Share

40. Orang Tidak Jelas

last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-20 13:59:13

Anggun sedang menata ruang tengah saat Arya keluar dari kamarnya. Dermawan sendiri belum pulang dari kantor. Anggun memperhatikan Arya yang turun tergesa-gesa dari tangga. Wajah Arya pun terlihat tidak seperti biasanya. Ia khawatir jika putranya itu sakit.

"Mau kemana lagi?" Anggun terus memperhatikan wajah Arya.

"Mau ke kampus sebentar, Ma."

Sebelum menyusul ke rumah sakit untuk menemani Dinda, Arya mampir ke kampus sebentar untuk memberi konsultasi pada beberapa mahasiwanya. Ia sudah terlanjur janji dengan beberapa mahasiswa untuk memberi mereka kesempatan berkonsultasi dengannya.

Semula ia menjadwalkan bimbingan dan konsultasi akan berlangsung siang hari, akan tetapi, Arya merubah jamnya. Ia ingin tidur sebentar karena semalaman hanya tidur tiga puluh menit selama di rumah sakit.

"Ma... Nanti Arya langsung ke rumah sakit. Nemenin teman yang kemarin masuk rumah sakit."

"Lagi? Dia tidak punya saudara?"

"Cuma satu, Ma."

"Kalau bisa ya tetap pulang ke rumah, tapi kalau lebih b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   41. Lulus Seleksi

    "Pak? Kamu panggil pacar kamu apa barusan?" Dani menatap Dinda curiga. Arya tetap diam. Ia ingin melihat bagaimana Dinda meluruskan kebiasaannya itu. "Hmmm, Pak..." Dinda meragu dengan jawabannya sendiri. Dani terpingkal-pingkal. "Woiii! Kerenan dikit, napa? Jaman milenial begini, manggil pacar sendiri dengan panggilan 'Pak'...." Dani melanjutkan tawanya. Dinda melirik ke arah Arya. 'Kenapa dia diam aja? Bantuin kek,' sungut Dinda sambil terus melirik Arya yang juga menatap dirinya dengan tatapan penuh tanya. Dinda mencibir, lalu kembali menatap Dani, melihat kakaknya itu menyeka kedua matanya yang berair karena terpingkal-pingkal, hingga perutnya menjadi sakit. Ia lupa dengan pesan Broto untuk banyak beristirahat. "Panggillah pacarmu itu dengan panggilan yang romantis. Mas, kek. Sayang, Kek. Cinta, kek. Jangan Pak. Orang dia juga masih muda gitu, loh. Paling juga nggak jauh beda dengan kakak." Arya berdeham. "Biasanya kalau lagi berdua, Dinda suka panggil saya, mas." Dinda

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   42. Rencana Makan Malam

    Mega berjalan menuju gedung dua lantai dua. Ia harus mengisi dua kelas hari ini. Sembari berjalan, Mega terus saja melempar pandangannya ke kiri dan ke kanan, mencari sosok yang sudah beberapa hari tidak ia lihat. Namun sayang, sejauh mata memandang, Mega tidak juga menemukan sosok yang ia cari, hingga akhirnya langkah kaki berhenti tepat di depan ruangan yang harus ia beri materi hari ini. Mood Mega langsung berubah. Ia mendadak menjadi suntuk. Ia memutuskan untuk memberi kuis hingga membuat suara riuh rendah membahana di ruang itu. "Bukan mahasiswa jika cara berpikir kalian masih seperti anak SD, yang tiap kali ulangan harus diberitahu sebelumnya." Suara itu menghilang dibawa angin. Semua terdiam, menundukkan kepala masing-masing. "Bukankah dulu kalian sudah dikenalkan dengan sistem CBSA? Mengapa sekarang justru seperti anak TK? Yang harus disuruh dulu baru bergerak. Yang berteriak protes jika diberi perintah. Mau jadi apa kalian kalau mental seperti ini yang kalian pelihara?

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   43. Bertemu Calon Mantu

    Arya sudah tidak lagi menemani Dinda di rumah sakit, karena di hari ketiga, Dani sudah diperbolehkan pulang tapi tetap diawasi dengan ketat.Punggung Arya terasa begitu berat. Ia berlama-lama di bathup guna menghilangkan rasa penat di seluruh tubuhnya. Pembicaraan dengan Dinda terakhir kali di kursi taman depan kamar rawat Dani kemarin malam, mengganggunya.Ingin rasanya ia dapat segera bertemu dengan orangtua Dinda. Akan tetapi hal itu tidak dapat ia lakukan dalam waktu dekat, mengingat Dani, baru saja diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tentunya, Dani masih memerlukan waktu agar kesehatannya benar-benar pulih seperti biasa.Arya menikmati alunan musik jazz selama ia berendam di kamar mandi. Wangi bunga lavender bercampur mint, membuat dirinya mengantuk. Ada rasa bahagia yang tidak bisa ia lukiskan karena sambutan Dani terhadap kehadirannya selama dua hari berturut-turut di rumah sakit, cukup positif.Hampir satu jam Arya menghabiskan waktunya di bathup. Selanjutnya ia membilas se

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   44. Calon Mertua

    Arya melangkah ringan memasuki komplek parkiran gedung rektorat. Rudy baru saja mengirim pesan padanya terkait pengajuan beasiswa S2-nya. Rudy meminta Arya untuk memeriksa ulang pengajuannya dan melengkapi kekurangan dokumen paling lambat lusa.. "Selamat Siang, Pak Arya." Hasan tersenyum lebar begitu melihat yuniornya itu berjalan menuju gedung administrasi rektorat. "Siang, Pak Hasan." "Ada kabar beasiswanya?" "Belum tahu ini, Pak. Saya disuruh datang untuk mengecek kelengkapan dokumen dan melengkapi kekurangan dokumen, paling lambat lusa. " "Sepertinya tidak akan lama lagi prosesnya. Tinggal menunggu jawaban, sekitar tiga minggu dari pengajuan untuk seleksi dokumen, dan satu bulan lagi untuk seleksi beasiswa." "Iya." "Semoga lancar, Pak Arya. Saya doakan bisa segera berangkat ke universitas yang diinginkan." "Aamiin. Terima kasih doanya, Pak." Arya bergegas menemui Rudy. Ia sendiri baru setengah jam yang lalu menjejakkan kaki di kampus. Angka di arjolinya menunjuk ke angka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   45. Pertemuan Calon Mantu dan Calon Mertua

    "Jika kamu membuka amplop itu, berarti kamu setuju dan menerima perjodohan ini." Dermawan sangat serius dengan perkataannya.Arya terlihat sedikit meragu, tapi sejatinya pendiriannya sudah berubah sejak mengetahui Sari, istri tamu yang diundang papanya untuk makan malam bersama di rumah mereka adalah ibu dari Dinda, gadis yang hendak dilamarnya minggu depan. Tidak ada yang melihat senyum tipis penuh arti, yang terbit di kedua ujung bibir Arya.Tidak ada alasan bagi Arya untuk menolak perjodohan itu, karena gadis yang hendak dijodohkan dengannya adalah gadis pilihan hatinya, yang belum sempat ia ungkapkan kepada orang tuanya.Arya mengeluarkan selembar foto berukuran 4R, dan menatap wajah yang terpampang di sana. Arya dengan cepat memasukkan kembali foto itu ke dalam amplop. Wajahnya terlihat datar dan tanpa ekspresi, menimbulkan rasa khawatir Dermawan dan Anggun."Arya?" panggil Anggun lembut. Ia sungguh berharap Arya akan menerima gadis itu sebagaimana dirinya.Arya tidak menjawab, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   46. Menunggu Kode Arya

    Sari dan Broto baru tiba di rumah pukul sepuluh malam. Dinda sudah berpelukan erat dengan guling kesayangannya, sedangkan Dani masih berkutat dengan game di ponselnya.Begitu mendengar suara mesin mobil yang masuk ke garasi, Dani segera beranjak dari kasurnya. Ia ingin tahu seperti apa calon adik iparnya. Seorang pria muda tampan dan mapan, atau justru pria berumur empat puluh tahun dengan perut buncit dan kepala botak."Gimana, Ma?" Dani langsung mencegat Sari yang baru saja keluar dari mobil."Gimana apanya?""Ya itu. Calon adik ipar Dani. Saingan papa atau saingan Dani?"Sari mendelik. "Jangan jadi anak yang nggak sopan!""Loh? Nggak sopan gimana sih, Ma? Kan Dani cuma minta gambaran, saingan mudanya sama Dani atau saingaan tuanya sama papa. Gitu aja kok.""Menurut kamu yang kemarin ke rumah sakit itu muda atau tua?""Lah itu mah, nggak usah ditanya, Ma. Pasti udah ada fanbase-nya itu."Sari tersenyum senang. "Ya itu. Calon adik ipar kamu nggak jauh-jauh dari itu."Wajah Dani langsu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   47. Undangan Pernikahan

    Cuti Arya sudah habis. Kini, ia kembali melangkah menuju ruangannya. Jam sembilan pagi. Suasana kampus sudah cukup ramai. Melewati beberapa kelompok mahasiswa yang sedang menunggu jadwal berikutnya, Arya sibuk membalas sapaan hangat para penggemar mudanya itu. Ada rasa senang sekaligus capek karena ia harus menebar senyum meski sekedar senyum simpul untuk membalas itu semua. Teriakan kecil terdengar setelah ia melewati mereka. Seperti mereka baru saja bertemu dengan idol kesayangan. "Pak Arya!" Seketika Arya menghentikan langkahnya. Ia langsung memutar tubuhnya ke arah kiri, menyunggingkan senyum ala kadarnya. "Ya? Ada yang bisa saya bantu?" "Saya mau bertanya sesuatu apakah boleh?" tanya Mona sambil memainkan ujung rambutnya, maksud hati ingin terlihat imut dan menggemaskan di mata Arya. "Silakan." Arya melirik seklias arlojinya. "Apakah Bapak bersedia datang ke pernikahan kakak saya?" Arya terkejut. "Untuk apa? Saya tidak kenal dengan kakak kamu." "Iya. Maksud saya, sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   48. Saya Sudah Menerima Lamaran Kamu

    "Mitaaaa!" Dinda berteriak kencang di ponselnya ketika panggilan yang ia buat dijawab Mita. "Apaan sih teriak-teriak, Din?! Gua belum budek." Mita yang baru bangun tidur siang, menggeliatkan badannya. "Lu tu ye! Dapat berapa duit dari doi?" "Berapa duit gimana?" Mita belum paham. "Lu nerima sogokan doi kan terus lu berani-beraninya kasih alamat rumah gua ke dia." Dinda di puncak amarahnya. Ia tidak paham mengapa besti-nya sendiri tega mengkhianati dirinya. "Ooh itu." Begitu dirinya paham jika penyebab Dinda naik pitam karena alamat rumahnya dibagikan kepada Arya, Mita justru bersikap santai. "Ooh itu? Lu cuma ngomong 'Ooh, itu?" Dinda melotot tidak percaya. Lagi-lagi Dinda lupa jika Mita tidak ada di depannya saat ini, sehingga Mita tidak bisa melihat bagaimana seramnya wajah Dinda saat ini. "Eh, Din. Bukan tanpa maksud ya gua ngelakuin ini. Melihat lu berdua gua jadi gemes sendiri, tau nggak??Gemesssss banget! Alhasil, ketika Pak Arya manggil gua di kampus kemarin, dan minta

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27

Bab terbaru

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 9

    Rasa was-was yang dirasakan Mita menular ke Dinda. Secara tidak sadar, perhatian Dinda kini beralih pada sosok pria tinggi yang sepertinya sengaja menutupi wajahnya dengan topi berwarna hitam. Pria itu mulai menyadari jika kehadirannya sudah diketahui Dinda. Ia memutar tubuhnya secepat mungkin, berpura-pura sibuk memilih jam yang dipajang di toko yang berada tepat di belakangnya."Buruan cabut aja deh, Din. Gua takut kenapa-kenapa." Mita mendorong kereta belanja dengan sekuat tenaga. Dalam pikirannya, mereka harus segera meninggalkan supermarket ini. Tidak ada Fahri atau Arya di samping mereka, membuat Mita bersikap sangat waspada, terlebih lagi mereka membawa dua bocah, yang sejak kedatangan mereka, sudah menarik banyak perhatian terutama Brilian.Dinda mengangguk setuju. Mereka bergegas menuju meja kasir yang kosong, untuk kemudian meninggalkan supermarket itu. Bulir keringat bermunculan di kening Mita. Ia sungguh gugup. Takut jika kejadian buruk akan menimpa mereka. Ia membawa mo

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 8

    Suasana tegang melingkupi ruangan Arya. Yusna mengusap keringat yang mulai memenuhi keningnya, sedangkan Burhan menatap nanar pemuda tampan di hadapannya, yang memiliki aura tak kalah menyeramkan dengan pemilik yayasan."Bagaimana?" Arya masih setia menunggu penjelasan kedua pria paruh baya di depannya. Batin Burhan masih terjadi pergulatan batin. Ia tidak ingin mengaku salah karena dalam kacamatanya, mengaku salah berarti salah. Ia tidak sudi mengakui kesalahannya di depan pemuda belum matang di depannya."Saya mengadakan perekrutan ini bukan tanpa pertimbangan, Pak Arya. Semua berdasarkan permintaan masing-masing fakultas. Ada banyak dosen yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun. Jika kita tidak cepat mencari calon pengganti mereka, saya khawatir ini berpengaruh pada jumlah serapan mahasiswa baru tahun depan."Yusna mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Burhan tidak jauh berbeda dengan pemikirannya. Mereka harus mempersiapkan calon pengganti lebih awal beberapa bulan sebelum

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 7

    Rudy mengikuti Arya dari belakang. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada sang rektor muda. Tentang kabar Dinda dan putra mereka, termasuk kehidupan yang keluarga kecil itu jalani selama pendidikan di Inggris. Namun, aura Arya mencegahnya untuk bertanya apapun. Bibirnya seperti dikunci paksa.Keduanya kembali ke ruangan rektor. Sekretaris memberi beberapa dokumen kepada Rudy, untuk selanjutnya disampaikan kepada Arya.Rudy berhenti sejenak untuk mengecek dokumen apa saja yang diterimanya, sebelum diserahkan kepada Arya. "Yusna dan Burhan." Arya menggumam dan gumamannya berhasil mengalihkan perhatian Rudy."Ada yang harus saya lakukan, Pak Arya?" Rudy mendekat dan meletakkan dokumen yang sudah ia periksa."Apa yang mereka lakukan selama aku berada di luar negeri?" Tatapan lurus Arya membuat Rudy sontak mendekat."Saya sudah berusaha menjelaskan beberapa hal kepada beliau berdua, Pak, Akan tetapi, mereka justru menilai saya sebagai perusuh dan tidak mengerti kebutuhan kampus saat i

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 6

    Dinda baru saja selesai membantu Anggun menyiapkan sarapan pagi bersama Mita, saat dilihatnya Arya sudah berpakaian rapi dengan tas kerjanya. 'Bukannya ke kampus besok? Kenapa berubah? Pagi banget lagi?' Netra Dinda mengikuti kemana pun Arya bergerak. "Pergi kemana? Ke kantor?" Akhirnya Dinda tidak tahan juga untuk bertanya. Wajah Arya yang sangat serius cukup mengganggunya."Ke kampus dulu." Arya mendekat ke arah Dinda, lalu mengecup kening istrinya. "Ada sesuatu yang harus diselesaikan.""Mendadak sekali."Arya mengangguk. "Nanti malam saja ceritanya," bisiknya di telinga Dinda sembari memberi kecupan lembut di sana."Penting banget?" Dinda sepertinya tidak rela jika suaminya itu kembali ke rutinitasnya sebagai dosen."Sangat penting."Dinda mulai menerka-nerka urusan apa yang dimaksud suaminya. Jangan-jangan sosok yang disebut Mita kemarin?"Jangan pergi sebelum sarapan. Hari ini sangat spesial karena dimasak oleh tiga wanita cantik di rumah ini. Kalau kamu tolak, bakal rugi dan k

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 5

    Mega? Kembali? Wanita itu berada di tempat yang sama dengan mantan dosen pembimibingnya untuk kedua kali? Dinda mengerjapkan kedua netranya. Ia hanya menatap Mita kosong."Tsk. Bener kan tebakan gua. Lu bakal kaget.""Ngapain dia balik lagi ke kampus? Apa belum dipecat?" Dinda mendadak merasa kesal. Mungkinkah Arya sudah membohonginya? Mita tertawa kecil melihat kening Dinda berkerut-kerut. "Pak Arya nggak akan pernah bohong sama elu. Beliau tipikal setia sampai akhirat."Dinda tersipu malu. "Gua sebenernya nggak pa-pa juga kalau dia balik lagi ke kampus.""Serius?" Mita sontak memutar badannya. "Asal doi bukan jadi dosen aja. Balik ke kampus kan tidak selamanya dia balik jadi dosen lagi. Kali aja pas ketemu sama elu, dia numpang lewat atau nganterin temen atau sodaranya yang mau daftar di sana jadi maba.""Bisa jadi juga. Gua begini karena gua masih kesel aja sama dia. Kenapa orang seperti dia malah awet di muka bumi ini, sih?""Hush! Nggak boleh ngomong begitu. Kali aja Tuhan mau

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 4

    "Mama!!"Teriakan Brilian membuat Dinda langsung memutar tubuhnya dan dengan gerakan super cepat kaki-kakinya yang panjang dan jenjang sudah mengantarkannya ke depan pintu teras. Ia melihat Brilian menangis dalam gendongan Arya.Dinda mendekat ke arah dua pria penting dalam hidupnya. Dinda menyentuh lembut pundak suaminya. Tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun, Arya menceritakan sebab musabah Brilian menangis histeris. "Saking besarnya dia melompati ini hingga jatuh terjerembab di situ." Arya menunjuk ke dinding pemisah antara teras rumah dan pekarangan rumah setinggi enam puluh senti, dan lokasi tempat Brilian jatuh."Mana anak tampan Mama?" Dinda mencoba melihat wajah putranya. Brilian, demi mendengar suara lembut sang mama, langsung mengangkat wajahnya. Ia berusaha keras menahan tangisannya yanga berujung pada cegukan.Dinda tersenyum geli. "Nggak apa-apa kalau masih ingin menangis. Tuh, lihat. Om Fahri sudah berhasil menangkap tikusnya."Dari kejauhan tampak Fahri memegang ta

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 3

    Fahriza masih tertegun di jok belakang. Ia masih tetap menatap ke arah bocah laki-laki yang ditunjukkan mamanya. "Sayang... Kamu tidak ikut turun?" Panggilan Mita membuyarkan lamunan Fahriza. Bocah kecil itu keluar dengan terburu-buru, lalu lari menghambur mencari sang nenek"Nenek!"panggil Fahriza heboh. Ia tidak mempedulikan beberapa tamu yang tengah duduk berbincang dengan Dermawan. Fahriza tiba-tiba berhenti di tengah ruang tamu. Netranya menabrak sosok asing yang tidak pernah ia temui sebelumnya.'Mengapa Papa ada dua?' gumam Fahriza keheranan. Perhatian Fahriza terpusat pada sosok yang sedang menuruni tangga. Pria tinggi, putih dan sangat tampan. Sekilas memang mirip papanya, tapi jika dilihat lebih dalam, pria dewasa itu lebih tampan dari papanya. Mita yang berjalan di belakang Fahriza menatap penuh heran melihat tingkah putrinya. "Ada apa, Za? Ada hantu? Mana? Biar Mama pukul pakai tas Mama ini." Mita megusap lembut pucuk kepala Fahriza."Mama!""Ya, Sayang.""Mengapa Papa

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing    Extra Part 2

    Jawaban jujur Fahriza membuat Anggun tidak dapat menahan tawanya. Namun, demi menjaga wibawa Mita di hadapan putrinya sendiri, Anggun berusaha keras untuk meredam tawanya.A: "Oh. Mama ngomel. Mama ngomelin apa kalau Nenek boleh tahu?"F: "Ehm. Apa ya?"Fahriza ingin menjawab tapi melihat ekspresi Mita yang mengerikan, bocah kecil itu memutar badannya hingga Mita tidak dapat melihat wajahnya.A: "Halo?" F: "Iya, Nenek. Fahriza masih di sini. Nenek tunggu dulu. Fahriza sedang memikirkan jawaban yang benar."Jawaban Fahriza mengundang tawa Anggun. Bocah kecil itu begitu pintar, mencari alasan. Tampaknya, kepandaian Mita dalam bersilat lidah menurun kepada Fahriza.A: "Baiklah. Nenek akan sabar menanti jawaban kamu, tapi jangan lama-lama karena Nenek masih harus membungkus kado untuk tamu spesial yang akan datang menjenguk Nenek."Netra Fahriza yang bulat menjadi semakin bulat saat gadis kecil itu mendengar kata 'kado' dan 'tamu spesial, yang baru saja diucapkan Anggun.F: "Kado? Tamu sp

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 1

    "Mama! Kakak mau itu." Teriak Brilian ketika kaki kecilnya baru saja turun dari gendongan Arya. "Mainan lagi? Bukannya kemarin Papa baru saja beliin Kakak mobil balap?" Dinda menggandeng tangan kecil putra pertamanya itu, mengikuti sang suami yang berjalan ke tempat pengambilan bagasi sebelum meninggalkan bandara."Tapi, Kakak beyum punya yang kayak itu..." ujar Brilian dengan bahasanya yang masih cadel. "Gimana kalau kita pulang ke rumah dulu? Papa takutnya Om Fahri sudah menyiapkan hadiah untuk Kakak." "Om Fayi peyit. Suka bohong."Dinda terkekeh. Ia teringat dengan janji Fahri yang hendak mengunjungi dirinya dan Arya. Namun, sampai dua tahun mereka tinggal di Inggris, Fahri tidak juga menepati janjinya, membuat Mita terus saja merengek agar dirinya segera pulang ke Indonesia."Nggak. Om Fahri pasti sudah beli sesuatu untuk Kakak. Hanya saja, Om Fahri masih repot, jadi belum bisa kirim hadiahnya." Alhasil, sepanjang jalan Dinda dan Arya mendengar omelan penuh kekesalan Brilian.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status