Share

I Won't Give Up

last update Last Updated: 2024-05-02 16:39:43

ZOLA

Ariq terkaget-kaget atas keanehanku. Setelah tadi memanggilnya tidak biasa, sekarang datang-datang aku langsung menghambur ke pelukannya. Namun dia membalas pelukanku dengan sangat erat. Sialan, pasti dia memanfaatkan kesempatan. Kalau bukan karena terpaksa aku nggak rela memberikan pelukan eksklusifku padanya.

Setelah kupastikan Zach menyaksikan adegan itu aku langsung menutup pintu.

Lalu sesegera mungkin melepaskan diri dari Ariq.

Sebut saja aku jahat, tapi semua yang kulakukan bukan tanpa maksud dan tujuan. Aku sengaja melakukannya agar Zach berhenti mengejarku. Agar dia menyadari bahwa di antara kami berdua tidak apa-apa lagi. All is over.

Bukannya aku pendendam dan nggak punya kesalahan, tapi list dosa Zach sudah begitu penuh. Mulai dari Cassandra, lalu Venna. Zach nggak jujur soal Venna. Dan yang membuatku kian terluka adalah hubungan Zach dan Venna yang sangat jauh. Venna sampai menggugurkan anak mereka. Apa jadinya jika Zach tahu aku juga hamil akibat perbuatannya?
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Debora Susana
belum up....
goodnovel comment avatar
Debora Susana
Zola....maafin Zach dong, Zach sakit2 aja nyariin kmu lho, kmu tega banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Nice to Meet You

    ZOLANggak tahu kenapa pagi ini Fai nggak seperti biasa.Sejak jam empat sebelum subuh tadi Fai bangun, terus nangis dan minta gendong.Fai nggak mau turun dari gendonganku walau aku sudah membujuk dengan segala cara. Mulai dengan memberi susu, biskuit bayi, sampai menyodorkan koleksi mainannya. Tapi semua itu sama sekali nggak mempan untuk membujuknya. Fai akan menangis sedikit saja kuturunkan dari gendongan.“Fai kenapa sih, Nak? Mama kan mau kerja.”Aku mulai bingung karena nggak biasanya Fai bertingkah aneh begini.Senin pagi ini seharusnya aku datang lebih awal. Aku akan menjadi host untuk acara Gen Z dan mewawancarai Zach. Aku nggak mau datang terlambat yang membuat Zach berasumsi macam-macam padaku. Dan tentunya juga akan membuat orang-orang kantor mengutukku.“Mbak Zoi, Fai tiba-tiba rewel, nggak tahu kenapa. Dari tadi minta gendong mulu nggal mau turun.” Aku mengadu pada kakakku setelah membawanya keluar dari kamar.Mbak Zoi memerhatikan Fai yang berada di dalam dekapanku.

    Last Updated : 2024-05-02
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Sampai Jiwa Terpisah Dari Raga

    ZOLAAku terpaksa menuruti perintah Mbak Nia, karena memang begitu semestinya. Setiap kali akan take kami diwajibkan gladi resik dulu.Langkahku terasa berat dan kaku, sedangan Zach berjalan di sebelahku dengan begitu santai.Masuk ke ruangan Mbak Nia, aku benar-benar hanya berdua dengan Zach. Entah mengapa ruangan ini terasa jauh lebih dingin dari biasanya.“Semua materi wawancara kita ada di sini.” Aku memberikan bundelan kertas pada Zach setelah kami sama-sama duduk berhadapan di posisi masing-masing. Zach menurunkan pandangan menekuri kertas tersebut selama hitungan menit. Aku menanti reaksinya.“Aku sudah baca semua dan ngerti banget,” katanya kemudian.“Bagus, kalau begitu kita bisa langsung ke studio. Kita bisa mulai secepatnya.” Aku pikir semakin cepat akan semakin bagus. Cepat dimulai maka akan segera selesai agar aku bisa bebas dari keadaan yang membuatku jadi nggak nyaman ini.Aku sudah bersiap-siap untuk berdiri ketika tiba-tiba Zach menahan lenganku.“Tunggu bentar, La,

    Last Updated : 2024-05-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Larut

    ZOLA"Kamu cocoknya gabung di tim kreatif, bukan jadi PA."Setelah acara selesai dan Zach pergi Mbak Nia mengomeliku habis-habisan. Aku menerima karena merasa bersalah. Tadi semua memang nggak ada di dalam skenario, tapi aku begitu kreatif.To be honest, tadi tiba-tiba saja perasaan pribadiku menyeruak sehingga jadilah muncul pertanyaan seperti tadi. Semua terjadi di luar kendaliku. Padahal seharusnya aku harus lebih mampu menguasai diri. Aku nggak bisa mencegah rasa ingin tahu itu. “Jangan sampai keulang lagi, La. Untung Zach orangnya baik, kalau orang lain gue yakin bakalan tersinggung sama pertanyaan lo itu atau minimal dia nggak bakal mau jawab.“Maaf ya, Mbak,” ucapku kali kesekian.Mbak Nia hanya bisa menghela nafasnya lantaran aku nggak bisa memberi alasan panjang kali lebar atas tindakanku itu.“Kok bisa sih, La, lo kepikiran buat improvisasi? Gue aja sekali pun nggak berani, pasti gue bakal baca se

    Last Updated : 2024-05-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Lamaran

    ZOLAZach muncul tiba-tiba yang membuatku buru-buru mengusap mata. Aku nggak mau dia tahu kalau sejak tadi aku hampir menangis mengingat kenangan kami.Hanya dengan mengenakan handuk putih yang menggantung rendah di pinggulnya Zach berdiri di depanku. Titik-titik air menetes turun dari rambutnya yang basah, persis seperti Ariq waktu itu. Hanya bedanya Zach terlihat jauh lebih seksi.“Apa?” tanyaku menanyakan kepentingannya berdiri di hadapanku.“Kamu nggak mau mandi sekalian?”Aku menggeleng menidakkan. Gimana mungkin aku mandi di sini. Aku juga nggak bawa baju ganti.“Kalau mau mandi, mandi aja, pake bajuku dulu.” Zach seakan tahu apa yang saat ini mengisi kepalaku.“Nggak usah, nanti mandi di rumah aja,” jawabku menolak.“Tapi aku udah siapin air mandi buat kamu. Aku masih ingat kamu suka berendam air hangat. Ayo, nggak usah malu.”Zach meraih tanganku kemudian menggandeng menuju kamarnya,

    Last Updated : 2024-05-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bekas Jahitan Di Perut Kamu

    ZOLAMataku terpaku pada cincin di meja. Cincin itu berbentuk solitaire dengan butiran berlian tunggal di tengahnya. Aku nggak akan menampik betapa indahnya cincin itu, dan pastinya juga mahal.Aku membayangkan jika cincin tersebut tersemat di jari manisku. Jariku yang panjang dan ramping pasti akan semakin terlihat menawan. Sebelum khayalanku berlarut-larut aku segera menyadarkan diri sendiri. Aku nggak perlu menerima cincin dari Zach. Kalau mau aku bisa membelinya sendiri.“La ...”Suara Zach membuatku mengangkat kepala. Memindahkan atensi dari cincin tersebut pada laki-laki di hadapanku.Aku menemukan rautnya yang begitu penuh harap. Sejujurnya aku terkejut mendengar dia mengatakan melamarku. Dengan cara, tempat dan keadaan yang sama sekali nggak pernah ada dalam bayanganku. Aku mulai meragukan kewarasannya. Jangan-jangan dia sedang mabuk saat ini sehingga gagal mengendalikan tindakannya.“Aku butuh jawaban kamu malam ini, La, waktuku nggak banyak.” Zach semakin menuntut, meminta

    Last Updated : 2024-05-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Just For One Night

    ZOLA Zach hampir saja terjengkang akibat doronganku yang terlalu kuat. Untung dia bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya.Nafasku sesak dan memburu. Aku yakin jika saat ini mukaku juga pucat. Tindakan spontan Zach tadi membuatku terkejut bukan main. Dia langsung menyingkap bajuku untuk melihat perutku. Jadi satu-satunya yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan diri adalah aksi impulsif seperti tadi. Dan saat ini aku harus menghadapi tatapan penuh rasa curiga yang dilayangkan Zach. Tentu saja sikapku yang nggak wajar mengundang kecurigaannya datang.Astaga, aku harus gimana? Apa yang harus kukatakan? Zach nggak boleh tahu. Aku belum siap berbagi fakta itu dengannya. Bukan hanya belum, tapi aku nggak akan pernah siap berbagi kenyataan bahwa kami sudah memiliki anak.“Kenapa sih, La, aku nggak boleh ngeliat? Aku cuma pengen tahu perut kamu kenapa,” ujar Zach heran setelah berhasil meredakan rasa terkejut setelah aku dorong tadi.“Nggak ada apa-apa di sini, dan perut ini adalah sal

    Last Updated : 2024-05-04
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   BrengZach

    ZACHMemeluk Zola seperti sekarang adalah privilege yang sangat langka bagiku, yang mungkin nggak akan pernah lagi aku dapatkan setelah malam ini. Mungkin ini yang terakhir kali karena setelahnya aku nggak punya alasan lagi untuk membuatnya bersedia memenuhi segala bentuk permintaanku yang konyol.Zola sudah tertidur sejak bermenit-menit yang lalu, sedangkan aku hingga detik ini tidak sepicing pun sanggup memejamkan mata. Keindahan ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Aku nggak mau membuang waktu bersamanya. Aku lebih tertarik menikmati wajah cantiknya sambil membelai lembut kepalanya.Dan yang sama sekali tidak kusangka adalah karena Zola juga membalas pelukanku.Hmm ... Sikapnya membuatku bingung. Dia menolakku tapi bersedia melingkarkan tangan ke tubuhku. Tidakkah itu aneh?Atau dia hanya ingin menyenangkanku karena tidak tahan melihat mukaku yang menyedihkan?Ya, mungkin memang begitu.Dan sekarang aku harus memutar otak lebih kencang untuk mencari cara agar dia mau menerimak

    Last Updated : 2024-05-04
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Love Will Always Find You No Matter Where You Hide

    ZACHDalam hitungan menit aku sudah berada di jalan raya. Kupacu mobilku dengan kecepatan nyaris penuh. Apartemen Ariq adalah tujuanku saat ini. Pedih rasanya hati menyebut apartemen Ariq juga sebagai apartemen Zola. Kalau bukan dengan mataku sendiri yang melihat aku nggak akan percaya kalau mereka tinggal bersama di bawah satu atap.Waktu memang mengubah banyak hal, tapi kenapa perubahan Zola membuat hatiku sedih? Kenapa perubahannya ke arah negatif? Aku ingin mencecarnya, tapi dengan begitu mudah dia mengembalikan kata-kataku. Dia juga bisa mengatakan nggak melakukan apa-apa sama sepertiku yang tinggal bersama dengan Cassandra. Ya, semoga begitu. Semoga mereka hanya tinggal bersama tanpa ada interaksi fisik yang intim.Langkahku memburu begitu tiba di apartemen itu. Aku terpaksa harus bersabar menanti lift yang penuh.Begitu masuk ke dalam lift, hatiku tiba-tiba meragu. Mengingat hari sudah siang jangan-jangan saat ini Zola sedang berada di kantornya.Kepalang tanggung, aku melanj

    Last Updated : 2024-05-04

Latest chapter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

DMCA.com Protection Status