Dani menghisap rokoknya dengan santai.
Sementara Carine semakin merasakan kebencian yang memuncak terhadap sikap Dani.
"Laki-laki macam apa kamu yang hanya berani dengan perempuan"
Tiba-tiba Joshua yang dari tadi terdiam maju dan membantu Carine.
Dani tersenyum
"Dari penampilanmu, sepertinya kau hanya anak mami yang mencoba mencari perhatian di hadapan Carine, aku beri tau kepadamu, sebaiknya kau urungkan niatmu, tipe wanita seperti Carine hanya akan memandang sebelah mata lelaki sepertimu" tebak Dani yang langsung membuat muka Joshua jadi masam.
"Wanita seperti apa maksudmu ?" Carine bertanya setengah berteriak karna menahan geram.
"Apakah ada keributan disini?"
Tiba-tiba terdengar suara laki-laki lain yang baru datang dengan seragam dinas polisi.
Dia berjalan mendekati kerumunan yang sedang bersitegang.
Seorang laki-laki berpenampilan rapi dengan aura berkharisma mendekati Carine.
"Ayahmu sedang ada rapat di markas besar, jadi dia menyuruhku untuk menjemputmu. Apakah kau sedang ada masalah Carine ?"Kata lelaki itu kepada Carine, dari seragam yang dia kenakan, lelaki itu merupakan anggota kepolisian dengan pangkat Serka. Sementara nama Yudha terpampang di dada sebelah kirinya.Dilihat dari mukanya, usia Yudha mungkin seumuran dengan mereka.Carine mendesah."Tidak apa Yudha, ini hanya perdebatan kecil." Mata Carine melirik ke arah Dani.Yudha pun mengikuti dengan tatapannya. Sementara Dani dengan tak acuh berkata."Kamu sudah tau apa maksud yang aku katakan tadi kan, Jo" kata Dani sambil menepuk bahu Joshua sambil bergegas untuk meninggalkan tempat itu."Hai kenapa kau pergi, kau akan berurusan denganku" kata Yudha mencoba menghentikan Dani.Namun Dani hanya menoleh, lalu pergi begitu tanpa menghiraukan orang-orang yang ada disitu.
"Sudahlah, Yudha, bukankah kau akan mengantarkanku pulang" Kata Carine menahan reaksi Yudha.Yudha menarik nafas"Baiklah, tapi suatu saat aku pasti akan bertemu dengannya" kata Dhani masih dengan ekpresi yang terlihat belum puas."Jangan diambil hati, Dani sebenarnya orang baik, kalian belum mengenalnya saja, dia orangnya asik kok" kata Idha mencoba menetralisir suasana."Ternyata ada kamu juga disini,Dha" kata Yudha yang sudah mengenal Idha karna sering bersama Carine."Apa kabarmu ?""Sudah gak perlu basa-basi, cepat bawa pergi bidadarimu, jangan biarkan dia terlalu lama ditempat ini"Yudha tersenyum."Baiklah, bagaimana Carine? Bisakah kita pulang sekarang ?"Carine menghela nafas."Oke, Idha, Jo, Wawan, aku pulang dulu."Carine segera meninggalkan tempat itu bersama Yudha.
Bagi sebagian Mahasiswa kost, rumah kost menjadi base camp terbaik untuk mereka yang dari kalangan keluarga pas-pasan, selain bisa menghemat biaya pengeluaran jika dibanding harus nongkrong di cafe-cafe, persaingan antara penghuni kost juga sangat populer, masing-masing anak kost mencari identitas sendiri untuk mendapatkan ke populeran di lingkungan kampus.Tidak jauh berbeda dengan ibu-ibu yang tinggal di suatu perumahan, mahasiswa kost juga senang kumpul di sebuah kamar hanya untuk membicarakan gadis-gadis kampus yang akan dijadikan teman berkencan.Berbeda dengan teman se kost yang lain, Dani terlihat sedang sibuk di depan laptopnya di ruang tamu, suara berisik teman-temannya dari dalam sebuah kamar tak mengusik konsentrasinya.Tak beberapa lama, tiba-tiba Wawan menghampirinya."Lagi ngerjain apaan, Dan ?""Proposal buat acara Camping pencinta alam kampus kita" jawab Dani tanpa menoleh ke arah Wawan."Bagaimana menurutmu si Carine itu ?"
"Biasa aja, bahkan menurutku tidak ada istimewanya sama sekali" jawab Dani masih tak acuh."Wah,kamu buta kali ya, Dan"Dani menoleh ke arah Wawan."Bukan aku yang buta, tapi orang-orang yang melihat Carine istimewa itu yang buta"Kata Dani sambil terkekeh, Wawan tidak bisa menyembunyikan wajah jeleknya di depan Dani."Tapi suasana sekarang benar-benar gila, Wan. Baru aku absen seminggu di kostan ini, situasinya benar-benar sudah berubah"."Bukan teman-teman yang berubah, tapi kau yang ketinggalan berita, kebanyakan ngurusin pacarmu sih.Siapa namanya ? Novi ya ?" Kata wawan sedikit mengejek Dani."Pantas saja kau sama sekali tidak tertarik dengan Carine, di matamu cuma ada Novi, Novi, dan Novi".Dani menarik nafas sambil menyandarkan tubuhnya di kursi." Aku bukan tipe cowok yang gampang gonta ganti pacar, Wan. Lagian hubunganku dengan Novi tidak sesederhana yang kamu lihat".
" Apapun itu bukan urusanku, sekarang urusanku perutku sudah lapar, dan apakah kamu akan ikut denganku untuk mencari makan di luar?""Ok, aku akan bersamamu""Kemana kira-kira kita akan makan?, Mungkin lesehan dekat Simpang Lima asik kali ya""Tidak masalah, sebentar aku rapikan laptopku dulu, setelah itu kita akan keluar".***Berbeda dengan Wawan dan Dani, sementara itu di rumah Carine acara makan malam hampir selesai,Tampak di kursi meja makan itu ada kedua orang tua Carine dan kedua adiknya yaitu Anna dan Jacky. Usia Anna hanya terpaut 2 tahun dengan usia Carine, dia masih duduk di bangku SMA akhir, sementara adik bungsunya yang laki-laki masih berumur 12an tahun."Aku dengar kamu tadi di kampus berantem dengan mahasiswa lain, apakah Papa perlu menanganinya ?"
Suradinata, ayahnya Carine adalah seorang kepala polisi dengan pangkat bintang satu, tentu saja dia bisa melakukan apa saja untuk melindungi putrinya jika ada gangguan dari pihak lain."Bukan hal besar, hanya sedikit berbeda pendapat" jawab Carine tak acuh sambil menggigit apel ditangannya."Lagian ngapain Yudha ngadu hal yang gak penting ke Papa""Urusan anak muda, sebaiknya kamu tak perlu mencampurinya" Ibu Carine menyela."Benar tuh Pa kata Mama" kata Carine lagi dengan mulut masih penuh dengan apel yang dimakannya."Kamu juga jangan asal bergaul dengan laki-laki" kata Ibunya Carine melanjutkan."Lalu bagaimana hubunganmu dengan Yudha ?" Kata Suradinata melanjutkan.Carine berubah ekspresinya yang semula cuek menjadi lebih serius menatap ke arah Papanya.
"Baik-baik saja, jangan bilang kalau Papa ingin aku cepat-cepat menikah dengan Yudha, setidaknya aku ingin menyelesaikan kuliahku dulu.""Kalian sudah lama saling kenal, almarhum ayahnya Yudha adalah teman Papa,jadi Papa mengenal baik keluarga mereka. Jadi Papa rasa perjodohan ini tidak akan memberatkanmu. Dan bukankah kamu juga menyukai Yudha ?""Ya kita masih tahap penjajakan, tapi bukan berarti aku menyetujui perjodohan ini Pah""Cepat atau lambat kau harus menyutujuinya, dan jangan harap kau bisa mencari lelaki lain yang belum jelas asal usul keluarganya dan masa depannya"Carine meletakkan sisa apel di tangannya dengan keras ke atas meja."Aku sudah selesai makan, aku kembali dulu ke kamar,masih banyak tugas kampus yg harus aku kerjakan"Carine berdiri dan langsung meninggalkan ruang makan tanpa memperdulikan 4 anggota keluarganya masih menyelesaikan makan malamnya. Mereka hanya menggelengkan kepala melihat kepergian Carine.
Masih dengan suasana hati yang kesal, Carine membaringkan tubuhnya diatas kasur empuk di kamarnya. Ayahnya begitu serius ingin menikahkannya dengan Yudha."Yudha ??" Carine menggumam lirih, dia orang yang sangat penurut, setiap ayahnya menyuruhnya untuk melakukan sesuatu untuk Carine, dia pasti akan melakukannya, meskipun tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dinas, mulai dari antar jemput bahkan sampai hal-hal paling kecil yang tak penting sekalipun.Meskipun Carine sering bersikap urakan,namun dia tidak bisa mengabaikan kebaikan seseorang. Termasuk semua yang sudah dilakukan Yudha. Carine tak mampu menolak ketika Yudha menyatakan cintanya,meskipun sebenernya dia juga tak sepenuhnya menerimanya.Yang pertama dia pikirkan ketika bersama Yudha adalah tiket kebebasan dari kekangan aturan-aturan ayahnya.Yudha sendiri adalah anak seorang prajurit teman ayah Carine, sejak ayahnya meninggal, Suradinata sudah dia anggap seperti ayahnya sendiri. Jadi tak heran
Selang tak berapa lama, sebuah mobil box yang dikendarai Mat Codet kembali masuk ke halaman mini market.“Dhani!” teriak Mat Codet dari atas mobil box yang di kemudikannya. Dhani memasukan kembali ponselnya dan bergegas naik ke atas mobil box dan duduk di sebelah Mat Codet.“Gimana, gimana?” tanya Mat Codet sambil mengemudikan kembali mobilnya menjauh dari mini market itu.“Gimana apanya?” tanya Dhani yang tidak tahu maksud pertanyaan Mat Codet. Separoh pikirannya masih tertuju pada sosok Carine yang masih tertinggal dalam benaknya.“Masih pura-pura saja kau ini, kau pikir aku tak lihat kau pelukan sama si .... ” Mat Codet tak meneruskan ucapannya. Ia berusaha mengingat-ingat sebuah nama yang lupa ia menyebutnya.“Siapa itu namanya, lupa abang.” Tangan Mat Codet memukul kemudi. Ia terlihat geram dengan ingatannya yang minim.“Carine, maksud abang?”“Iya, itu
Carine hanya memejamkan matanya ketika Dhani kembali membalurkan tisu yang sudah dibasahi cairan rivanol.“Gimana?” tanya Dhani, “enak, kan? Enggak sakit?”Carine hanya tersenyum sambil mambuka matanya. “Iya, adem,” ucap Carine tersipu.“Ademlah, kan aku yang melakukan,” gumam Dhani nyaris tak terdengar oleh Carine.“Apa ...? apa ...?“ tanya Carine penasaran, namun Carine sebenarnya mendengar apa yang dikatakan Dhani.“Enggak,” elak Dhani, namun siku Carine sudah mendarat lembut di tubuhnya.“Labay,” ucap Carine diselingi senyuman.Mendapat reaksi Carine, Dhani menghindar dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari Carine seraya berkata, “Oh ... jadi enggak enak nih?” ucap Dhani yang juga tersenyum, “kalau begitu biar Ulfa saja yang mengobati lukamu,” ucap Dhani kemudian sambil berpura-pura akan menaruh tisu di tangannya di atas meja.
Galih, nama penjual kopi keliling yang sempat kepergok Wiryo mengayuh sepedanya dengan cepat di jalanan sepanjang komplek pergudangan yang gelap. Setelah memastikan tidak ada yang mengikutinya, Galih mengendap ke bangunan ruko kecil yang hanya di sinari lampu 5 watt di depannya. Galih mengetek perlahan rolling door yang tekunci dari dalam.“Kopi item, kopi item,” ucap Galih setengah berbisik“Bisa dibungkus?” tanya seseorang dari dalam.“Satu boleh,” ujar Galih lagi. Lalu pintu kecil di sisi rolling door pun terbuka, ternyata teriakan ‘kopi item’ Galih adalah sandi yang di ucapkan untuk berkomunikai dengan orang yang berada di dalam untuk memastikan bahwa mereka adalah rekan. Galih masuk ke dalam ruko bersama sepeda goes dagangannya, sementara di dalam seseorang telah menunggu. “Tebakanmu memang benar, Yudha,” kata Galih kepada orang itu yang tak lain adalah Yudha. Galih mengambil kursi dan duduk di sebelah Yudha. “Sepertinya mereka a
“Apa yang kau lakukan, Carine? Bangunlah!”Carine membuka matanya dengan perlahan sambil mengangkat wajahnya. “Dhani?” Carine kembali bergumam. Matanya hampir tak percaya melihat lelaki yang berdiri di depannya. Sekonyong-konyong Carine langsung bangkit dan memeluk Dhani.“Dhani ... jangan tinggalkan aku! Kau boleh membenciku, kau boleh memakiku, tapi jangan pernah kau pergi dariku!”Tangis Carine pecah dalam pelukan Dhani, dia menumpahkan semua perasaannya ke dalam dekapan seakan tak ingin terpisahkan lagi oleh Dhani.Dhani mengangkat kepala Carine dari pelukannya, ditatapnya wajah Carine lekat-lekat, sementara Carine tak berani membalas tatapan Dhani.“Apa yang kau tangisi, Carine?”Carine tak mampu menjawab, dia kembali meneggelamkan kepalanya dalam pelukan Dhani, Dhani hanya membiarkan dan menunggu tangis Carine mereda.“Jangan tinggalkan aku, Dhani,” ucap Carine mengulan
Setelah beberapa saat tidak ada yang bicara, sambil membereskan berkas-berkas dan memasukan kembali ke dalam tasnya, Dhani berkata, “Pengiriman hari ini sudah selesai semua, dan untuk kiriman kopra abang, kalau nggak besok pagi, mungkin besok sore sudah tiba.”“Bagus lah, kalau begitu abang tinggal pulang dulu. Udah bau bangkai ini abang punya ketiak,” ucap Matt Codet sambil mendekatkan hidungnya ke dalam ketiaknya sendiri.“Kapan kau mampir ke rumah Abang?”“Nanti lah, Bang, pasti nanti aku mampir, tapi tidak bisa sekarang. Aku masih harus input semua pengiriman hari ini.”“Terserah kau saja lah, tapi ingat, kalau ada apa-apa cepat kau hubungi abang,” ucap Mat Codet yang sudah berdiri dan bersiap pergi.”“Kalau begitu abang pulang dulu, jangan lupa jaga baek-baek gadis-gadis cantik kau.”Mat Codet pun pergi meninggal mereka. Suasana kembali hening.“A
Dhani seperti menafikan keberadaan Carine, bahkan ketika Mat Codet menghampiri Carine dan Ulfa, dirinya menyibukan diri dengan lembaran kertas faktur yang diambil dari dalam tasnya.“Kalian tidak apa-apa?” tanya Mat Codet ke arah Ulfa dan Carine.Ulfa yang masih syok karena ketakutan hanya mengangguk, sementara Carine seperti tak mendengar ucapan Mat Codet, matanya masih menatap kosong ke arah Dhani.Ulfa yang menyadari tatapan kosong Carine, menarik-narik baju Carine untuk menyadarkannya.“Eh ... Iya Om, kenapa?” ucap Carine tergagap.Matt Codet hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,“Mantap kali kau, Dhani! Bisa bikin perempuan cantik ini terpana,” seloroh Mat Codet dengan logat khasnya.Dhani hanya tersenyum kecil sambil berjalan menuju ke dalam mini market.“Aku selesaikan dulu dokumen pengirimannya, Bang! Abang mau minum apa?” ucap Dhani yang sudah berada di ambang pintu
Pernah kita lalui semua, jerit tangis, canda tawa Kini hanya untaian kata, hanya itulah yang aku punya Tidurlah, selamat malam, lupakan sajalah aku Mimpilah dalam tidurmu bersama bintang -Drive, “Bersama bintang” Matahari hampir tenggelam ketika Carine dan Ulfa keluar dari taman Maerakaca, “Setelah dari sini, kau mau kemana, Fa?” “Tentu saja pulang, lah” “Bagaimana kalau menginap di rumahku,” ucap Carine mengusulkan. Ulfa berpikir sejenak, “Ayolah, sekali-kali kau menginap di rumahku, kita bisa bercerita sepanjang malam,” bujuk Carine. “Lagi pula, aku rasa kita akan kesulitan mendapatkan taksi dari tempat ini, aku akan menghubungi Pak Min untuk menjemput kita di sini.” “Baik lah,” ucap Ulfa akhirnya setuju. Carine mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, sesasat kemudian dia melakukan panggilan kepada pak Min, Sopir
“Kamu udah sering kesini, Dha?” tanya Carine ketika mereka sudah turun dari taksi dan berjalan menuju pintu masuk. “Enggak juga,” ucap Ulfa seraya menunjukan kartu langganan kepada petugas tiket masuk. Keduanya kembali berjalan ke arah wahana. “Tapi ada satu tempat yang paling sering aku kunjungi,” ucap Ulfa melanjutkan. Carine memperhatikan ucapan Ulfa dengan seksama, “Apa itu, Dha?” “Hutan Mangrove, tempatnya asri banget, setelah seharian kita disuguhkan hiruk pikuk kota Semarang, belum lagi cuaca yang begitu panas mirip di dalem Oven, hutan Mangrove ini cocok banget, Carine!” “Sekarang aku akan membawamu ke sana.” “Oh ya... untuk sampai ke hutan Mangrove, ada dua pilihan untuk menuju kesana, kita bisa berjalan kaki diatas jembatan kayu yang membentang di atas danau” “Danau?” tanya Carine yang merasa heran. Melihat sikap Carine yang benar-benar seperti orang bodoh, Ulfa berkata, “Wah... ternyat
Carine berjalan dengan gontai meninggalkan kampus, lalu dia duduk termenung sendiri di halte menunggu taksi online yang dari tadi susah di dapatkan melalui aplikasi pemesanan.“Apakah kau sedang kurang sehat, Carine?” tanya Ulfa yang tanpa di sadari Carine sudah berdiri di hadapannya.Carine menatap ke arah Ulfa,“Enggak, Cuma dari tadi kesel aja, pesen taksi online belum dapat-dapat” jawab Carine.Ulfa tersenyum lalu duduk di sebelah Carine.“Ini masih siang, kenapa kau buru-buru pulang?”“Aku tidak ada kegiatan, jadi aku rasa aku akan pulang lebih cepat”“ow ...” ucap Ulfa singkat,“Kenapa?” tanya Carine yang melihat reaksi Ulfa.Ulfa menghela nafas,“Sebenarnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke taman Maerakaca, di sana asik tempatnya”“Oh ya?” tanya Carine bersemangat“Seperti apa tempatnya?&rdq