Pagi ini Stela pergi ke supermarket di dekat apartemennya. Dia yang sudah tidak bekerja mengisi kegiatan dengan membersihkan rumah dan rencananya dia akan memasak untuk Sean.Rasanya sedikit aneh saat kegiatannya hanya akan di rumah, tetapi itu akan menjadi rutinitasnya ke depan."Tante-tante, bisa ambilkan aku itu," ucap seorang anak perempuan berusia lima tahu yang meminta Stela mengambilkan bumbu spaghetti yang akan dia ambil juga.Stela tersenyum dan mengambilkan bumbu itu. Anak kecil itu berterima kasih dan pergi menghampiri mamanya. Stela yang melihat merasa sangat senang. Dia membayangkan jika dia akan memiliki anak yang selucu itu nanti dengan Sean.Selesai berbelanja, Stela kembali ke apartemen lagi. Dia memulai memasak. Tadi Sean sudah mengirimi pesan jika dia sedang ingin makan spaghetti. Jadi akhirnya, Stela membuatkan pesanan suaminya tercinta.Sesaat kemudian Sean datang. Dia sengaja masuk perlahan-lahan agar istrinya tidak tahu. Masuk ke area dapur, dia melihat Stela ya
Setelah mengantarkan Stela ke Rumah sakit, Sean kembali ke kantornya. Hari ini dia ada janji bertemu dengan Olivia, dan sampai di kantor Olivia ternyata sudah kantornya."Kamu dari mana, Se, kenapa baru datang? Aku tadi sengaja datang untuk mengajakmu makan siang, tetapi kamu sudah pergi duluan," tanya Olivia yang melihat Sean yang baru saja datang ke kantor."Aku ada urusan," jawab Sean malas."Apa kamu tahu? Aku tadi sengaja membawa makanan untukmu, tetapi kamu tidak ada, dan akhirnya aku memberikan pada Abi," jelas Olivia kesal."Bagus, jadi kamu bisa berbagi dengan orang lain." Sean menjawab dengan santai. Dia membuka laptopnya dan mengecek laporan yang ingin dijelaskan pada Olivia.Olivia benar-benar kesal karena ternyata Sean masih begitu acuh padanya. Dia juga melihat, Sean tampak biasa saja, padahal sudah jelas dia akan segera bercerai dengan Stela.Sean mulai menjelaskan pada Olivia tentang beberapa hal. Sesuai permintaan papa Olivia, Sean mengajari Olivia."Apa kamu akan jad
Pagi ini Stela mencoba menghubungi Sean, tetapi nomer suaminya itu tidak bisa dihubungi. Dia tidak tahu kenapa suaminya itu tidak bisa di hubungi.Sampai siang hari jam istirahat, Sean juga tidak mengabari dirinya. Stela masih berpikir jika suaminya mungkin sedang sibuk.Karena bosan, Stela memilih untuk keluar dari apartemen dan menuju ke swalayan. Dia berpikir jika suaminya pasti sore hari akan ke apartemen.Membuka pintu apartemen, Stela bersiap untuk ke supermarket. Namun, langkahnya terhenti saat melihat mertuanya di depan pintu."Mama … " panggil Stela.Adel mengabaikan Stela dan masuk ke dalam rumah. Stela buru-buru menutup pintu dan ikut duduk mertuanya di sofa."Mau minum apa Ma?" tanya Stela."Tidak, aku tidak akan lama di sini," ucap Adel tegas. Stela yang mendengar ucapan mamanya menjadi sangat takut. "Aku ke sini hanya ingin memperingatkan dirimu untuk jangan mengangguk Sean lagi. Karena kamu sudah mengajukan perceraian sebaiknya kamu segera menjalankan semua sesuai denga
Semalaman Stela tidur sendiri lagi karena Sean harus pulang ke rumahnya. Walaupun mamanya tidak menghubunginya, tetapi dia tidak mau membuat sang mama berpikir yang tidak-tidak.Pagi ini. Sean kembali ke apartemen untuk menjemput Stela. Sebenarnya Sean malas sekali jika harus bolak balik. Andai tidak ada masalah, dengan muda Sean pasti akan tidur di apartemen dengan istrinya."Apa mama tahu kamu akan ke hotel?" tanya Stela. "Iya, tahu." Sean yang sedang menyetir menoleh sejenak pada istrinya.Stela merasa mertuanya sengaja mengizinkan Sean untuk bersamanya karena ingin membiarkannya menikmati waktu dengannya.'Jika memang mama memberikan waktu kali ini, aku tidak akan menyianyiakan waktu yang ada,' batin Stela."Kapan sidang perceraian kita?" tanya Sean pada Sean."Senin depan.""Baiklah, sebaiknya kita akan ke sana dan mencabut berkas perceraian kita." Sean sudah tidak sabar menanti mereka akan kembali lagi."Se, tetapi senin besok aku tidak bisa." Rasanya Stela tidak tega mengataka
Pagi ini setelah bersiap, Sean mengantar Stela ke Bandara. Dia akan menuju salah satu kota di jawa tengah. Rasanya Sean merasa berat melepas istrinya."Cepat kembali, jangan lama-lama," regek Sean"Iya, aku akan segera kembali." Stela tersenyum dan memberikan dekapan pada suaminya.Suara pemberangkatan yang terdengar membuat Stela berpamitan lagi dengan Sean dan meninggalkan Sean. Stela merasa, mungkin inilah saatnya dia menenangkan diri sebelum mengambil keputusan besarnya.Perjalanan yang ditempuh ditempuh dalam waktu satu jam lima belas menit, akhirnya dia sampai di kota batik tempat kelahirannya. Ayahnya yang sudah dikabari tadi pagi, datang khusus untuk menjemput Stela."Anak Ayah," ucap Ayah Stela mendekap putrinya. Dia begitu merindukan putrinya."Ayah, aku benar-benar merindukan Ayah," jawab Stela. Dia mendekap erat tubuh Stela dan menyalurkan kerinduannya.Ayah Stela membantu putrinya untuk membawa koper dan memasukkan ke dalam bagasi. Stela masuk ke dalam mobil dan menikma
Sebelum masuk ke kamar. Dia menetralkan emosinya. Dia tidak mau sampai Sean melihatnya yang baru saja emosi. Masuk ke dalam kamar, Stela mendapati suaminya sedang tidur di tempat tidur.Stela menghampiri Sean. Dia menatap suaminya yang sedang tertidur pulas. Memandangi wajah Sean yang tertidur membuat Stela tersenyum.'Apa lain waktu aku bisa melihat wajah ini lagi?' tanya Stela dalam batinnya.Saat asik menikmati wajah suaminya, tiba-tiba tangan Sean menarik tubuh Stela hingga membuat tubuh Stela terjatuh ke dalam dekapan Sean."Kenapa hanya dipandangi saja?" tanya Sean tersenyum."Lalu aku harus apa?" tanya Stela ingin tahu."Sepertinya kamu tidak benar-benar me …."Belum selesai Sean melanjutkan ucapannya, mulutnya sudah dibungkam oleh Stela. Dia menyesap manisnya bibir Sean. Jika ditanya apa dia merindukan Sean? Jawabannya adalah iya.Sean yang awalnya terkejut pun akhirnya sadar. Dia membalas dan menarik tubuh Stela agar dapat memperdalam pertemuan dua bibir itu.Mereka hanyut dal
Tangan Stela yang sedang mengusap wajahnya seketika berhenti. Dia melihat suaminya dari pantulan kaca dan mengangguk.Sean menghampiri Stela dan meletakan dagunya di puncak kepala Stela. Matanya melihat Stela dari pantulan cermin. Senyuman manis mengembang sempurna di wajahnya."Kita akan bertemu di sana, dan kita tidak akan berpisah selamanya lagi," ucapnya. Dia beralih mendaratkan kecupan di pipi Stela. Mencoba menenangkan istrinya itu.Stela berdiri dan mendekap tubuh Sean. Perasaannya berada di dalam dilema. Rasa cintanya yang telah tumbuh subur harus di simpan rapat kelak."Sepertinya tidak bertemu denganku selama seminggu membuatmu begitu merindukan aku." Sean membelai rambut Stela.Dalam pelukan Sean, dia mengangguk. Rasanya dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Perasaannya benar-benar terluka, tetapi tak dapat dia ungkapkan.Sean membawa tubuh Stela ke atas tempat tidur. Mendekap erat tubuh kecil istrinya yang begitu dia rindukan. "Tidurlah, besok kita sambut hari baru," ucapny
"Anak nakal," ucap Adi. Tangannya membelai punggung putrinya. Adi sudah menaruh curiga saat anaknya tak kunjung pulang saat tinggal di kampung. Akhirnya dia menghubungi Sean, setelah putrinya itu pergi. Sean menceritakan semua dan membuat Adi mengerti."Belajarlah dari kesalahan," ucap Adi seraya melepas pelukannya.Stela mengangguk. Dia melihat ke arah mertuanya yang datang. "Ma … " panggil Stela mendekap tubuh mama mertuanya.(flashback on)Stela mengingat kejadian tadi pagi saat mamanya datang dan berbincang di ruang tamu. "Bagus kalau kamu sudah mengerti, karena mama ke sini ingin mencegah apa yang sudah kamu putuskan," ucap Adel tersenyum setelah menanyakan keputusan Stela."Mama sudah tahu semuanya, alasan kamu melayangkan gugatan cerai dan alasan kenapa tiba-tiba ada wanita yang mengakui kamu sebagai calon menantunya," ucap Adel.Stela meneteskan air mata. Ternyata akhirnya mama mertuanya mengetahui semuanya. Dia pikir mama mertuanya datang untuk memastikan keputusannya, akan
"Sabar ya, rasa sakitnya nanti akan hilang jika anak kita sudah lahir." Sean mencoba menenangkan Stela. Namun, rasanya ucapannya tidak berarti apa-apa, karena Stela semakin mencengkeram erat tangannya.Sean hanya bisa pasrah saat kuku-kuku Stela menancap sempurna di tangannya. Dia merelakan itu asal bisa mengurangi rasa sakit yang dirasakan istrinya.Setelah semua peralatan siap. Dokter mulai memberi instruksi pada Stela untuk mengejan. "Kita mulai persalinannya, Bu, tarik napas dan buang seperti yang sudah diajarkan di kelas ibu hamil," ucap Dokter pada Stela.Stela hanya bisa mengangguk. Dia berusaha kuat dan melakukan instruksi yang diberikan oleh Dokter. Dia menarik napas dan membuangnya sambil mengejan.Mungkin ini adalah yang membuat surga di telapak kaki ibu. Sakitnya saat melahirkan benar-benar tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Tulangnya serasa remuk saat berusaha untuk mengejan. Otot-ototnya tertarik semua saat tubuh berusaha keras untuk mendorong bayi untuk keluar."
"Mungkin aku kekenyangan." Stela tidak ingin membuat panik Sean. "Kita pulang saja," ajak Stela.Usai makan mereka akhirnya memilih pulang. Di mobil Stela merasakan kembali perutnya mulas."Kamu benar tidak apa-apa?" tanya Sean khawatir."Sepertinya aku sudah mulai ada tanda-tanda melahirkan."Mendengar ucapan Stela, Sean panik. Dia bingung harus berbuat apa. Padahal di kelas ibu hamil berkali-kali dijelaskan jika dia tidak boleh panik."Kita ke rumah sakit," ucapnya pada Stela."Tapi, masih berjarak sangat jauh rasa mulasnya, jadi aku rasa kita tunggu saja di rumah."Sebenarnya Sean merasa tidak tenang. Namun, dia menuruti keinginan istrinya, kembali ke rumah sambil menyiapkan semuanya.Di rumah Sean meminta Stela untuk duduk manis. Dia juga sudah memberitahu sang mama jika Stela sudah menunjukan tanda-tanda melahirkan. Adel yang sedang ada pertemuan dengan teman-temannya langsung meninggalkan tempat acara dan menuju ke rumah anaknya.Sean merapikan beberapa barang untuk keperluan a
Di depan cermin Stela menatap dirinya. Jika kemarin acara pesta pernikahannya bertema universal, kini acara tujuh bulanan diadakan dengan adat jawa sesuai dengan permintaan mertuanya.Rambut panjang Stela disanggul seperti tradisi jawa. Stela tersenyum melihat tampilan di pantulan cermin. Terakhir kali dia semacam ini adalah saat SD di hari kartini. Semenjak remaja hingga kuliah, dia lebih memilih memakai kebaya dengan rambut yang digerai.Penata rias, terus memoles wajah Stela dengan make up tipis sesuai permintaan Stela."Apa sudah siap?" tanya Sean seraya menyembulkan kepalanya dari balik pintu."Sudah, Pak," jawab penata rias. Penata rias keluar dan bergantian dengan Sean yang masuk ke dalam kamar. Sean mengambil baju dengan motif yang sama dengan Stela yang di letakan di atas tempat tidur.Sean langsung mengganti bajunya untuk acara yang sebentar lagi akan dimulai. Sepanjang memakai bajunya, Sean menggerutu karena harus memakai jarik dan itu membuat dirinya kesulitan. Namun, dem
Tentu saja Stela mau. Dia mengangguk mendapati tawaran dari mama mertuanya. Dia ingin membayangkan kelak akan seperti apa anaknya.Adel langsung mengambil foto yang ditemukannya kemarin. Kemudian dia menunjukan pada Stela. Lembar demi lembar Adel tunjukan pada Stela dan membuat Stela benar-benar senang.Sean kecil begitu mengemaskan. Dengan pipi gembulnya Sean begitu lucu. Stela memerhatikan dengan baik semua foto. "Ini umur berapa, Ma?" Saat melihat-lihat Stela justru menemukan selipan foto Sean yang besar."Itu umur sepuluh tahun."Mendengar jawaban mertuanya, Stela mengingat jika wajah Sean yang dilihatnya pertama kali di kampus tidak berubah. Entah kenapa, Stela merasakan jika Sean masih awet muda saja."Anak kalian nanti pasti anak lebih tampan dan cantik." Adel sudah membayangkan bagaimana cucunya nanti. Perpaduan antara Stela yang cantik dan Sean yang tampan."Yang penting sehat, Ma. Mau dia mirip Stela atau Sean sama saja." Stela tidak berharap banyak. Dia hanya ingin semua s
Sean meletakan keranjang ke lantai dan menegakkan tubuhnya. Dia memijat pinggangnya yang begitu terasa sakit. "Aku membelinya karena penjualnya adalah seorang nenek tua." Dia menjelaskan pada Sean alasan membeli semua buah manggis.Stela merasa terharu mendengar jawaban Sean. Dia langsung memeluk tubuh Sean karena merasakan senang melihat suaminya membantu nenek-nenek dengan membeli banyak buah. Padahal mungkin yang akan dimakannya tidak akan banyak.Mendapati dekapan Stela, Sean merasa heran. Dia hanya tahu jika istrinya begitu melow, gampang menangis dan gampang terharu. "Ayo makan buahnya, aku tidak mau nanti anak kita mengeluarkan air liur karena tidak buru-buru diberikan."Stela melepas dekapan Sean dan tersenyum. Sean mengambil beberapa buah dan mengajak Stela untuk duduk menikmati buah yang dibuka oleh Sean.Rasa manis dari buah manggis membuat Stela begitu senang. Dia merasa lidahnya dimanjakan dengan rasa yang sudah dia bayangkan sedari tadi.Sean merasa sangat senang karena i
Stela mencebikkan bibirnya karena tidak menemukan perubahan itu, dan membuat Sean yang gemas mendaratkan kecupan di pipi Stela. "Tunggulah beberapa bulan lagi, pasti kamu akan melihat perut buncitmu, dan tidak hanya itu, kamu akan mendapati pipi kamu yang juga akan gembung." Sean menjelaskan seraya menggembungkan pipinya.Melihat Sean yang menggodanya, Stela terlihat kesal. "Apa jika aku gendut kamu tidak akan suka?" Dia langsung melepas dekapan tangan Sean dan meninggalkan Sean ke tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan menarik selimut.Dahi Sean berkerut diiringi dengan matanya yang membulat. Niatnya tidaklah meledek istrinya. Akan tetapi istrinya itu justru merajuk. 'Tenyata bukan hanya wanita yang datang bulan yang sensitif, tetapi ibu hamil juga sensitif,' batin Sean.Melangkah menuju ke tempat tidur, dia merangkak naik dan kembali mendekap tubuh Stela. "Sayang, bukan maksud aku begitu," bujuknya."Kamu tadi bilang begitu." Stela masih saja dengan pendiriannya. D
Stela tersenyum tipis. "Mama tetap ingat anaknya, mana mungkin dia tidak menyisihkan makanannya." Stela menambahkan lauk di piring Sean."Iya, tetapi nanti tempat aku akan di isi dengan cucunya, jadi pasti aku akan di tendang." Seraya memasukan makanan ke dalam mulut, dia menggerutu. "Mana ada orang tua akan menendang anaknya," ucap Stela tersenyum.Sean hanya tersenyum saat kalimatnya dicela istrinya sendiri. Kemudian dia melanjutkan makannya.Menyelesaikan makannya, mereka menuju ke kamar. Mengistirahatkan tubuh yang sudah seharian bekerja keras.Di atas tempat tidur, Sean meletakan kepalanya di kaki Stela, membelai perut Stela yang belum tampak besar. "Apa kamu tahu, terkadang aku tidak menyangka kita bisa sampai di sini."Mendengar ucapan Sean, Stela hanya bisa tersenyum. Dia juga memikirkan hal itu."Dulu saat kita berpacaran, semua berjalan datar. Hanya Kebahagiaan yang ada. Hingga mimpi-mimpi indah terangkai. Namun, seketika semua berubah saat kita menikah. Egoku mengalahkan ra
"Aku juga kurang tahu." Stela menduga jika mungkin dokter ingin melihat jika dirinya hamil atau tidak. Namun, dia tidak mau terlalu berharap, mengingat terakhir kali dia mengecek hasilnya adalah negatif.Menunggu sejenak akhirnya petugas laboratorium memberikan hasil pada Sean dan Stela. Mereka membawa hasil laboratorium pada dokter yang menanganinya.Dokter mengecek hasil laboratorium dan tersenyum. Dia mengulurkan tangan dan mengucapkan selamat pada Sean."Selamat, Pak, istri Bapak sedang hamil."Sean dan Stela saling pandang. Mereka terkejut mendengar ucapan selamat dari dokter. Karena tidak mau dokter menunggu, Sean menerima uluran tangan dokter, walaupun dengan kebingungan."Tapi, waktu itu saya sudah cek hasilnya negatif, Dok." Stela masih belum percaya dengan ucapan dokter."Kalau boleh tahu kapan waktu mengecekknya?""Dua hari setelah terlambat datang bulan, Dok." Dia mengingat jelas bagaimana dulu dia mendapati satu garis."Kandungan HCG bisa saja belum terdeteksi, jadi saat
Melihat suaminya yang membuka pintu. Stela merasakan hal aneh. Dia bangun dari tidurnya dan langsung menghampiri Sean. Dia mendekap tubuh Sean dari belakang."Kamu kenapa tiba-tiba di belakang aku?" tanya Sean yang terkejut mendapati dekapan istrinya."Sejak kapan kamu seksi seperti ini," jawab Stela. Bibir Stela menyusuri bahu Sean yang polos. Menyusuri ke leher dan membuat Sean yang tadinya tenang menjadi gelisah."Sayang, aku masih bau keringat." Sean yang merasa tidak enak pada Stela mencoba menghindar."Tapi aku suka." Stela masih terus mendaratkan kecupan di bahu dan punggung Sean dan membuat Sean semakin tidak keruan.Sean yang tidak tahan langsung berbalik. "Jangan menggodaku, karena aku tidak tega melihatmu kelelahan lagi." Mata Sean menatap dalam mata Stela memberikan isyarat tanda bahaya pada istrinya."Kalau aku bilang aku tidak lelah untuk hal yang satu ini bagaimana?" Tangan Stela membelai lembut tubuh Sean, membuat suaminya itu semakin tidak menentu."Kamu yang memulai."