Aku begitu takjub dengan laki-laki yang berdiri di hadapanku saat ini. Begitu tampan dengan muka yang layaknya seorang keturunan bak pangeran berkuda yang seakan membangkitkan gairah malamku yang begitu menggebu-gebu.
Aku tak perduli lagi, walaupun dia telah memiliki pasangan ataupun tidak. Aku tak mempersoalkan hal itu. Saat itu Aku lihat dia memandangku dengan penuh nafsu. Terlihat tubuh kekarnya denagn dada bidang berbulu,lalu laki-laki itu tersenyum padaku. Setelah aku masuk ke dalam kamar hotel aku masih berdiri di hadapannya saat itu. Laki-laki yang Memakai piama atau baju tidur panjang saat itu seolah menatap diriku di atas kursi santai yang didudukinya di dalam sebuah kamar hotel nomor tiga puluh enam itu.
“Kau bisa menari?
Ucapnya padaku sembari dia duduk di atas kursi santai itu, ditemani dengan segelas minuman berwarna merah yang aku tahu itu sejenis minuman memabukkan dengan minuman yang mengandung kadar alkohol, tercium dari
Samar-samar aku melihat pria itu membuka baju tidurnya, kemudian aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu. Aku begitu benci dengan waktu yang begitu berjalan cepat, terperdaya malam itu dengan terlalu banyak minum-minuman alkohol yang disuguhkan laki-laki gagah itu. Sehingga, laki-laki itu begitu leluasa mengotak-atik bagian-bagian berharga dalam hidupku. Entah sudah keberapa kalinya laki-laki di luaran sana memakai tubuh yang ku anggap sebagai aset terpenting dalam hidupku ini.Aku tak tahu, aku gaman. Aku seolah baru dalam dunia seperti ini. Mungkin saat ini bisa saja aku menjadi primadona karena usia yang masih muda, tapi entah esok harinya bahkan esok harinya lagi. Semua seakan sudah menjadi rahasia yang memang sudah digariskan tuhan. “Sudahlah” aku hanya ingin menikmati apa yang ada sekarang, itu saja.”“Kau baru sadar?“Maaf ya. Aku memang sengaja memberikanmu minuman itu agar kau cepat menikmati permainan liar ini.”
“Bolehkah aku mengantarmu pulang Mawar?“Aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi,”Laki-laki itu menawarkan bantuan kembali malam itu. Berniat mengantarku pulang hingga ke kontrakan di ujung gang sempit yang hanya bisa menjalani aktifitas sebelum matahari tenggelam. Melalui pekatnya malam berjalan menjalani malam-malam penuh tantangan.Tak banyak yang bisa dilakukannya hanya untuk membalas jasa yang aku berikan, seolah tahu dengan apa yang aku butuhkan dari seorang laki-laki, yaitu tanggung jawab. Ya, tanggung jawab dan rasa tulus. Tak hanya memikirkan nafsu dan hasrat pribadi yang dia salurkan padaku. Aku berpikir kenapa laki-laki itu begitu baik padaku yang begitu hina ini? sementara hatiku saat itu memang butuh orang seperti dirinya yang sedikit menunjukkan rasa peduli, walaupun aku hanya sebagai wanita penghibur di hadapannya.“Aku bisa pulang sendiri,”“Tak usah terlalu mengkhawatirkan keadaanku,”
Kembali pagi itu aku mengambil handphone yang aku taruh di atas rak hiasku hanya sekedar untuk menanyakan kabar Ibuy yang memang sudah aku rindukan suaranya. Hanya sekedar ingin mendengar suaranya yang begitu membuat hatiku nyaman dari semua rasa rinduku yang tak dapat bertatap muka. Tak kuhiraukan rasa mengantukku yang semalam masih bergelayut tepat di atas pelupuk mata, hanya suara Ibuku yang dapat mengusir rasa lelahku yang saat itu masih bersandar tepat di atas tempat tiudr yang aku masih rasakan sisa dari tenaga laki-laki itu semalam yang memang perkasa di atas ranjang kamar hotel itu. Berulang kali mengajakku untuk melakukan hubungan intim yang aku rasa tak sanggup melayaninya lagi.“Ibu…aku lelah,”“Apakah aku harus terus bertahan di tengah kota metropolitan yang aku rasa semakin banyak saja kisah hidup yang akan aku hadapi ke depan.”Aku berkata sembari menahan napas dan perlahan mulai mengeluarkan tetesan air bening
Aku mencari sesuatu dari balik laci meja riasku malam itu, apa lagi kalau bukan sebuah alat make up yang tentunya aku bawa kemana-mana dari dalam tas mungil kulit milikku. Biasanya aku selalu meletakan beberapa make up itu yang sudah tersusun dalam sebuah kotak kecil yang biasa aku taruh di dalam tas mungil.“Diman ya?“Aku menaruhnya kemarin persis di dalam laci,”Ucapku saat itu Yang terus membolak balik pintu laci meja riasku yang berukuran mini itu. Tetapi tak menemukan sesuatu yang aku cari.Tak aku pungkiri,sebuah kotak make up sangat berharga bagiku untuk merias penampilan wajah yang memang harus tampil begitu cantik ketika malam hari demi mencari rupiah di jalanan liar di sana.“Ahhh sudahlah, ada baiknya aku beli saja nanti,”“Toh enggak sebebrapa juga harganya,”Ucapku kemudian lalu kembali menutup laci meja sembari ingin berlalu keluar malam itu, tetapi aku lihat jam sudah terlalu larut mal
“Singkirkan mulut baumu dari wajahku!” Ucapku saat itu dengan marah dan emosi, langsung mendorong wajahnya yang ingin mencumbuku itu. Terasa sekali kalau dari hawa mulutnya tercium bau alkohol yang begitu menyengat sekali yang aku hirup, tepat pada pernapasannya yang seolah hari itu bernafsu sekali untuk segera mencumbuku. Gaun pendek sebatas paha yang aku kenakan kini merosot setengah dada, sehingga menampakkan bagian feminimku yang memang membuat nafsu liarnya itu semakin memanas. Dia mendorong tubuhku tepat di atas tempat tidur, seketika menarik gaun yang aku kenakan itu. Tak sempat lagi aku ingin memberontak malam itu. “Aku tak suka ini!” “Lepaskan!” Ucapku malam itu meminta laki-laki kekar itu yang terus mencumbu bagian terlarangku yang telah terlihat itu. “Ini pemaksaan!” “Lepaskan!” Tak ada rasanya kenikmatan dengan perlakuan kasarnya malam itu. Aku ingin menjerit rasanya sekuat kuatnya malam itu. Perlakuan
“Dari mana kau dapatkan alamatku!” “Cepat kau katakan! Aku kembali mencoba memaksa laki-laki itu yang mencoba mendekat tubuhku setelah lelah melakukan perbuatan pemerkosaan yang dia lakukan padaku. Apalagi akalu bukan perbuatan pemerkosan yang memang aku tak suka dan tak menikmati permainan panas itu yang harus melayani nafsu laki-laki bajingan bertubuh gempat itu. “Kau tak perlu tahu,” “Kau butuh uang bukan? laki-laki yang memang sudah beranak satu dan beristri itu mencoba berdiri dengan tanpa sehelai benag yang dia kenakan. Diambilnya tas sandang yang dia pakai saat itu. “Ambil perempuan murahan! “Aku memang tak pernah akan puas melampiaskan nafsu ku yang terus saja terbayang dengan tubuh indahmu!” Laki-laki itu berucap sembari membuka tas sandang yang dia ambil itu dari atas meja riasku yang saat itu memang sengaja ditaruhnya di sana. Sudah hampir dinihari laki-laki itu belum pulang dari kamar kontrakanku. Ti
Seperti biasa Aku dan Cantika malam itu tak menghiraukan suasana malam yang biasa kami lewati di sana. Tentu saja seperti malam-malam lainnya. Aku dan Cantika yang memang sering nongkrong di tempat Wanita Pekerja Malam itu memang sudah biasa menghadapi keadaan dinginnya malam di tempat itu. Tetapi kami dan para Wanita Pekerja Malam yang lainnya di sana tak pernah membayangkan akan terjadi sesuatu yang memang lebih buruk dari yang kami pikirkan malam ini.“Ayoooo,,,cepat!”“Nanti kita keburu sama yang lain loh!“kalau keduluan mereka, kita enggak bisa dapet pelanggan lagi!”“Terus mau makan apa besok?”Cantika berkata padaku saat itu, terlihat wanita itu mempercepat langkahnya dengan balutan kaos kutang dan juga celana rok mini yang dia kenakan, tas sandang yang dia senderkan pada bahu bagian kanan menambah seksi penampilannya di mala mini. Hingga membuat aku berpikir apakah wanita ini ta
Hari itu kami dibawa dengan menggunakan patroli petugas keamanan yang memang malam itu sedang mengadakan rahasia besar-besaran. Aku masih ingat sat itu saat mencoba berlari kencang sekuat tenaga dengan sepatu yang memang sudah aku lepaskan berharap bisa berlari sekencang angin menghindar dari kejaran bagaikan mengejar seorang pencuri atau tidak pelaku kejahatan.“Jangan berhenti teruslah berlari!”“kalau kita berhenti kita terrtangkap!”“Cepat lari!”Hari itu aku berteriak pada Cantika temanku yang memang sedang dalam keadaan yang begitu sesak karena berlari kencang.Aku yang melihat cantika yang berlari kea rah ujung gang dengan sangat begitu cepat bagaikan sekelebat bayangan yang menghilang di arah kegelapan bangunan di balik gedung yang tak jauh tempat kami mencari nafkah dengan jalan hitam. Sementara aku yang masih bersembunyi dari balik bangunan kosong yang memang duduk meringkuk ketakutan mendengar su
“Aku sagat berterimah kasih padamu atas pembelaan yang kau lakukan, aku tak tahu jika kau tak membelaku, mungkin saja aku telah dihakimi para warga waktu itu.” Aku mengucapkan hal itu lagi yang seharusnya telah melupakan hal buruk itu yang telah berlalu beberapa tahun. Sekarang, Ya sekarang aku telah menikah dengan Herman dan telah dikarunian seorang anak perempuan. Herman yang mendengar kata-kataku lalu hanya bisa tersenyum sembari bicara padaku. “Kau tak perlu menyesali semua perbuatan dan masa lalumu mawar,” “Sudahlah! “Yang telah terjadi biarkan saja terjadi, kau tak hidup di dunia itu lagi bukan? “Toh, aku juga menerima semua kekuranganmu dan masa lalumu yang kelam itu.” Herman tak lupa untuk selalu saja membela dan membenarkan masa laluku yang salah. Sungguh berhati mulia laki-laki ini yang mau menerimaku apa adanya dengan masa lalu yang mungkin laki-laki lain tak mau mengerti dengan keadaan dan masa laluku yang buruk. Tetapi Herman, laki-laki ini memang begitu tulus menci
“kemari kau!“Berikan penjelasan jika kau benar-benar bersungguh-sungguh mengakhiri kisah buruk ini!“Aku tak mau lagi mendengar banyak alasan darimu.”“Baron! kau benar-benar keterlaluan padaku!“Menduakan aku dengan wanita tak baik ini.”Kata-kata itu memang keluar dari mulut wanita itu yang memang berstatus resmi sebagai istri Om Baron yang kini datang lagi ke rumah ini. benar memang dugaan dan rasa takutku benar-benar terjadi. Kini, wanita itu dan Om Baron duduk di hadapan aku dan juga Herman yang terus saja menenangkan wanita itu agar tak menghakimiku dengan suaranya yang lantang dan begitu keras.Seolah memang apa yang dia katakan semuanya benar.“Ini bukan sepenuhnya salah mawar!“Baron!“Tolong bantu Mawar.Setidaknya kalian pernah bersama.”Herman yang memang ikut bicara kini terlihat ambil andil dalam rumitnya masalah yang kami hadapi ini. Sementar
Dui tengah kegundahan yang memang sedang melanda hatiku, aku mencoba untuk selalu tegar dan menghadapi cobaan yang sudah terjadi.“ Ya, apapun yang terjadi akan aku hadapi!“Langkahku tak akan berhenti untuk bisa merubah semua penyesalan yang terjadi.”Hanya itu kata-kata yang kini terbesit di pikiranku sembari melamun di depan laki-laki bernama Herman itu. Usianya memang belum terlalu tua, sekitar tiga puluh tahunan. Aku memang baru kali ini melihat laki-laki itu, tetapi ada rasa yang memang aku lihat dari ketulusan hatinya.“Jangan melamun, sudahlah tak baik memikirkan kejadian dan peristiwa yang telah terjadi,”“Toh masih ada kesempatan untuk dirimu merubah semua hidup ini.”laki-laki yang baru aku kenal dan lihat itu berbicara sembari terus memandangiku.Memandangiku denga penuh tatapan Iba dengan penampilanku yang telah kusut marut lantaran peristiwa hari ini yang begitu mengenaskan. Sudah diperm
“Sudahlah aku tahu posisimu saat ini.Kau tak perlu menyesali semua yang terjadi,”“Jika kau ingin hidupmu lebih baik, semua akan aku bantu sebisaku.”Herman yang memang berprofesi sebagai rukun warga itu pun menanyakan keadaanku yang memang telah tahu semua tentang diriku. Aku hanya bisa tertunduk malu di hadapan pria yang memang umurnya belum terlalu tua itu. Aku memang belum begitu dekatk mengenalnya, aku tak tahu siapa dia dan darimana dia berasal. Tetapi, entahlah aku pun berpikir heran kenapa laki-laki itu menaruh perhatian yang memang jika dipikirkan aku bukanlah siapa-siapa di sana, hanya pendatang yang hanya bisa buat kenyamanan warga dan tugasnya sebagai rukun warga seolah memang tak berguna.“Kenapa kau tak melapor padaku sebagai warga yang baik, kalau memang kau tinggal di sini?“Apakah kau malu?Tanya laki-laki itu yang menatapku dengan tatapan serius di saat kami sedang berada di ruang tamu rumah ini
“Kenapa kau menyalahkan aku?“Salahkan suamimu yang dengan sendirinya datang padaku?“Aku tak pernah merayunya atau membujuknya untuk menduakan kau!Aku yang memang tak tahan lagi dengan penyiksaan yang dilakukan wanita yang berstatus sebagai istri Baron itu seketika melakukan perlawanan dengan segera menangkis serangannya menjambak rambutku dengan begitu kasarnya. Tak bisa lagi aku tahan, memang harus aku melakukan perlawanan jika tak ingin mati perlahan di tangan wanita ini yang terus saja memukuliku tanpa ampun.“Kau bilang apa?“Kau bilang kau tak pernah merayu suamiku katamu!“Dengan mata kepalaku saja kalian itu sudah kepergok berduaan di dalam rumah ini?“Aku tahu itu!“Kau mau mengelak bagaimana lagi, Ha!“Dasar wanita kotor tak tahu diri, berani sekali kau mengelak dari tuduhanku!Wanita itu kembali marah-marah di dalam rumah yang memang telah berhasil
Belum lama aku bertengkar dengan laki-laki beristri ini, ternyata memang benar dugaan burukku seseorang datang mengetuk pintu rumah dengan begitu kerasnya. Om Baron yang memang saat itu sedang naik darah langsung panik dan khawatir sekali dengan suara khas itu. Ya, siapa lagi kalau bukan yang datang istri Om Baron.“Buka Pintunya!“Aku tahu kalian di dalam!“Buka!Teriakan perempuan yang memang benar dugaan burukku akan datang itu sudah berada di depan pintu dan sekarang berteriak dengan begitu keras. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, sementara saat itu aku lihat Om Baron panik sekali dengan teriakan yang memang dia kenal itu.“Gawat!“Sialan!“Dari mana istriku tahu alamat rumah ini, semua gara-gara kau….!Laki-laki itu marah dan panik sembari memakiku yang saat itu ku lihat dia sedang melangkahkan kaki ingin pergi terburu-buru mencari jalan keluar. Om Baron sepertinya memang tipe la
“OK ini jakarta!“Aku paham aku harus bertahan walau dalam keadaan apapun serta bagaimana pun!Aku kembali tertegun mencoba untuk bertahan walau dalam keadaan yang begitu merasa tertekan dan tak tahu memang harus apa yang aku lakukan. Disatu sisi aku merasa bahwa hidup ini memang tak adil seperti apa yang aku jalani, disatu sisi juga aku harus menerima tentang semua resiko merebut suami orang yang sudah aku lakukan dengan jalan yang memang tak seharusnya aku lakukan itu.“Aaaaa…begitu peliknya masalah ini?“Kenapa semua terjadi ketika aku berada di atas puncak kejayaan?“Aku memang hanya seorang perempuan malam , aku juga berhak untuk dapat kebahagian?“Tapi mengapa? Mengapa semua harus berakhir seperti ini…!Aku memang mengutuk keadaan yang memang tak beruntung ini, terus menyalakan waktu dan takdir yang memang telah berjalan dengan seiring waktu yang memang tak bisa aku hentikan.
“Barooonnn!“Baroon!”“keluar kau!“Aku tahu kau bersembunyi di dalam.”Sang perempuan istri dari Om Baron begitu kencang berteriak di depan pintu rumahku, sehingga bena-benar menimbulkan suara gaduh. Berbagai macam cacian serta makian keluar dari mulut perempuan itu yang memang terlihat marah sekali dengan Om Baron serta diriku.“Gawat itu suara istriku!“Aduh bagaimana ini?“Mau kemana aku lari dari perempuan itu!”Om Baron yang panik sekali dengan kedatangan istri yang memang tak disangka-sangkanya akan datang ke rumah itu dan juga mengetahui alamat rumah yang memang tidak aku ketahui dari mana dia mendapatkan alamat rumah ini.“Om berikan alamat rumah ini padanya?Aku seketika berbiara pada laki-laki itu untuk mencari tahu dari mana perempuan itu berhasil menemukan alamat rumah ini. Aku pun ikut merasakan kepanikan yang teramat sangat, mengetahu
“Jadi aku harus menghadapi masalah ini sendiri Om?“Andai saja Om Menceraikan Istri sah Om, Mungkin tidak akan begini ceritanya!”Aku yang memang tak sempat lagi berpikir jernih dengan masalah yang terjadi mencoba untuk berbicara pada laki-laki yang kini berdiri tepat di hadapanku.“Jadi kau mau aku menceraikan Istriku?“Lantas aku menikah denganmu Begitu!Laki-laki itu sedikit berbicara keras di depanku. Aku memang sebenarnya tak punya hak untuk mengatur hidupnya, memang semua keinginanku yang semula hanya ingin menggerogoti Harta dan Uang Om Baron sejenak berpikir tentang solusi yang aku anggap akan selesai dengan melakukan hal ini. Tetapi apakah semua akan selesai dengan melakukan hal itu?“Aaaa entahlah, aku memang berasa belum siap untuk melakukan hal ini!“Ini terlalu rumit bagiku.”Aku hanya masih ingin hidup bebas, sementara rasa trauma ku pada setiap laki-laki masih