Suara tawa terus menggema, memenuhi seisi gedung kelas.Nicholas memutar kepalanya sambil menyengir. "Kalian memang benar, Karen ini secantik malaikat!""Kalian lihat sendiri, cuma dia sendiri yang menganggap Karen cantik!" Cindy tertawa.Nicholas berbalik badan lalu melangkah menaiki anak tangga. Dia terlalu malas berbicara dengan si bodoh ini.Karen mengatupkan bibirnya erat-erat. Air mata mengalir di pipinya. Kelihatan sekali emosinya sedang tidak stabil.Karena tidak tahu bagaimana menghiburnya, Nicholas pun mengelus kepala perempuan itu. "Harus kuakui, Yabin itu memang menawan, tapi dia kurang menyenangkan!"Karen menunduk membisu. Diam-diam dia melirik Nicholas. Yang bisa dilihatnya hanyalah bahu laki-laki itu yang lebar membentang, seakan sedang melindunginya dari hujan badai. Untuk sesaat, hatinya tersentuh.Setelah kembali ke kelas, Nicholas tetap memasang muka dingin. Perasaan tak senang muncul ketika dia melihat semua mahasiswa di sana menatap Karen dengan pandangan beribu m
Satu demi satu semuanya berdiri. Ada rasa penasaran tergambar di wajah mereka.Yabin adalah laki-laki terpopuler di Universitas Mano. Sejak masuk semester pertama hingga kelulusan, dia selalu sangat populer di kalangan para wanita. Kabar kemunculannya di salah satu kelas bisa hari itu juga tersebar luas."Kalian kira, dia bakal benar-benar datang menemui Karen Wangsa dari kelas kita?"Seseorang bertubuh kecil bernama Yenny yang berdiri di ambang pintu tiba-tiba berkata, lalu menatap para mahasiswa di dalam kelas dengan tatapan aneh. Seisi ruang kelas seketika berubah hening. Bahkan Julia sebagai dosen pun menatap Karen terkejut."Hahaha ...." Freddy tertawa terbahak-bahak. "Yenny, kenapa aku nggak sadar kamu ternyata lagi bercanda?""Hahahaha ...."Suara tawa menggantikan keheningan ruang kelas. Semua memandang Karen dengan ekspresi mengejek."Yenny, aku ingatkan, jangan bicara sembarangan! Yabin itu idolaku. Mana mungkin dia datang kemari untuk mencari Karen? Kalau kamu bicara seperti
Tidak! Aura dan penampilan Karen keduanya juara satu. Soal ini Yakin sangat yakin!"Kak Yabin, kenapa nggak masuk dan duduk dulu saja? Namaku Cindy, Kakak akan mengingatku!" Cindy mencoba membuat suaranya terdengar lebih lembut sambil bersikap seperti gadis penurut. "Aku sudah mendengar konser-konser Kakak. Aku juga anggota klub penggemar Kak Yabin. Setiap kali ada konser, aku pasti pergi, Kak Yabin pasti mengingatku."Yabin terdiam sesaat, mengorek kembali tumpukan memorinya. Tiba-tiba dia terkejut melihat wajah Cindy dipenuhi dengan bedak. Untuk sesaat dia tidak mengenali perempuan itu. Wajar, karena ada banyak sekali anggota di dalam klub penggemarnya, dia tidak mungkin mengingat semuanya."Nggak ada Karen yang kamu cari di sini. Sebaiknya kamu cepat pergi dan jangan ganggu kegiatan belajar-mengajar kami ...," ucap Julia sambil melambaikan tangannya kesal.Yabin merasa sedikit ragu. Mungkinkah Karen Wangsa di kelas ini benar-benar bukan sosok yang dicarinya?"Sudah kubilang, jangan
Nicholas menutup mulutnya lalu memutar kepalanya sembari membuat ekspresi membodoh-bodohi diri sendiri.Karen duduk di kursi, merapikan barang-barangnya secara pelan dan hati-hati, seolah-olah hal ini tidak berhubungan dengan dirinya.Nicholas menghela napas. Meski pergerakan Karen sangat lembut, dia masih dapat merasakan jemari perempuan itu sedikit bergetar, jelas menunjukkan kalau suasana hatinya sedang tidak baik.Yabin yang sengaja memperbesar masalah ini pasti akan berdampak pada Karen. Apalagi ejekan dan celaan sinis dari teman-teman sekelasnya. Semua itu seratus persen akan menjadi pukulan keras bagi perempuan itu.Nicholas juga tidak mengerti mengapa seorang perempuan cantik setiap hari selalu menutupi wajahnya dengan borok untuk membuat dirinya terlihat sangat berbeda. Namun, karena Karen tidak berinisiatif memberi penjelasan, Nicholas pun tidak ingin memaksa bertanya. Hal ini pasti menyangkut privasinya.Keduanya menuruni tangga dan bergegas kembali ke vila.Sesampainya di v
Performa akademis Karen di kelas sangat baik. Caranya berbicara juga lembut. Jauh lebih baik daripada mereka yang disebut-sebut sebagai "dosen".Nicholas mendengarkan dengan seksama. Ada perasaan hangat muncul di dalam hatinya. Dia menyimak sambil mengangguk-angguk. Banyak keuntungan yang dia dapatkan dari ajaran perempuan itu.Boleh juga!Pantas saja harganya empat ratus setiap sesinya.Saat pertanyaan matematika lanjutan selesai, Nicholas menekan penghitung waktu. "Terima kasih, hari ini cuku; sampai di sini dulu saja!""Oke!" Karen mengangguk. Matanya menemui mata Nicholas.Nicholas melangkah ke pintu sambil membawa penghitung waktu."Nicholas!" panggil Karen."Ya?" Nicholas berbalik badan, memandang Karen kaget.Dengan sedikit malu Karen melanjutkan, "Uangnya ...."Nicholas baru sadar. "Uang? Bukannya kita sudah sepakat dua juta per jam?""Iya!" Karen mengangguk, memandang Nicholas dengan tatapan penuh berharap.Nicholas menunjukkan alat penghitung waktu di tangannya. "Kamu cuma me
Meski Yabin tidak melihat langsung Karen, dia senang mendapati sosok Nicholas. Setelah pesta malam itu, Karen ditemani laki-laki itu. Sekarang dia menemukan si laki-laki, artinya, si perempuan sudah pasti bersamanya.Hati Yabin menghangat saat memikirkan hal ini. Segera, dia berlari mendekati Nicholas.Nicholas menoleh dan menatap laki-laki itu cukup lama. Sebuah sengiran sinis muncul di ujung bibirnya. Dia berjalan memasuki area kampus dengan postur santai."Nicholas, aku ingin bertemu Karen ....""Karen? Kenapa kau mencarinya?" tanya Nicholas terkesiap."Ada sesuatu yang aku harus omongkan dengannya." Yabin tersenyum. Senyumannya bak angin segar di musim semi."Oh ... Karen sedang merawat anak di rumah. Kamu nggak tahu?" Nicholas berpura-pura terkejut.Wajah Yabin membeku. Dia merasa sedikit malu.Pulang mengurus anak?Apakah Nicholas sedang berbohong?"Kalau ada yang mau kamu sampaikan, aku bisa bilang!" ucap Nicholas santai."Sejak aku pulang dari pesta dua malam yang lalu, aku sad
Segera setelah masuk area kampus, Karen melepas cengkeramannya dari lengan baju Nicholas, lalu melangkah dengan wajah tidak senang.Nicholas tertawa, dia mengerti, perempuan itu kemungkinan kesal karena kalimatnya tentang melahirkan tadi. "Dasar, perempuan ini, cepat berubah mukanya. Waktu dalam bahaya meremas lengan baju orang, tapi terus pasang muka dingin setelah bahaya berlalu. Perempuan itu memang ...," katanya bercanda.Tubuh Karen membeku. Dia menunduk tanpa berbicara. Setelah beberapa saat ragu, dia perlahan kembali menggapai lengan baju Nicholas.Nicholas menahan senyum melihat kelakuan Karen yang seperti ini. "Dasar, karena tahu di kelas banyak bahaya, dia menarik lengan baju orang lain lagi. Sungguh sulit dimengerti!"Karen menutup bibirnya sedikit kesal. Diam-diam dia memandang Nicholas. Ada perasaan tidak senang di dalam hatinya. Laki-laki itu tidak mengerti? Apakah dirinya yang membuat orang lain tidak mengerti, apa Nicholas yang membuat dirinya tidak mengerti?Menggapai
Semakin banyak komentar yang dibaca, semakin keras kepalan tangan Nicholas.Teman kamar Karen adalah Serena yang dia temui waktu itu. Dia tidak mengira perempuan itu akan berbicara seperti ini setelah mengusir Karen pergi. Entah bagaimana orangtua manusia-manusia semacam mendidik mereka sampai bisa bertumbuh menjadi orang-orang seperti ini.Setelah menutup forum sekolah, Nicholas spontan memandang ke arah Karen.Perempuan itu tampak acuh, menatap bukunya serius, tanpa satu pun kerutan di dahinya. Bisa saja, di dalam lubuk hati terdalam Karen, belajar adalah motivasi sekaligus sumber kebahagiaan terbesarnya.Nicholas menggeleng. Tidak lagi memikirkan tentang apa pun, hanya menunduk membaca buku.Kecepatan berita di forum itu menyebar bak kilat. Banyak sekali mahasiswa yang pernah membaca unggahan itu berkumpul di depan ruang kelas Karen. Dari waktu ke waktu, suara-suara bisikan terdengar di koridor. Pada saat itulah, seseorang melirik ke dalam ruang kelas, lalu pergi tanpa berkata-kata.
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,