Berapa banyak orang yang sudah dirugikan oleh bacang busuk ini?"

"Keamanan pangan adalah isu besar yang menyangkut setiap warga biasa. Meita menyerukan, laporkan segera kalau menemukan masalah. Satu telepon darimu bisa menyelamatkan banyak warga yang tidak bersalah!"

Aku menonton video itu berulang kali, dan menyadari bahwa ini hanyalah "berita" palsu yang dibuat-buat tanpa bukti nyata.

Namun, di kolom komentarnya, tidak ada yang peduli dengan hal itu.

"Aku nggak berani beli makanan isi di luar. Siapa tahu apa yang mereka masukkan ke dalamnya!"

"Nenek tua itu benar-benar pandai berpura-pura. Dia nggak takut kena karma dan mati tanpa keturunan?"

"Aku tahu tempat ini, Pasar Sayur di Jalan Tambang Barat. Nenek ini sudah bertahun-tahun berjualan di sini. Tahun lalu, aku pernah beli satu kantong karena kasihan padanya!"

"Aku sudah telepon hotline pelaporan. Kok katanya bacangnya nggak ada masalah? Kalau nggak ada masalah, kenapa ada yang melapor?"

"Kalau nggak ada yang mengurus, biar kami yang urus! Tunggu kumpul tim ...."

"Aku ikut!"

"Aku juga ikut!"

"…."

Komentar-komentar yang dingin itu menjadi pesta bagi para "pembela keadilan."

Aku menyaksikan apa yang dilakukan para "pembela keadilan" itu. Belasan orang langsung menyerbu, mengerumuni lapak kecil nenekku.

Pria-pria kekar membalikkan baskom stainless berisi bacang. Bacang dan air tumpah ke tanah.

Orang-orang di belakangnya menginjak-injak ketan satu per satu seperti permainan memukul tikus tanah.

Mereka tertawa, mencaci, dan dengan sok pemaaf menunjuk hidung nenekku sambil berkata,

"Karena kamu sudah tua, hari ini kami nggak memukulmu. Tapi lain kali, berjualanlah dengan hati nurani!"

"Kalau berani jual bacang lagi, kami akan hancurkan lapakmu setiap kali melihatmu!"

Tak ada yang peduli pada tangisan nenekku, atau pada bacang yang diinjak hingga hancur itu, yang bahkan tidak memiliki satu pun kuning telur di dalamnya.

Mereka hanya ingin "membela keadilan." Siapa yang peduli apakah semut kecil itu benar-benar bersalah atau tidak?

"Tok, tok, tok."

Suara ketukan lembut memotong lamunanku. Aku tersadar, buru-buru menghapus air mata di wajahku dan pergi membuka pintu.

"Bella, ini aku, Bu Jenny. Kamu di rumah, 'kan?"

Dari luar terdengar suara wali kelasku.

Aku buru-buru membuka pintu, baru ingat kalau aku belum izin. "Bu Jenny, maafkan aku. Aku nggak sengaja bolos ...."

Aku tahu tentang insiden lapak Nenek karena teman sebangkuku saat istirahat siang tadi melihat video penghancuran itu dan memberitahuku.

Aku hanya melihatnya sekilas, lalu langsung berlari keluar kelas, melupakan urusan izin dan semacamnya.

Ibu Jenny langsung memelukku, menepuk punggungku, dan berkata, "Nggak apa-apa, nggak apa-apa, Ibu mengerti."

Pelukannya sangat hangat, seperti pelukan nenekku.

Aku tidak bisa menahan diri lagi, air mata pun mengalir.

"Bu Jenny ... nenekku nggak pernah bikin bacang dengan kuning telur palsu .... Orang itu bohong!"

Aku bisa meyakinkan diriku sendiri untuk tidak peduli dengan hinaan orang asing, tetapi aku tak bisa tidak peduli dengan pandangan orang di sekitarku.

"Ibu tahu. Keluarga Ibu sudah makan bacang buatan nenekmu selama lebih dari sepuluh tahun. Nenekmu nggak pernah jualan bacang isi kuning telur!"

Bu Jenny menghapus air mataku dan berkata, "Ibu sudah bilang ke guru-guru lain di sekolah. Para guru yang pernah makan bacang bikinan nenekmu bersedia jadi saksi dan membantu bicara. Jangan takut, masih ada kami, para guru!"

"Sekarang, jangan pikirkan apa pun. Bulan depan ujian akhir akan datang. Jangan sampai hal ini memengaruhi suasana hatimu."

Ibu Jenny menatapku dengan cemas, takut aku kehilangan fokus pada masa-masa terakhir menjelang ujian.

Aku menghapus air mataku, menggigit bibir, dan berkata, "Bu, aku nggak akan menunda belajar ... Tapi, aku harus menjelaskan semuanya! Kami nggak akan diam difitnah seperti ini!"

Ibu Jenny berkata, "Kepala bagian akademik sudah minta guru-guru lain untuk berkomentar di bawah video reporter itu dan meluruskan. Guru-guru di sekolah kita banyak. Suara besar pasti bisa menyampaikan kebenaran!"

Namun, sedetik kemudian, ponsel Bu Jenny berbunyi. Itu telepon dari kepala bagian akademik, Pak Joko.

"Apa? Semua komentar dihapus dan akun-akun kita diblokir?"

Berbicara itu sangat mudah, bahkan anak usia satu tahun pun sudah bisa memanggil ibunya.

Tetapi, berbicara juga sangat sulit. Hanya perlu mengklik satu tombol untuk membungkam teriakan kita yang penuh emosi.

Bab terkait

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 3

    Bu Jenny duduk di bangku kayu rumahku, terus-menerus menelepon. Dia menghubungi kerabat, teman, dan bahkan agen properti yang dulu membantu saat membeli rumah, meminta mereka untuk membantu meninggalkan komentar klarifikasi di kolom komentar "Meita Punya Cerita."Namun, di depan seorang jurnalis selebriti dengan jutaan pengikut, meskipun kita bisa meminta bantuan seribu orang untuk membela, mereka hanya perlu mengklik untuk menghapus dan memblokir komentar, dan usaha kita akan lenyap begitu saja.Pesan pribadi yang kukirimkan ke "Meita Punya Cerita" tenggelam begitu saja. Meskipun statusnya "sudah dibaca," tidak ada balasan apa pun sebagai tanggapan.Karena dia tidak menjawab, aku pun tidak bisa lagi mengirim pesan baru kepadanya.Untungnya, di halaman profilnya ada nomor telepon. Aku tidak ingin menunggu bodoh lagi, jadi aku langsung menelepon.Pertama kali, tidak ada yang mengangkat.Kedua kali, panggilan teleponku diputus.Ketiga kali ....Pada panggilan kelima, ketika aku nyaris pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 4

    Aku terkejut hingga hampir menjatuhkan tabung reaksi di dekat tanganku.Bu Jenny melangkah maju dan menjelaskan, "Pak Joko, Bella mau siaran langsung untuk memberikan klarifikasi, jadi aku ….""Siaran langsung? Pakai akun yang baru dibuat sehari dan nggak punya pengikut itu?"Pak Joko menatapku tajam dan berkata, "Kamu itu cuma pandai belajar, tapi nggak berpikir. Siapa yang akan menonton siaran langsungmu dengan akun seperti itu?"Sebelum aku sempat menjawab, Pak Joko melemparkan sebuah ponsel ke Bu Jenny, sambil tetap memasang wajah masam, "Ini, akun resmi sekolah. Gunakan ini untuk siaran langsung!"Bu Jenny tertegun, aku pun terpaku.Akun resmi sekolah, dipinjamkan untukku siaran langsung untuk klarifikasi?Pak Joko menatapku, "Kenapa bengong? Cepat!"Bu Jenny tersadar. Sambil tersenyum, dia mengangguk berkali-kali, "Baik, baik, segera aku siapkan!"Saat Bu Jenny sedang mengajukan permohonan siaran langsung, Pak Joko mendekat ke meja eksperimenku. Dari seberang meja, dia berkata ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 5

    Aku mengambil sebuah tabung reaksi dan berkata,"Natrium hidroksida, juga dikenal sebagai soda api atau kaustik soda, bersifat sangat korosif dan sering digunakan untuk membuat deterjen, dan lainnya.""Menurut pernyataan "Meita Punya Cerita," kuning telur palsu dibuat dengan cara merendam plastik dalam soda api, lalu ditambahkan perisa, pewarna, dan sebagainya. Jadi hari ini kita akan melakukan eksperimen untuk melihat apa yang terjadi kalau plastik direndam dalam soda api.""Agar eksperimen ini teliti, aku dan guru telah menyiapkan tiga larutan natrium hidroksida dengan konsentrasi berbeda, serta tiga jenis plastik yang umum digunakan."Di bawah pengawasan dan bantuan guru kimia, aku memasukkan tiga jenis plastik ke dalam tiga larutan dengan konsentrasi berbeda.Waktu terus berjalan, tetapi plastik tetaplah plastik, tanpa tanda-tanda perubahan apa pun.Guru kimia pun berkata, "Sebenarnya, eksperimen ini tidak ada artinya karena plastik adalah material polimer yang tidak bisa dikorosi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 6

    Saat itu, ponsel Pak Joko berdering. Nomor penelepon itu tanpa nama yang terlihat tak asing di mataku."Halo, ini siapa ya?""Aku Meita Yanuar dari 'Meita Punya Cerita.' Kamu pimpinan di SMA Negeri 1, 'kan? Aku ingin menghubungi siswa bernama Bella Lianto, tapi nggak punya nomor kontaknya."Suara manis di seberang telepon itu persis sama seperti nada yang dia gunakan saat menuduh nenekku.Pak Joko menyerahkan ponselnya padaku dan hanya berbisik pelan, "Kamu bicaralah dengannya, jangan takut."Beberapa hari terakhir, dua kata yang paling sering kudengar dari para guru adalah "jangan takut."Aku tidak takut, sungguh.Mengambil ponsel itu, aku berkata, "Aku Bella Lianto. Ada urusan apa kamu cari aku?""Begini, aku mau berdamai sama kamu. Mulai sekarang, jangan lagi unggah video atau memberikan klarifikasi apa pun. Aku akan kasih kamu 100 juta, setuju?"Nada suaranya tetap manis, tetapi kesombongannya dalam kata-katanya tidak bisa disangkal.Kugenggam ponsel erat-erat, merasakan dingin men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 7

    Adapun aku, atas desakan keras Bu Jenny, aku dan Nenek sementara waktu pindah ke asrama sekolah.Nenek tetap tidak tahu apa-apa. Bu Jenny mengatakan kepadanya bahwa ini adalah fasilitas khusus untuk siswa berprestasi.Nenek sangat berterima kasih. Dia memindahkan semua bahan makanan yang tersisa di rumah ke asrama.Dia membuat banyak bacang dan mengirimnya ke kantin sekolah, membagikannya secara gratis kepada semua orang.Tak ada yang keberatan meski itu hanya sepotong bacang.Kalimat yang paling sering kudengar berubah dari "Jangan takut" menjadi "Bella, minta nenekmu jualan lagi, aku mau makan sepuluh biji!"Kupikir masalah ini akan ramai untuk waktu yang cukup lama.Namun, siapa sangka, hanya tiga hari kemudian, Badan Pengawas Pasar merilis pengumuman."Setelah melakukan investigasi menyeluruh, kami tidak menemukan pedagang yang menjual bacang palsu dengan isian kuning telur bebek di wilayah ini, atau pun bahan baku terkait.""Selain itu, kami juga telah memeriksa lingkungan produks

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 8

    Suara Meita serak, tidak lagi manis seperti dulu, malah terdengar lebih menyenangkan sekarang.Aku memandangnya dengan dingin, "Dengan hati nurani yang bersih, aku nggak merasa bersalah, sementara 'kesuksesan' yang kamu klaim itu tercapai dengan menginjak jerih payah orang-orang biasa seperti aku.""Haha! Dunia ini memang hukum rimba, yang lemah harus menjadi batu loncatan bagi yang kuat!"Aku menggelengkan kepala. "Kamu menganggapku lemah, jadi mau menginjakku untuk naik ke atas, tapi apa itu berarti kamu cukup kuat? Sekarang pun, bukankah ada orang yang menginjakmu untuk naik?"Meskipun banyak akun wartawan palsu yang telah diblokir, masih banyak media sosial yang bersenang-senang, hampir gila-gilaan menginjak Meita untuk menarik perhatian."Hmph ...."Meita tertawa dingin, matanya penuh kegilaan, "Aku sudah hancur, kamu juga jangan harap hidup enak! Sebentar lagi kamu akan ujian masuk universitas, 'kan? Sekarang aku nggak punya apa-apa lagi, dan aku pasti akan ...."Tiba-tiba, Nenek

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 1

    Nenekku yang berusia 70 tahun menjual bacang untuk mengumpulkan uang agar bisa membelikan aku tas sekolah.Tetapi, dia dihentikan oleh seorang wartawan cantik di pinggir jalan.Nenek yang baik hati itu berniat memberikan bacang kepadanya, tetapi keesokan harinya nenek itu menjadi viral di media sosial:"Seorang nenek berusia tujuh puluhan menjual bacang beracun di jalanan dan mencoba menyuap wartawan yang membela keadilan."....Saat aku tiba di pasar, Nenek sedang duduk di tanah, mencoba mengambil beras ketan yang tercampur dengan tanah.Punggungnya bungkuk seperti udang rebus."Sekelompok orang tiba-tiba datang, bilang kalau bacang yang dia jual isinya dibuat dari soda api dan plastik.""Mereka langsung membalikkan meja, nggak bisa dihentikan, barang-barangnya berantakan, dan bacangnya juga diinjak-injak.""Syukurlah, karena melihat usia Nenek yang sudah tua, mereka nggak berani memukul ….""Mereka sambil merekam video, ngomong apa … membela kebenaran?"Tante yang menjual buah di seb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 8

    Suara Meita serak, tidak lagi manis seperti dulu, malah terdengar lebih menyenangkan sekarang.Aku memandangnya dengan dingin, "Dengan hati nurani yang bersih, aku nggak merasa bersalah, sementara 'kesuksesan' yang kamu klaim itu tercapai dengan menginjak jerih payah orang-orang biasa seperti aku.""Haha! Dunia ini memang hukum rimba, yang lemah harus menjadi batu loncatan bagi yang kuat!"Aku menggelengkan kepala. "Kamu menganggapku lemah, jadi mau menginjakku untuk naik ke atas, tapi apa itu berarti kamu cukup kuat? Sekarang pun, bukankah ada orang yang menginjakmu untuk naik?"Meskipun banyak akun wartawan palsu yang telah diblokir, masih banyak media sosial yang bersenang-senang, hampir gila-gilaan menginjak Meita untuk menarik perhatian."Hmph ...."Meita tertawa dingin, matanya penuh kegilaan, "Aku sudah hancur, kamu juga jangan harap hidup enak! Sebentar lagi kamu akan ujian masuk universitas, 'kan? Sekarang aku nggak punya apa-apa lagi, dan aku pasti akan ...."Tiba-tiba, Nenek

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 7

    Adapun aku, atas desakan keras Bu Jenny, aku dan Nenek sementara waktu pindah ke asrama sekolah.Nenek tetap tidak tahu apa-apa. Bu Jenny mengatakan kepadanya bahwa ini adalah fasilitas khusus untuk siswa berprestasi.Nenek sangat berterima kasih. Dia memindahkan semua bahan makanan yang tersisa di rumah ke asrama.Dia membuat banyak bacang dan mengirimnya ke kantin sekolah, membagikannya secara gratis kepada semua orang.Tak ada yang keberatan meski itu hanya sepotong bacang.Kalimat yang paling sering kudengar berubah dari "Jangan takut" menjadi "Bella, minta nenekmu jualan lagi, aku mau makan sepuluh biji!"Kupikir masalah ini akan ramai untuk waktu yang cukup lama.Namun, siapa sangka, hanya tiga hari kemudian, Badan Pengawas Pasar merilis pengumuman."Setelah melakukan investigasi menyeluruh, kami tidak menemukan pedagang yang menjual bacang palsu dengan isian kuning telur bebek di wilayah ini, atau pun bahan baku terkait.""Selain itu, kami juga telah memeriksa lingkungan produks

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 6

    Saat itu, ponsel Pak Joko berdering. Nomor penelepon itu tanpa nama yang terlihat tak asing di mataku."Halo, ini siapa ya?""Aku Meita Yanuar dari 'Meita Punya Cerita.' Kamu pimpinan di SMA Negeri 1, 'kan? Aku ingin menghubungi siswa bernama Bella Lianto, tapi nggak punya nomor kontaknya."Suara manis di seberang telepon itu persis sama seperti nada yang dia gunakan saat menuduh nenekku.Pak Joko menyerahkan ponselnya padaku dan hanya berbisik pelan, "Kamu bicaralah dengannya, jangan takut."Beberapa hari terakhir, dua kata yang paling sering kudengar dari para guru adalah "jangan takut."Aku tidak takut, sungguh.Mengambil ponsel itu, aku berkata, "Aku Bella Lianto. Ada urusan apa kamu cari aku?""Begini, aku mau berdamai sama kamu. Mulai sekarang, jangan lagi unggah video atau memberikan klarifikasi apa pun. Aku akan kasih kamu 100 juta, setuju?"Nada suaranya tetap manis, tetapi kesombongannya dalam kata-katanya tidak bisa disangkal.Kugenggam ponsel erat-erat, merasakan dingin men

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 5

    Aku mengambil sebuah tabung reaksi dan berkata,"Natrium hidroksida, juga dikenal sebagai soda api atau kaustik soda, bersifat sangat korosif dan sering digunakan untuk membuat deterjen, dan lainnya.""Menurut pernyataan "Meita Punya Cerita," kuning telur palsu dibuat dengan cara merendam plastik dalam soda api, lalu ditambahkan perisa, pewarna, dan sebagainya. Jadi hari ini kita akan melakukan eksperimen untuk melihat apa yang terjadi kalau plastik direndam dalam soda api.""Agar eksperimen ini teliti, aku dan guru telah menyiapkan tiga larutan natrium hidroksida dengan konsentrasi berbeda, serta tiga jenis plastik yang umum digunakan."Di bawah pengawasan dan bantuan guru kimia, aku memasukkan tiga jenis plastik ke dalam tiga larutan dengan konsentrasi berbeda.Waktu terus berjalan, tetapi plastik tetaplah plastik, tanpa tanda-tanda perubahan apa pun.Guru kimia pun berkata, "Sebenarnya, eksperimen ini tidak ada artinya karena plastik adalah material polimer yang tidak bisa dikorosi

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 4

    Aku terkejut hingga hampir menjatuhkan tabung reaksi di dekat tanganku.Bu Jenny melangkah maju dan menjelaskan, "Pak Joko, Bella mau siaran langsung untuk memberikan klarifikasi, jadi aku ….""Siaran langsung? Pakai akun yang baru dibuat sehari dan nggak punya pengikut itu?"Pak Joko menatapku tajam dan berkata, "Kamu itu cuma pandai belajar, tapi nggak berpikir. Siapa yang akan menonton siaran langsungmu dengan akun seperti itu?"Sebelum aku sempat menjawab, Pak Joko melemparkan sebuah ponsel ke Bu Jenny, sambil tetap memasang wajah masam, "Ini, akun resmi sekolah. Gunakan ini untuk siaran langsung!"Bu Jenny tertegun, aku pun terpaku.Akun resmi sekolah, dipinjamkan untukku siaran langsung untuk klarifikasi?Pak Joko menatapku, "Kenapa bengong? Cepat!"Bu Jenny tersadar. Sambil tersenyum, dia mengangguk berkali-kali, "Baik, baik, segera aku siapkan!"Saat Bu Jenny sedang mengajukan permohonan siaran langsung, Pak Joko mendekat ke meja eksperimenku. Dari seberang meja, dia berkata ke

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 3

    Bu Jenny duduk di bangku kayu rumahku, terus-menerus menelepon. Dia menghubungi kerabat, teman, dan bahkan agen properti yang dulu membantu saat membeli rumah, meminta mereka untuk membantu meninggalkan komentar klarifikasi di kolom komentar "Meita Punya Cerita."Namun, di depan seorang jurnalis selebriti dengan jutaan pengikut, meskipun kita bisa meminta bantuan seribu orang untuk membela, mereka hanya perlu mengklik untuk menghapus dan memblokir komentar, dan usaha kita akan lenyap begitu saja.Pesan pribadi yang kukirimkan ke "Meita Punya Cerita" tenggelam begitu saja. Meskipun statusnya "sudah dibaca," tidak ada balasan apa pun sebagai tanggapan.Karena dia tidak menjawab, aku pun tidak bisa lagi mengirim pesan baru kepadanya.Untungnya, di halaman profilnya ada nomor telepon. Aku tidak ingin menunggu bodoh lagi, jadi aku langsung menelepon.Pertama kali, tidak ada yang mengangkat.Kedua kali, panggilan teleponku diputus.Ketiga kali ....Pada panggilan kelima, ketika aku nyaris pu

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 2

    Aku kira video itu akan berakhir dengan penyelidikan lebih lanjut, setidaknya menemukan laporan tentang bagaimana soda api dan plastik bisa berubah menjadi kuning telur palsu. Namun, yang terjadi hanyalah Nona Meita ini dengan marah berseru di depan kamera,"Pedagang tak bermoral ini memanfaatkan usia tua untuk berpura-pura tuli dan bisu. Berapa banyak orang yang sudah dirugikan oleh bacang busuk ini?""Keamanan pangan adalah isu besar yang menyangkut setiap warga biasa. Meita menyerukan, laporkan segera kalau menemukan masalah. Satu telepon darimu bisa menyelamatkan banyak warga yang tidak bersalah!"Aku menonton video itu berulang kali, dan menyadari bahwa ini hanyalah "berita" palsu yang dibuat-buat tanpa bukti nyata.Namun, di kolom komentarnya, tidak ada yang peduli dengan hal itu."Aku nggak berani beli makanan isi di luar. Siapa tahu apa yang mereka masukkan ke dalamnya!""Nenek tua itu benar-benar pandai berpura-pura. Dia nggak takut kena karma dan mati tanpa keturunan?""Aku t

  • Nenek 70 Tahun yang Dihujat Dunia Maya   Bab 1

    Nenekku yang berusia 70 tahun menjual bacang untuk mengumpulkan uang agar bisa membelikan aku tas sekolah.Tetapi, dia dihentikan oleh seorang wartawan cantik di pinggir jalan.Nenek yang baik hati itu berniat memberikan bacang kepadanya, tetapi keesokan harinya nenek itu menjadi viral di media sosial:"Seorang nenek berusia tujuh puluhan menjual bacang beracun di jalanan dan mencoba menyuap wartawan yang membela keadilan."....Saat aku tiba di pasar, Nenek sedang duduk di tanah, mencoba mengambil beras ketan yang tercampur dengan tanah.Punggungnya bungkuk seperti udang rebus."Sekelompok orang tiba-tiba datang, bilang kalau bacang yang dia jual isinya dibuat dari soda api dan plastik.""Mereka langsung membalikkan meja, nggak bisa dihentikan, barang-barangnya berantakan, dan bacangnya juga diinjak-injak.""Syukurlah, karena melihat usia Nenek yang sudah tua, mereka nggak berani memukul ….""Mereka sambil merekam video, ngomong apa … membela kebenaran?"Tante yang menjual buah di seb

DMCA.com Protection Status