Karen benar-benar putus asa saat mendengar makian Tania. Dia selalu bekerja dengan giat, bahkan tidak pernah mengulangi kesalahan sekecil apa pun. Tanpa diduga, malah hasil seperti ini yang dia dapatkan."Aku suruh kamu pergi. Apa yang kamu pikirkan?" Melihat Karen yang terbengong-bengong, Tania pun maju saking kesalnya. Dia mendorong Karen hingga membuat tubuhnya terhuyung untuk sesaat.Karen yang berdiri tidak stabil hampir terjatuh di lantai."Dasar nggak berguna. Kamu hanya akan membuang uang perusahaan. Cepat pergi dari sini!" bentak Tania seraya menunjuk ke arah lift.Karen menahan air matanya. Setelah mengangguk ringan, dia berbalik dan menekan tombol lift.Tania tersenyum sinis melihat semua ini. Sesudah melihat Karen masuk ke lift, dia mengerlingkan mata dan berjalan masuk ke ruang kantor. Jangankan Karen yang belum tamat kuliah, profesional yang sudah lama bekerja sekalipun tidak akan bisa meraup keuntungan apa pun darinya.'Ingin melawanku? Kalau begitu, aku akan memecatmu!'
Dalam sekejap, ruang rapat menjadi gempar.Lena yang duduk di samping menyaksikan semua ini dengan terperangah. Dia sulit untuk memercayai hal ini. Mengapa Tania mengatakan laporan yang ditulis Karen adalah milik Regina? Apa maksud semua ini? Apa Tania ingin dipuji?"Pak Andhika, aku nggak tahu Karen yang menulisnya, aku malah mengira Regina. Aku benar-benar nggak kepikiran kalau itu hasil tulisan Karen!" jelas Tania dengan buru-buru untuk membela diri."Oke. Aku akan memercayaimu untuk sementara." Andhika menggertakkan giginya dengan geram, lalu menarik dasinya dan bertanya, "Di mana Karen?""Karen ...." Ekspresi Tania berubah lagi. Tubuhnya bahkan gemetaran."Aku tanya, di mana Karen!" teriak Andhika yang murka."Karen datang ke departemen keuangan barusan. Dia mengambil gajinya dan bilang dia dipecat Bu Tania," jawab manajer keuangan dengan lirih."Apa katamu?" Andhika sungguh gusar. Dia menggebrak meja, lalu membentak, "Dipecat? Tania, siapa yang memberimu hak untuk memecat Karen?
Tania ketakutan hingga tidak berani melontarkan sepatah kata pun. Dia langsung berlari ke arah lift.Setelah tiba di lantai bawah, dia segera mengemudikan mobilnya ke Universitas Mano.Hari ini adalah hari pertama kuliah. Tania pun tahu bahwa Karen berjaga di gerbang universitas untuk menyambut para mahasiswa baru.Tania menghentikan mobilnya di depan gerbang Universitas Mano. Dari kejauhan, dia melihat Karen yang duduk di bangku dengan bengong. Di sampingnya tidak lain adalah pacarnya, Nicholas.Begitu melihat wajah Karen, amarah Tania langsung tersulut. Jika bukan karena Karen, dia tidak akan dipermalukan sampai begitu parah hari ini.'Semua ini salah Karen si jalang. Bagaimanapun, tidak ada karyawan Institusi Pendidikan Gleam yang berani memprovokasiku. Gara-gara Karen, aku dipukul Andhika di depan 70-an karyawan. Gadis ini sudah mempermalukanku!' batin Tania.Begitu memikirkan hal ini, Tania pun kesal hingga menggertakkan giginya. Namun, dia terpaksa tunduk karena merupakan bawahan
Tania lemas hingga terduduk di bangku. Dia yang sudah tidak tahan lagi menutup wajahnya sambil menangis dengan kuat. Dia tahu bahwa dirinya kemungkinan besar akan dipecat. Jika Karen benar-benar menolak kembali ke perusahaan, kariernya akan hancur!Hal ini tidak boleh sampai terjadi. Dia harus menghalalkan segala cara!Tania pun menengadah. Kemudian, dia bergegas menyusul Karen dan Nicholas. Jika gagal membawa Karen kembali, kehidupannya akan menjadi mimpi buruk yang mengerikan."Karen, kamu tenang saja. Aku akan memujimu nanti supaya jabatanmu cepat naik. Kamu baru tamat, pasti ingin kehidupan sepertiku. Kamu ingin tinggal di rumah besar dan mengemudi mobil mewah sepertiku, 'kan? Asalkan kembali bekerja, kamu bisa mendapatkan semuanya dalam beberapa tahun," ujar Tania dengan lantang setelah melihat sosok Karen dan Nicholas.Nicholas menoleh untuk melirik Tania sekilas dengan sinis. Kemudian, dia berbalik dan mengeluarkan kunci mobilnya.Pintu mobil Ferrari F12 terbuka. Nicholas membaw
Sandy yang berbaring di unit perawatan intensif tampak diperban, bahkan ada 4 sampai 5 selang yang terhubung ke tubuhnya. Terlihat luka yang sangat mengerikan di kepalanya, seperti dilukai oleh senjata tajam. Kaki dan tangannya juga digips agar dia tidak bergerak sembarangan. Pemandangan ini benar-benar menakutkan.Mata Nicholas agak memerah saat melihat ini. Sandy adalah satu-satunya sahabatnya di Universitas Mano. Namun, dia malah menjadi seperti ini sekarang."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Nicholas dengan suara rendah."Investasi Sandy di Kota Modu berdampak besar bagi Keluarga Sabir yang tinggal di sana. Ketika menghadiri sebuah pesta, Tuan Muda Keluarga Sabir yang bernama Stefano mematahkan tangan dan kaki Sandy. Sampai sekarang, keadaannya pun masih kritis," jelas Peter dengan lirih.Kemudian, dia melanjutkan dengan mata berkaca-kaca, "Bukan itu saja, Stefano sepertinya tahu kamu adalah temannya Sandy. Jadi, dia merekam video dan menyuruh orang menyerahkannya kepadamu.""Ma
Ferina menangis dengan keras sambil terduduk lemas di lantai. Kemudian, dia berteriak, "Padahal, dia yang menyuruhku untuk menunggunya!"Nicholas menarik napas dalam-dalam. Dia menarik Ferina untuk berdiri, lalu menatapnya dengan tegas dan berkata, "Aku akan memberimu penjelasan nanti.""Apa gunanya? Yang aku mau adalah Sandy, bukan yang lain!" seru Ferina seraya mengangkat wajah yang berlinang air mata.Nicholas merasa bersalah. Dia hanya bisa berbalik dan berjalan ke luar rumah sakit.Situasi Sandy masih belum bisa dipastikan sekarang. Kalaupun pergi ke Kota Modu, apa yang bisa dia lakukan sekarang? Namun, Nicholas tidak ingin berpangku tangan. Sahabat yang pernah berjuang bersamanya sedang terbaring di rumah sakit sekarang. Dia tentu harus mengambil tindakan.Setelah keluar dari rumah sakit, mata Nicholas seketika menyipit saat melihat matahari yang sudah hampir terbenam.Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi Zeffrey dan berkata dengan lirih, "Aku mau pergi ke Kota Modu.""Ok
Rombongan mobil melaju di jalan tol. Tujuan mereka adalah Hotel Larasati."Nicholas, kalau kita langsung pergi ke sana, takutnya ini hanya jebakan," ujar Bella seraya mendongak. Pihak lawan berani mengusik Nicholas, yang berarti mereka telah membuat persiapan matang. Sandy baru tiba di Kota Mano hari ini, tetapi mereka malah mempersiapkan pesta di Kota Modu. Mereka mungkin menunggu Nicholas masuk ke perangkap."Tenang saja," timpal Nicholas sembari menatap luar jendela dengan lekat-lekat.Bella masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia hanya bisa diam saat melihat tatapan Nicholas. Kedua tangannya masih memijat lengan Nicholas.Sejam kemudian, rombongan mobil ini akhirnya tiba di luar Hotel Larasati.Setelah mobil berhenti, sekelompok orang pun keluar. Puluhan mobil ini mengangkut 200-an orang.Nicholas berdiri di depan pintu hotel. Dia menoleh melirik pria kekar di belakangnya, lalu berpesan dengan lirih, "Yuvan, tunggu sinyal dariku di sini.""Baik." Yuvan menundukkan kepalanya samb
"Hehehe ...." Angel terkekeh-kekeh sampai tubuhnya bergetar. "Kamu ini memang hebat. Aku hanya ingin memberitahumu, Peter dari Kota Mano cukup cerdas. Kalau kamu nggak berhati-hati, mungkin akan terjadi masalah besar.""Tenang saja, nggak ada seorang pun yang akan menang dariku!" sahut Jesslyn sembari tersenyum mengejek.Lantaran belajar selama 3 tahun di luar negeri, Jesslyn merasa wawasannya jauh lebih luas dari orang lain. Ketika menginjakkan kakinya di Kota Modu, dia pun merasa dirinya memiliki perbedaan besar dengan orang-orang di sekitarnya. Menurut Jesslyn, mereka sama sekali tidak bisa disandingkan dengannya."Kamu benar-benar sombong," ujar Angel seraya tersenyum. Kemudian, dia berbalik untuk pergi ke lantai bawah. Dia tahu bahwa Jesslyn selalu memandang rendah orang lain. Bahkan, gadis ini pasti merasa Kepala Keluarga Harrison sangat hina.Setelah tiba di lantai bawah dan melihat orang-orang di lantai dansa, Angel berbalik dan berjalan ke luar.Tempat ini terlalu berisik sehi
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,