Alby langsung mengabaikan Sandra begitu saja. Mengayunkan langkahnya ke kamar. Sandra mengikuti Alby yang masuk ke kamar. Dia begitu penasaran sekali dari mana suaminya menemukan sang mama. “Mas, jawab aku. Di mana kamu menemukan ibu?” Sandra kembali menjawab. Alby yang hendak ke kamar segera menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menatap tajam pada Sandra. “Di rumah suami Kalea.” Jawaban Alby itu sontak membuat Sandra benar-benar terkejut. Hal pertama yang membuatnya terkejut adalah ibu mertuanya bersama Kalea. Kedua kata ‘suami Kalea’ yang artinya Kalea sudah menikah. “Kalea sudah menikah?” tanyanya memastikan. “Iya, dia sudah menikah dengan dokter itu!” Alby menjelaskan dengan wajah begitu kesal. Sandra memang yakin jika Kalea akan menikah dengan dokter itu, tapi tidak menyangka secepat sekali. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini?” Alby menarik tangan Sandra dan mencengkeramnya erat. Apa yang dilakukan Alby membuat Sandra kesakitan. “Mas, lepaskan, ta
Kalea merebahkan tubuhnya di tempat tidur, menyusul sang suami yang sudah lebih dulu. “Aku masih khawatir dengan Bu Salma.” Kalea mengungkapkan isi hatinya yang sejak tadi gelisah. Dr. Derran mengerti sekali perasaan sang istri. “Jangan terlalu khawatir. Dia pasti bisa menjaga ibunya dengan baik.”Kalea berusaha untuk tidak khawatir. Lagi pula Bu Salma bukan tanggung jawab Kalea lagi. “Tapi, kenapa tadi kamu mengizinkan Bu Salma di sini dulu?” Kalea tampak masih penasaran dengan keputusan suaminya itu. “Aku pikir tidak baik memaksa. Lebih baik bicara pelan-pelan agar kejadian seperti ini tidak terulang. Sayangnya, sepertinya dia tidak berkenan, maka dia memilih membawa ibunya secara paksa.” Apa yang dikatakan sang suami ada benarnya. Jika Bu Salma ada di sini lebih dulu, mungkin dia akan puas bisa bersamanya. Dan lagi, dia bisa memberitahu pada Bu Salma jika Beliau tidak bisa tinggal bersamanya. Sayangnya, Alby memilih untuk membawa Bu Salma secara paksa.Sebenarnya tidak masala
“Kyna belum salim.” Kyna tampak sedih ketika Alby mengajaknya begitu saja. Kyna yang berusaha turun dari gendongan sang papa pun segera menghampiri dr. Derran. “Papa, Kyna pergi dulu.” Kyna mencium punggung tangan dr. Derran. “Selamat bersenang-senang, Anak Cantik.” Dr. Derran memuji sambil membelai rambut Kyna. “Iya, Papa.” Kyna mengangguk. Alby hanya bisa menatap dengan kesal apa yang dilakukan oleh anaknya. Tampak anaknya menganggap dr. Derran sebagai papa juga. “Ayo, Kyna.” Alby segera mengajak Kyna untuk berangkat. Kyna segera menggandeng papanya dan berjalan ke mobil. Sang papa membukakan pintu agar Kyna masuk. Saat Kyna sudah aman duduk di kursi samping penumpang, Alby segera melajukan mobilnya. Sepanjang jalan Alby berusaha untuk menahan amarah dan tidak bertanya pada Kyna. Namun, dia tidak tahan akan hal itu. “Kyna, kenapa panggil papa?” Akhirnya Alby bertanya juga. “Karena sekarang Unlce Dokter jadi papa Kyna juga.” Rasanya Alby ingin meledak ketika mendapati jik
Kalea cukup terkejut ketika mendengar pertanyaan dari Alby itu. Entah kejadian apa yang terjadi tadi tanpa sepengetahuan dirinya. “Iya, aku yang menyuruh.” Kalea mengambil alih semuanya agar tidak terjadi masalah.“Lucu sekali kamu, Kyna diminta memanggil ‘tante’ pada Sandra, tapi justru memanggil ‘papa’ pada suamimu.” Alby benar-benar kesal sekali. “Aku hanya meminta Kyna memanggil seperti itu. Jika dia tidak suka, pastinya dia akan menolak seperti yang dilakukan pada Sandra.” Kalea merasa jika keputusan memanggil ‘papa’ tetaplah pada anaknya. Jawaban Kalea itu cukup membuat Alby kesal. “Dengar, harusnya kamu sadar jika aku papanya, tidak bisa diganti dengan suami bekas selingkuhanmu itu! Lagi pula pria itu yang menyebabkan adik Kyna meninggal, harusnya Kyna tidak sudi memanggilnya papa.” Ketika Alby membahas anak, Kalea langsung teringat rasa sakitnya ketika kehilangan anak. Apalagi orang yang menyebabkan dirinya kehilangan adalah Sandra. “Kamu bilang apa, Mas? Suamiku yang men
Alby melajukan mobilnya dengan kencang. Rasanya benar-benar kesal baru saja mendengar apa yang dikatakan Kalea. “Jika sampai benar itu yang dilakukan Sandra. Aku jelas tidak akan bisa memaafkan hal itu.” Mobil terus melaju menuju ke rumah Alby. Saat sampai di rumah, buru-buru Alby masuk ke rumah. “Sandra.” Alby memanggil dengan suara yang kencang. Sayangnya, Sandra tidak dengar dan tidak keluar. “Sandra.” Kembali Alby memanggil Sandra. Alby yang tidak menemukan Sandra keluar, segera mencari Sandra ke kamar. Membuka pintu kamar secara paksa. “Mas.” Sandra yang kebetulan sedang tidur, terbangun karena terkejut. Alby menatap tajam pada Sandra. Namun, memilih mengabaikan istrinya itu. Ada yang harus dilakukan lebih dulu. Yaitu mencari vitamin yang dikatakan Kalea. Satu per satu laci dibuka untuk mencari vitamin tersebut. Namun, sayangnya dia tidak menemukan vitamin itu. “Mas, kamu cari apa?” Sandra melihat Alby yang terus membuka laci satu per satu merasa bingung. Sayangnya, Al
Sandra memerhatikan apa yang dilakukan Alby. Dia menemukan sebuah kotak kecil. “Kotak apa itu, Mas?” tanya Sandra penasaran. “Ini adalah kotak obat yang sering dibawa Kalea.” Mendengar jika kotak itu adalah kotak obat, Sandra langsung panik. Dia takut sekali jika Kalea menyimpan obat penggugur kandungan yang diberikannya di sana. Alby segera membuka kotak tersebut. Beberapa butir vitamin terdapat di dalam sana. Alby memerhatikan satu per satu vitamin tersebut dan menemukan satu vitamin yang sama persis dengan yang ditunjukkan oleh Kalea kala itu. Dengan segera dia mengangkat vitamin itu. “Ini vitamin yang ditunjukkan Kalea waktu itu. Jelas berbeda dengan vitamin milikmu.” Alby memandangi vitamin yang berada di tangannya itu. Tubuh Sandra lemas. Takut sekali dengan yang ditemukan Alby. Tidak pernah Sandra sangka jika Kalea masih menyimpan obat itu di sana. Padahal satu kotak isi penuh obat itu sudah dibuangnya. Rasanya Sandra tidak punya tempat untuk lari lagi saat ini. Bisa saja
Setengah jam yang lalu. Saat memikirkan bagaimana cara mendapatkan bukti, Alby teringat jika dia memiliki kamera CCTV di kamar. Waktu itu dia sengaja menaruh di kamar untuk memantau Kalea dari kejauhan. Rasa rindunya pada Kalea setiap saat membuat Alby melihat Kalea dari CCTV. Namun, waktu itu Kalea marah saat area pribadinya diawasi. Kalea merasa tidak suka. Apalagi kamar tempat mereka bercumbu. Akhirnya Kalea minta Alby untuk mematikan kamera CCTV itu. Sayangnya, Alby tidak benar-benar mematikannya. Dia hanya membuat jadwal CCTV itu mati. CCTV itu akan mati di jam sembilan malam. Di mana waktu mereka beristirahat dan bisa jadi mereka sedang menghabiskan malam bersama.Dengan segera Alby mencari video di mana dia memberikan vitamin itu pada Sandra.Setelah mencari banyak video di kamar pribadi miliknya. Akhirnya Alby menemukan video jika Sandra menukar vitamin di dalam botol vitamin dengan obat yang sama persis dengan yang dipegang sekarang.“Ternyata kamu dalang semua ini.” Alby
“Ada apa kalian ke sini?” tanya dr. Derran. “Kami mau bertemu Kalea.” Kalea yang mendengar namanya disebut pun mengintip ke pintu utama. Alangkah terkejutnya dia melihat Alby dan Sandra di sana. “Mbok.” Kalea memanggil asisten rumah tangga. Assisten rumah tangga segera menghampiri. “Iya, Bu.”“Tolong temani Kyna dulu di kamar. Saya mau temui tamu.” Kalea menitipkan anaknya pada asisten rumah tangga. “Baik, Bu.” “Kyna sama Mbok Sumi dulu di kamar.” “Iya, Ma.” Kyna mengangguk. Saat Kyna pergi ke kamar, Kalea segera keluar. Menyusul sang suami yang sudah lebih dulu keluar. “Ada apa ini?” Kalea langsung melemparkan pertanyaan itu. Dr. Derran menaikkan bahunya. Dia sendiri juga belum tanya apa yang ingin dilakukan Alby dan Sandra. “Aku ke sini hanya ingin mengantarkan Sandra.” Alby menjawab sambil melirik malas pada Sandra. Kalea dan dr. Derran saling pandang. Mereka bingung maksud dari Alby. Beberapa jam lalu ....Alby benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Mera
“Menurutmu kita ke mana?” tanya dr. Derran.Dari jalanan yang dilalui, tentu saja dia tahu ke mana arah mobil. Namun, dia memang ingin memastikan saja.Benar saja. Akhirnya mobil berhenti di depan rumah milik dr. Derrran. Sudah tidak tampak pembangunan sama sekali di rumah tersebut.“Apa sudah jadi?” tanya Kalea menatap sang suami.“Ayo kita lihat saja.”Kalea segera turun sambil menggendong Davi, sedangkan Kyna tampak asyik berjalan bersama dengan sang daddy.Mereka masuk bersama. Saat masuk pekarangan, Kalea dibuat terkejut karena fasad depan benar-benar berubah sekali. Ternyata tidak hanya bagian dalam saja, tapi bagian depan juga yang dirubah. Dindingnya berwarna putih dengan aksen kayu di beberapa sudut, atapnya berwarna abu-abu gelap, dan jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa. Di depan rumah, ada taman kecil yang dipenuhi bunga berwarna-warni—mawar, melati, dan beberapa tanaman hijau yang tumbuh subur. Sebuah bangku taman berwarna cokelat
Alby mengalihkan pandangan pada pemilik suara itu. Tampak dr. Derran berjalan dengan langkah pasti-menghampiri.“Apa yang terjadi karena Tuhan ingin kamu sadar akan apa yang sudah kamu lakukan. Sehingga ke depan kamu tidak akan melakukan kesalahan lagi.” Dr. Derran kembali melanjutkan ucapannya.Senyum tipis menghiasi wajah Alby. Dr. Derran adalah lelaki yang bijak. Maka memang pantas Kalea mendapatkan pria itu.“Fokuslah pada keluarga. Karena keluarga adalah tempat ternyaman.” Dr. Derran menepuk bahu Alby. “Anak-anakmu adalah keluargamu. Jadi jagalah mereka dengan sepenuh hati.”Alby mengalihkan pandangan ke arah Kyna dan Alysa yang berada di stroller. Dua anaknya adalah hal berharga untuknya.“Kamu memang harus fokus pada anakmu yang sakit, tapi bukan berarti kamu melupakan anak pertamamu. Bagilah kasih sayangmu. Jangan sampai kamu kehilangan seperti dulu kamu kehilangan banyak hal di hidupmu.”Kata-kata yang diucapkan dr. Derran memang ada benarnya. Memang seharusnya Alby membagi w
“Mama.” Kyna langsung memegangi baju Kalea.Kalea tahu persis jika anaknya takut, karena itu dia berusaha untuk menenangkan. “Tidak apa-apa.”Alby yang berjalan sambil mendorong stroller pun langsung menghampiri Kalea dan Kyna.“Kyna.” Alby memanggil sang anak.Kyna takut saat papanya memanggil.“Kyna, tidak apa-apa.” Kalea berusaha meyakinkan sang anak.Kyna yang awalnya takut, akhirnya maju untuk menghampiri sang papa. Alby segera merentangkan tangan menyambut sang anak yang sedang menghampiri.Sebuah pelukan diberikan Alby pada Kyna. Kerinduan yang terpendam saat Alby memeluk anaknya. Rasa bahagia menyelimuti karena dapat melepaskan kerinduan pada anaknya.Kyna merasakan kehangatan sang papa, karena dia cukup lama tidak bertemu dengan papanya.“Kyna, apa kabar?” Alby melepaskan pelukan dan menatap sang anak.“Kyna baik Papa.”Alby membelai lembut wajah Kyna. Merasa benar-benar sedih sudah mengabaikan anaknya cukup lama. Selama ini Alby sibuk mengurus anaknya yang sedang sakit. Haru
Seminggu sudah dr. Derran tidak bekerja. Dia memilih fokus untuk menjaga anaknya. Pagi ini dia mulai praktik lagi. Sengaja dr. Derran berangkat pagi-pagi, karena ada yang ingin dilakukannya.Rumah sakit masih terlihat sepi. Perawat juga baru datang beberapa. Dr. Derran segera ke ruangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang keluar dari ruangannya.“Kamu sudah apa, Olda?” tanya dr. Derran.Olda yang baru saja keluar dari ruangan dr. Derran seketika panik. Seperti maling yang ketahuan mencuri.“Saya hanya merapikan ruangan dr Derran.” Olda memberanikan diri untuk menjawab.Dr. Derran menatap dengan penuh curiga. Masih belum yakin jika Olda benar-benar merapikan ruangannya. Dengan segera, dia membuka pintu. Dilihatnya bunga segar terdapat di vas yang berada di atas meja.“Kamu yang menaruh bunga itu?” tanya dr. Derran penuh selidik.“Iya, Dok.” Olda tidak bisa mengalak lagi.Bunga yang terdapat di atas meja sama persis dengan yang ada di mejanya beberapa waktu lalu. Pik
“Dr. Derran.” Mayra yang melihat dr. Derran memanggilnya, karena ini masih di lingkungan rumah sakit, tentu saja Mayra harus sopan.Dr. Derran menghentikan langkahnya. Padahal dia berniat ke parkirkan untuk mengambil sesuatu di mobilnya.“Ada apa?” tanya dr. Derran dengan sikap dingin.“Bagaimana keadaan istrimu?” tanya Mayra penasaran.“Dia sudah melahirkan. Bayi kami selamat.”“Syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya.” Mayra kemarin harus pulang karena ada urusan, karena itu dia langsung meninggalkan Kalea setelah wanita itu dirawat.Saat bersama Mayra, dr. Derran teringat akan sesuatu. “Aku sudah dengar cerita dari Kalea. Maaf jika aku menuduhmu ingin mendekati aku.”“Tidak masalah. Yang terpenting masalahnya sudah diluruskan.” Mayra ikut senang jika ternyata semua sudah tidak ada kesalahpahaman. “Apa kamu sudah menemukan siapa pelakukanya?” tanyanya penasaran.“Belum, aku akan segera mencarinya.”Mayra mengangguk. Itu sudah ranah dr. Derran. Jadi tidak mau ikut campur.Usai berb
“Aku tahu, pasti itu jadi pertanyaan.” Mayra tersenyum. “Waktu itu direktur rumah sakit cabang meminta aku ke rumah sakit pusat. Aku sempat menolak, tetapi dia mengancam akan memecat aku, karena itu aku tetap memilih pindah.”Kalea hanya bisa mengembuskan napasnya kasar.“Jadi dapat atau tidak izin dari Derran, sebenarnya aku tetap akan bekerja di rumah sakit. Aku hanya menghargai dia, karena itu aku berniat meminta izin.”Urusan pekerjaan memang tidak selayaknya dicampur adukkan dengan urusan pribadi. Kalea tahu pasti itu.“Aku sudah tidak mau berhubungan dengan Derran sebenarnya, karena aku tahu seberapa salah aku pada Derran, tapi aku butuh pekerjaan.” Mayra menatap Kalea lekat.Kalea pernah dengar cerita dari suaminya jika dia dan Mayra bercerai karena Mayra memilih pria lain. Saat dipindah tugaskan ke rumah sakit cabang, Mayra menjalin hubungan dengan pengusaha di sana. Hingga akhirnya memilih menikah dengan pengusaha itu dan sejak itu mereka mengakhiri semuanya.Ingin rasanya
Mendengar itu Kalea yang sedang memandangi sang anak, segera mengalihkan pandangan ke suaminya.“Tidak. Aku memang kontraksi sejak pagi. Jadi kontraksi yang terjadi murni memang aku sudah mau melahirkan.” Kalea tidak menutupi kejadian sebenarnya. Memang pada kenyataannya, dia sudah merasakan perutnya yang sakit sejak pagi.“Lalu, apa saja yang sudah kamu bicarakan dengan Mayra tadi?” Dr. Derran sangat yakin jika Kalea sempat bicara dengan Mayra, karena operasi tadi cukup lama. Jadi pasti ada waktu yang cukup lama untuk Kalea mengobrol dengan Mayra.“Iya, aku bicara banyak dengan Mayra tadi.”Beberapa jam sebelumnya ....Kalea sampai di restoran. Namun, langkahnya terhenti saat mendapati pesan dari suaminya. Tentu saja itu membuatnya bingung.“Di sini.” Tepat pada saat kebingungan itu terjadi, Kalea melihat Mayra yang sedang melambaikan tangannya. Memberikan isyarat di mana dirinya berada.Kalea sudah berada di restoran dan melihat Mayra, sayang jika pulang, karena itu dia memutuskan u
Dengan satu dorongan terakhir, suara tangisan bayi memenuhi ruangan. Tangis itu begitu nyaring, begitu hidup, menghapus semua rasa sakit dan ketegangan yang baru saja mereka lalui.“Selamat, Kalea, dr. Derran. Bayi laki-laki yang tampan,” ujar dr. Nana, sambil menyerahkan bayi mungil itu ke pelukan Kalea.Kalea menangis tersedu-sedu saat menyentuh bayi itu untuk pertama kalinya. Tubuh mungil dengan kulit merah dan rambut tipis itu begitu sempurna di matanya. “Ini anak kita,” ucap Kalea dengan suara bergetar.Dr. Derran yang selama ini menahan air mata, akhirnya membiarkannya jatuh. Dia mencium kening Kalea, lalu bayi mereka. “Kamu luar biasa, Sayang. Kamu yang terbaik. Terima kasih sudah memberikan aku hadiah terindah ini.”Dr. Derran menatap bayi itu dengan penuh kasih sayang, lalu berkata, “Selamat datang di dunia, anakku. Daddy janji akan selalu ada buat kamu dan Mama.”Saat itu, semua rasa sakit dan ketakutan sirna. Kalea dan dr. Derran saling berpandangan, mengetahui bahwa mereka
Mendengar hal itu, dr. Derran segera berlari ke UGD. Pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi pada sang istri.Saat sampai di sana, tak hanya sang istri yang ditemuinya. Ada Mayra juga di sana. Dia yakin jika sang istri dan Mayra sudah bertemu sebelum dirinya datang. Ingin rasanya bertanya, apa yang sudah dilakukan Mayra bersama istrinya. Namun, untuk saat ini tidak seharunya dia bertanya seperti itu. Ada hal yang jauh lebih penting dari itu. Yaitu sang istri. “Sayang, kamu kenapa?” “Kontraksi yang aku rasakan sudah intens. Jadi aku ke sini.” Dr. Derran tentu kaget, karena sang istri tidak ada omongan sama sekali jika kontraksi. “Sayang, kenapa tidak mengatakan padaku?” Rasanya sebagai suami, dr. Derran merasa jahat. “Aku sudah konsultasi dengan dr. Nana. Jadi kamu tidak perlu khawatir.” Kalea mencoba menenangkan. Mungkin karena ini bukan kehamilan pertama, jadi Kalea tampak tenang. Dr. Derran hanya bisa pasrah ketika sang istri sudah mengambil tindakan itu. Artinya mema