Empat bulan berlalu."Bu, Adel mohon jangan nekat, Bu! Mas Reno itu benci sama Adel, Ibu paham tidak sih?!" Adelia menarik lengan Ibunya. Ia benar-benar dibuat kewalahan, karena Ibu Mirna yang terus memaksa menemui Reno. Bahkan sekarang mereka sedang berada di dalam taksi yang sudah berhenti lima menit lalu di depan gedung utama Wiraland."Lepasin tangan Ibu Adel! Ibu tidak peduli, mau Reno itu benci sama kamu atau tidak. Kamu ini istrinya jadi dia wajib memberi kamu nafkah. Enak saja empat bulan ongkang-oangkang kaki. Sudah tahu kamu lagi hamil, satu juta pun tidak sampai ke tangan Ibu!" sungut Ibu Mirna.Sudah berkali-kali wanita paruh baya itu menghubungi Reno hanya untuk meminta uang, tapi Reno abai, bahkan satu persen pun tidak mengirim uang seperti apa yang Ibu Mirna harapakan.Tak tahan Adelia diperlakukan seperti itu oleh Reno, Ibu Mirna nekat datang ke Wiraland, hanya untuk menemui Reno di kantornya."Bu, Adel mohon, jangan Bu! Adel malu!" Adelia masih berusaha mencegah ibun
Melihat siapa yang ada di depannya sekarang, Adelia benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka, akan kembali bertemu dengan Reno disaat seperti ini. Tapi, Adelia tidak mengerti, kenapa di saat berhadapan dengan Reno rasa rindu yang selama ini membara justru menghilang seketika, semua beralih ke rasa benci mengingat apa yang sudah Reno lakukan padanya di supermarket hari itu. Belum lagi sikap dingin Reno yang tidak peduli dengan anaknya sendiri. Adelia berjanji pada dirinya sendiri, cukup hari itu Reno merendahkan dan mengabaikannya, karena sampai kapan pun, Adelia tidak akan pernah lagi mengemis belas kasihan dari suaminya itu. Bahkan, saat Adelia melahirkan nanti, mau Reno menyadari kalau anak itu adalah anaknya, Adelia akan tetap menutup hatinya untuk Reno. Tidak akan pernah sekalipun Adelia membiarkan Reno menemui, atau menyentuh anaknya nanti. Adelia akan merawatnya sendiri, meski harus berperan menjadi ibu juga ayah sekaligus. Hal yang sama pun Reno rasakan. Meski tadi ucapan
"Suami macam apa kamu ini, Reno? Istri empat bulan tidak pulang, bukannya dicari malah enak-enakan tinggal di sini! Kamu tahu nggak, gara-gara kamu tidak becus jadi suami, Adelia sampai bekerja di minimarket! Apa kamu tidak kasihan, hah!"Reno teridam. Pandangannya berpaling dari tatapan tajam Tuan Wirawan.Jujur, Reno terkejut, darimana ayahnya tahu kalau Adelia bekerja di kasir minimarket. Apakah mungkin selama ini ayahnya menyuruh orang untuk memata-matai Adelia, atau bahkan dirinya sendiri."Jangan diam saja kamu, Reno! Cepat kamu ikut Papa ... kita jemput Adelia! Apa kata orang nanti kalau sampai tahu istri pengusaha kaya raya malah bekerja di minimarket? Bisa hancur reputasi perusahaan!" Tuan Wirawan masih mengomel, mengutarakan kekesalannya pada Reno."Pa, Reno baru saja bangun, Reno juga belum mandi!" tolak Reno. Padahal itu pun hanya alasannya saja.Mana mungkin Reno mau bertemu dengan Adelia. Bahkan melihat wajah Adelia saja, rasanya Reno enggan.Reno tidak mau lagi, bayang-
"Eeem, Tuan serius?" Yuna mengerjap, wajahnya merona, tersipu malu.Reno menoleh ke arah wanita yang berdiri di sampingnya ini, menganggukkan kepalanya sekali. "Cepatlah, Yuna! Pilih saja satu!"Bibir Yuna langsung mengantup, dia tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang ini. Rasanya hampir mustahil karena Reno memintanya memilih kue terenak dan paling spesial. Yuna yakin pasti kue itu akan menjadi simbol terbukanya hati Reno untuk dirinya. "Sepertinya yang ini enak Tuan. Kebetulan, saya suka coklat," ucap Yuna, menunjuk ke arah cake coklat dengan hiasan serutan dark coklat dan buah strawberry.Reno melirik ke kue yang Yuna maksud. Yang dipilih oleh Yuna memang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan kue lainnya, tapi hiasan pada kue yang berlimpah dengan coklat membuat penampilannya terlihat lezat dan menggugah selera. "Berapa harganya, Mbak?" tanya Reno pada pelayan toko kue. "Kebetulan, kue ini baru launching dan hanya dibuat spesial hari ini Tuan. Harganya juga sangat m
"Papa yang minta aku tinggal di sini, Mas," sahut Adelia. Kepalanya tertunduk, tidak berani menatap wajah suaminya.Tangan Reno sontak mengepal, batinnya bergumam, 'Jadi ini semua karena Papa.' Tak ingin hatinya luluh kembali oleh Adelia, Reno pergi, sengaja mengabaikan Adelia.Reno tidak mengerti, kenapa ayahnya itu benar-benar nekat membawa Adelia padanya. Padahal Reno sendiri belum siap, untuk kembali bertemu dengan Adelia.Sementara Adelia hanya bisa menghela nafas, kala melihat suaminya itu pergi meninggalkannya. Bahkan hanya sekedar menyentuh teh yang Adelia buatkan saja enggan. Entah akan sampai kapan Adelia bisa bertahan dengan rasa sabarnya, menghadapi suami yang begitu dingin padanya.*****Hari terus berlalu, kehidupan Adelia kini terasa semakin menyiksa. Meski tinggal dalam satu rumah yang sama dengan suaminya, Adelia merasa sendiri, karena tidak ada teman berkeluh kesah. Setiap harinya Reno selalu pulang malam. Bahkan tidak jarang Reno kembali dalam keadaan mabuk.Adelia p
"Adelia, kamu di sini?" Farhan menyunggingkan seyuman. Matanya yang tidak pernah ramah itu menatap perut Adelia yang menyembul di balik minidress berbahan kaos."Mas Farhan ...." Adelia beranjak dari duduknya. Menoleh cepat ke pintu utama rumah sakit, mencari Siti.'Siti, cepat ke mana dia, kenapa cari taksinya lama sekali,' gumam Adelia resah. Bertemu dengan Farhan, jelas membuat suasana hati Adelia semakin memburuk. Sebab pria di depannya ini lah yang sudah membuat dirinya dan Reno salah paham.Adelia juga tidak ingin semakin stres jika berinteraksi dengan mantan suaminya itu, yang tentu imbasnya akan berakibat buruk pada kesehatannya nanti."Sudah besar ya perut kamu, sebentar lagi juga pasti lahiran kan? Tapi sayang, suami kamu malah tidak mengakui anak kamu ini anakknya," sindir Farhan. Ucapannya yang tajam seperti belati itu benar-benar menusuk hati Adelia.Namun, karena Adelia enggan mencari keributan, ia hanya bisa memallingkan pandangannya, berusaha menahan amarah agar tidak
"Dari mana aja sih kamu, Mas? Itu juga, kenapa wajahmu lebam begitu?" tanya Yuna.Sudah hampir satu jam Yuna menunggu Farhan di ruangan tunggu periksa dokter kandungan, tapi saat kekasihnya itu datang, Farhan malah langsung duduk tanpa rasa bersalah."Biasa cowok, bukan masalah besar. Kamu sudah selesai periksa?" tanya Farhan, balik."Belum lah! Tadi dokternya ke IDG sebentar, katanya ada pasien darurat. Tahu deh sedarurat apa, heran!" sungut Yuna mengomel. Sebab tadi sudah gilirannya periksa, tapi harus dipending karena pasien dari IGD."Ya sudah sih, tinggal tunggu sebentar. Jangan marah-marah, kasihan baby kita. Nanti tekanan batin lho denger omelan Mamanya!" sahut Farhan."Kok kamu sesantai itu sih ngomongnya, Mas? Kalau aku beneran hamil gimana?"Farhan tersenyum, lalu merangkul Yuna yang sedari tadi uring-uringan. "Ya kalau kamu hamil, kita tinggal nikah lah! Kan udah dari lama juga kan aku ajak kamu menikah. Tapi kamunya apa, nolak lah, alasan ini lah itu lah!""Hih, siapa juga
Kling!Suara lonceng pintu berbunyi saat dibuka. Adelia bergegas menuju ke belakang meja, untuk melayani pembeli yang baru saja datang itu.Sebenarnya, Adelia juga sengaja, karena tidak enak menceritakan sosok suaminya pada Nyonya Farida.Setidaknya sekarang, dengan adanya pembeli, Adelia bisa beralasan, dan tidak perlu menceritakan soal Reno pada Nyonya Farida."Adelia, Ibu pulang dulu ya, nanti malam Ibu ke sini lagi jemput kamu," ucap Nyonya Farida, lalu pergi dari toko kuenya.Nyonya Farida harus kembali pulang, untuk beristirahat. Sebab kesehatan beliau akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja.Sementara itu di dalam mobil, Reno menghantam kasar stir mobilnya karena kesal. Kepalanya terasa sangat pusing, sudah berkeliling ke sekitaran rumah sakit, tapi tidak juga menemukan Adelia.Sekarang, Reno dalam perjalanan menuju ke kediaman Ibu Mirna, sengaja mencari Adelia ke sana.Selama ini Adelia tinggal di rumah ibunya, jadi tidak menutup kemungkinan juga sekarang Adelia pulang ke
Adelia menarik tangannya dari genggaman Ken, matanya memicing tajam, seolah menuntut penjelasan. Dia benar-benar terkejut dengan pengakuan Ken yang begitu tiba-tiba."Apa maksud kamu, Ken?" tanya Adelia, wajahnya yang manis berubah menjadi ketus dalam sekejap. Ken tersadar bahwa dirinya berada dalam situasi sulit. Dengan terpaksa, Ken menggantungkan senyum di bibir dan tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha! Serius banget sih muka kamu, Adelia. Aku hanya bercanda kok," kilah Ken untuk menyelamatkan diri. Dalam hatinya, Ken merasa lebih baik menyimpan perasaan itu rapat-rapat daripada membuat Adelia tahu dan membencinya. Lagipula, Ken sudah berjanji kepada Nyonya Farida untuk menjaga istri kakak iparnya ini, meskipun dengan syarat tak boleh terungkap bahwa dirinya adalah saudara tiri Reno. "Ayolah, jangan terlalu serius begitu! Aku hanya bergurau tadi," ujar Ken berusaha mencairkan suasana. Namun Adelia masih terdiam, te
"Em, tidak deh!" Adelia menggelengkan kepalanya. Lagi pula, selama ini memang tidak ada yang peduli dengannya. Jadi, kalau Adelia pergi pun pasti tidak akan ada yang mencari dirinya."Kamu yakin? Kamu pindah ke Yogyakarta itu dalam waktu yang cukup lama lho, apa kamu tidak mau memberitahu suamimu?" tanya Ken lagi, hanya ingin memastikan.Tapi, bukannya bergegas menjawab, Adelia malah tersenyum. "Tidak Ken, Mas Reno bahkan tidak berusaha mencariku. Kemungkinan, sekarang Mas Reno sudah hidup bahagia dengan istri barunya, dan aku tidak mau mengganggunya."Dari cara Adelia berbicara sekarang dengan yang dulu memang sangat berbeda. Adelia kini lebih sering tersenyum dan auranya terlihat bersinar. Tubuhnya pun ikut menggemuk, membuat Adelia terlihat gemoy tapi tetap cantik."Em, okey! Kalau begitu, aku mau menemui Mama Farida dulu ya di kamarnya, sekalian mau pamitan."Adelia menganggukkan kepalanya. Kemudian kembali memasang wajah datar sembari melihat Ken pergi ke kamar Nyonya Farida.Se
"Ya jelas bukan kamu, lah! Memangnya kamu ini siapa, percaya diri sekali jadi orang!" sungut Farhan, yang malah membentak Adelia. Sudah tersulut emosi, Adelia pun balas membentak Farhan, meluapkan amarahnya yang terbakar cemburu. "Kamu ini ya Mas, apa salahnya sih dijawab. Tidak usah merendahkan aku seperti itu. Aku ini istrinya Mas Reno, jadi aku berhak tahu apa yang terjadi sama suami aku!" Farhan sontak terdiam. Bertahun-tahun ia mengenal Adelia, bahkan mereka pernah menjalani rumah tangga bersama, tidak pernah sekalipun Farhan mendegar Adelia meninggikan suaranya seperti sekarang ini. Bahkan dulu, Adelia sangat tunduk dan takut padanya. Tapi ini, hanya karena Reno, Adelia bisa sampai marah, dan membentaknya. Apa mungkin Adelia benar-benar mencintai Reno? Setidaknya, pikiran itu yang sekarang sedang berputar-putar di kepala Reno. "Dih, biasa aja kali ngomongnya!" Farhan memalingkan pandangannya. Tak dapat Farhan pungkiri, melihat Adelia semarah ini, membuat Farhan takut. Dan
'Mas Reno!'Adelia memalingkan pandangannya. Cepat-cepat menghindari kontak mata dengan Reno. Jangan sampai Reno melihatnya."Adelia!" Reno berteriak. Tapi sialnya, mobil taksi itu keburu melaju, membawa Reno pergi."Haaah, untung saja!"Adelia menghela nafasnya lega. Untung saja mobil taksi itu pergi. Kalau tidak, pasti Reno sudah turun menghampiri Adelia.Memang, di dalam hati Adelia masih menyimpan rasa cinta untuk Reno. Tapi, Adelia belum siap, jika harus bertemu kembali dengan Reno. Lagi pula, ucapan suaminya itu selalu saja membuat Adelia tersinggung dan sakit hati.Ada tiga menit, Adelia berdiri di tempatnya sekarang. Ia terus menatap ke arah taksi yang membawa Reno semakin jauh. Sampai taksi itu benar-benar menghilang dari pandangan matanya, barulah Adelia pergi meninggalkan tempat itu.Saat tiba di perempatan jalan menuju ke rumah Nyonya Farida, tiba-tiba Adelia menghentikan langkahnya. Adeia terdiam sejenak di samping tiang listrik memikirkan Reno. Sampai detik ini, Adelia m
"Pak Yanto, di mana Papa, apa yang supaya terjadi Pak, kenapa sampai Papa bisa masuk rumah sakit?" tanya Reno, kepada Pak Yanto -- security yang bekerja di kediaman Tuan Wirawan. "Maaf Tuan Reno, tapi saya juga tidak paham dengan apa yang tadi terjadi. Setahu saya, tadi sih ada Mbak Yuna datang ke rumah, tapi tidak lama setelah Mbak Yuna pergi, Bibik berteriak minta tolong. Karena Tuan Besar sudah tidak sadarkan diri, jadi saya cepat-cepat bawa ke rumah sakit, Tuan," ucap Pak Yanto, menceritakan keadaan yang terjadi sesuai dengan versinya. "Terus Papa di mana?" tanya Reno lagi. "Tuan Wirawan masih ada di ICU. Saya tidak berani naik ke atas, jadi saya tunggu di lobby. Sekalian nungguin Tuan Reno." Reno menganggukkan kepalanya, lalu menepuk pundak Pak Yanto. "Kalau begitu Pak Yanto pulang saja, biar Papa saya yang jaga. Terima akasih ya, Pak, sudah mengantarkan Papa ke rumah sakit," ucap Reno. Yang langsung buru-buru masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tiga Rumah Sakit, tempat di m
"Loh, apa salahnya sih? Kita kan kenal sudah lama, aku juga sayang banget sama kamu, jadi wajar dong kalau aku pengen hubungan ini lebih serius? Lagi pula sekarang kamu juga lagi hamil anak aku, kan emang mending kita langsung nikah daripada timbul fitnah nanti," ucap Farhan, yang langsung disanggah oleh Yuna."Tidak, Mas! Enak saja main nikah, aku masih punya impian, dan aku tidak mau semua yang aku cita-citakan selama ini hancur hanya karena aku menikah sana kamu!" tolak Yuna mentah-mentah.Dari mimik wajahnya saja terlihat jelas ada sesuatu yang Yuna sembunyikan. Bahkan rona cinta pada pandangan mata Yuna yang dulu ada kini juga menghilang."Apa maksud kamu, Yuna?" Kening Farhan mengekerut, terkejut mendengar ucapan Yuna yang rasanya sulit Farhan terima.Yuna menghela nafasnya kasar. Tubuhnya membungkuk, mengambil botol parfum dari lantai, lalu meletakkannya lagi ke atas meja rias."Aku rasa, hubungan kita harus selesai sampai di sini, Mas. Aku tidak bisa mengorbankan masa depanku
'Mas Reno ... kok dia bisa ada di sini?' gumam Adelia di dalam hatinya. 'Apa mungkin Mas Reno ngikutin aku ya, terus dia tahu kalau aku kerja di sini?'"Mbak, kok malah bengong sih. Tolong ke depan sebentar, temani Om ganteng itu. Aku mau ambil box dulu buat bungkus cakenya," ucap Ratna, buru-buru ke belakang, menuju ke lemari penyimpanan box kue.Sementara Adelia yang harusnya menemani Reno itu malah kembali ke dapur, enggan menemui Reno. "Mending aku di sini saja deh, gawat kalau Mas Reno lihat aku kerja di sini."Takut ketahuan, Adelia berjongkok di depan oven besar, pura-pura mengecek kue yang dipanggang. Padahal, Adelia melakukan itu karena berniat sembunyi agar Reno tidak sampai melihatnya.Tak lama kemudian Ratna kembali. Dia langsung membungkus cake buatan Adelia itu, lalu memberikannya untuk Reno."Tidak udah bayar Tuan, ini bukan cake untuk dijual soalnya," ucap Ratna, membuat kening Reno mengkerut, karena tidak paham."Tidak dijual? Maksudnya?" tanya Reno."Ini cake coba-c
"Sebenarnya saya ...." Tak ada pilihan lain, Adelia menceritakan sedikit permasalahan yang sedang ia alami bersama Reno. Tidak menyeluruh memang, hanya rasa kegelisahan Adelia saat suaminya menolak anak yang tengah Adelia kandung. Sedikit cerita dari Adelia itu, membuat Nyonya Farida sedikit paham. Kemungkinan besar, selama ini apa yang Reno pikirkan tentang Adelia adalah salah besar. Ya, Nyonya Farida masih mengingat saat di mana Reno bercerita Adelia selingkuh sampai hamil, dan setelah mendengar cerita dari Adelia, entah kenapa Nyonya Farida lebih percaya dengan cerita Adelia. Mungkin, itu semua karena penjelasan dari Adelia lebih masuk akal. "Jadi, suami kamu menuduh kamu hamil dengan pria lain?" tanya Nyonya Farida. Adelia menganggukkan kepalanya, sembari mengusap perutnya yang sudah besar. "Iya, Bu." "Terus kenapa tidak kamu jelaskan? Kasihan anak kamu nantinya, Adelia," ucap Nyonya Farida, yang tidak bisa membayangkan akan bagaimana cucunya nanti saat hamil. Dulu, Nyonya
Kling!Suara lonceng pintu berbunyi saat dibuka. Adelia bergegas menuju ke belakang meja, untuk melayani pembeli yang baru saja datang itu.Sebenarnya, Adelia juga sengaja, karena tidak enak menceritakan sosok suaminya pada Nyonya Farida.Setidaknya sekarang, dengan adanya pembeli, Adelia bisa beralasan, dan tidak perlu menceritakan soal Reno pada Nyonya Farida."Adelia, Ibu pulang dulu ya, nanti malam Ibu ke sini lagi jemput kamu," ucap Nyonya Farida, lalu pergi dari toko kuenya.Nyonya Farida harus kembali pulang, untuk beristirahat. Sebab kesehatan beliau akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja.Sementara itu di dalam mobil, Reno menghantam kasar stir mobilnya karena kesal. Kepalanya terasa sangat pusing, sudah berkeliling ke sekitaran rumah sakit, tapi tidak juga menemukan Adelia.Sekarang, Reno dalam perjalanan menuju ke kediaman Ibu Mirna, sengaja mencari Adelia ke sana.Selama ini Adelia tinggal di rumah ibunya, jadi tidak menutup kemungkinan juga sekarang Adelia pulang ke