"Assalamualaikum!"
"Waalaikum salam." Dengan segera Diandra menjawab salamku. Dia selalu menunggu kepulanganku. Dan setiap aku pulang, ia pasti sudah ada di sofa ruang depan menyambutku.
"Sini, Mas, tasnya aku bawa."
Diandra meraih tas hitamku seusai ia mengecup punggung tanganku.
Kami pun berjalan bersamaan.
"Yang lain mana? Anak kita dimana?" Aku menanyakan penghuni rumah dan Dona.
"Oh, Dona ada di kamar, Mas. Mama juga pasti ada di kamarnya. Dan Nessia juga ada di kamarnya." Diandra menjawab dengan rinci.
Lalu, aku mencubit pipinya.
"Za? Kamu sudah pulang?" Mama menghampiri. Lanjut kucium punggung tangannya penuh doa.
"Sudah, Mah. Aku pulang cepet, soalnya, aku mau mengatakan sesuatu." Aku sengaja membuat mereka penasa
PoV DiandraIni adalah hari keduaku berada di rumah baru. Bersama Mas Reza, Dona dan juga seorang asisten rumah tangga yang sudah disiapkan oleh Mas Reza. Namanya Mbok Arum. Ia memang sempat datang ke rumah untuk meminta pekerjaan. Karena kasihan, Mas Reza mengizinkan Mbok Arum bekerja. Usianya kira-kira lebih tua dari mama mertua. Dan kini kami sudah tinggal bersama di rumah baru."Astaghfirullah, Mbok!" Aku berteriak dengan keras. Mulutku menganga dengan syoknya.Mbok Arum segera datang. "Iya, Non?""Mbok! Kok ada bangkai tikus disini? Mbok belum beres-beres?" kataku dengan kagetnya. Memang di teras depan saat aku membuka pintu entah mengapa ada bangkai tikus. Ini kan rumah baru, dan untuk apa tikus mati ada di depan teras? Tadi pagi saat aku mengantar Mas Reza enggak ada?"Innalillahi, Non. Kok ada bangkai tikus?" Mbok Arum pun
PoV Diandra"Mas, tolong pasang kamera CCTV ini di setiap sudut rumah, ya," suruhku pada teknisi yang ahli di bidangnya."Baik, Mbak." Ia menjawab."Dapur, jalan ke kamar mandi juga ke taman belakang. Awas, jangan sampai terlewat." Aku kembali bicara."Baik, Mbak, saya akan laksanakan. Kalau gitu, bisa saya memulai pekerjaan saya sekarang?" tanyanya."Iya, silahkan." Aku menjawab dengan lugas. Tak lupa aku terus membawa Dona kemanapun.Mas tukang teknisi itu pun mulai bekerja.Aku sengaja menyuruh Mbok Arum pergi ke pasar, supaya ia juga tak begitu tahu kalau aku pasang CCTV. Yang tahu soal ini hanya aku dan Mas Reza. Tak mungkin sekali aku tak mendapat izin darinya. Dan Alhamdulillah Mas Reza menyambut baik keinginanku.Rumah memang belum di pasang CCTV karena masih baru, dan kebetulan Mas Reza juga niatannya ma
PoV DiandraBreng!"Hah? Suara apa itu?"Aku mendengar suara, seperti sebuah kaca jendela pecah.Dengan segera aku hengkang dari tempat tidur dan memangku Dona. Karena aku memang sudah terlelap tidur sejak sesudah shalat isya.Jari jemariku perlahan mengucek daerah mata karena masih ada kunang-kunang berlarian. Aku benar-benar kaget dan langsung terbangun. Jadi wajar kalau untuk melihat sekeliling pun harus kedap-kedip.Aku melihat jam dinding masih menunjukkan pukul sebelas malam. Dan jarum panjangnya pun baru menetap di angka dua. Tapi aku mendengar suara kaca pecah di tengah malam ini.Dona tak bangun. Namun aku segera memangkunya dan kubawa ia keluar kamar. Karena aku tak mau tinggalkan Dona sendirian lagi."Mbok? Mbok?" Aku berteriak memanggil Mbok Arum. Meskipun tatapan ini masih sedikit goya
PoV Reza"Mas? Besok kan hari Minggu. Em, gimana kalau kita berziarah ke makam adik kamu. Ke makam ayahnya Dona," pinta Diandra di tengah malam sehabis kami melakukan aktivitas suami istri.Diandra sedang kudekap. Sedangkan Dona, ia sudah tidur di ranjang kecil di samping kami."Boleh, besok kita kesana. Aku juga kok pengen banget kesana." Aku menyetujui."Maaf ya, Mas, bukan maksud aku ...."Aku membungkam mulutnya dengan satu jari. "Shut! Kok kamu minta maaf. Kita akan ke makam besok. Aku juga mau bawakan sebuket bunga untuk kutaruh di atas makamnya. Aku juga rindu adikku, Sayang."Diandra mengangguk."Ya sudah, kita tidur yuk. Atau ...." Aku berkata sambil mencubit dagunya."Ya ampun, baru aja. Udah ah, tidur." Diandra dengan malu-malu tidur di dekapanku. Lenganku yang kanan tertindih oleh kuduknya.
PoV Reza"Bi Sum? Mama dimana?" tanyaku pada Bi Sumi."Di kamarnya kali, Mas. Kok nyari nyonya? Nyari Bi Sum lah kali-kali." Bi Sumi seperti biasa menggodaku."Aduh, Bibi ini!"Aku segera pergi meninggalkan Bi Sumi. Lalu aku langsung berjalan cepat menuju kamar mama.Sampai di depan pintu masuk kamar mama, aku mendengar kalau mama sedang berbicara dengan seseorang."Iya, Sayang." Kedengarannya.Suaranya juga samar-samar, karena pintu kamar tertutup rapat."Sayang?" pikirku.Tok tok tok!Aku segera mengetuk pintu. Lalu, dengan segera mama muncul dari balik pintu."Za?" Mama menyapaku santai.Aku menyelidik raut wajah mama."Mama lagi apa? Tadi lagi bicara sama siapa?" tanyaku menyelidik heran.
PoV Diandra"Mas, kira-kira, menurut kamu, bunga segar yang tergeletak di samping makam mas Dani itu, siapa yang naruh ya, kalau bukan mama atau Nessia."Aku mulai membahas kembali kejadian kemarin lusa.Mas Reza sedang bermain dengan Dona diatas ranjang, sedangkan aku sedang merapikan pakaian yang baru saja diberikan Mbok Arum. Pakaianku, pakaian Mas Reza, juga pakaian Dona."Aku juga gak tahu. Memang aneh, sih, selain kita memang siapa lagi orang yang paling dekat dengan adikku." Mas Reza menanggapi."Terus, Mas. Aku masih kepikiran dengan suara wanita yang menangis. Terus sebut dirinya hamil. Apa jangan-jangan ... dia istri mas Dani?" Dengan sendu dan sedikit kecewa aku berkata.Mas Reza meraih tubuhku. "Kamu jangan bicara aneh-aneh. Gak mungkin almarhum adikku punya istri diluaran sana dulu. Aku tahu, dia hany
PoV 3 ***"Sayang, aku pergi ke kantor dulu, ya. Kamu jangan cemas lagi. Karina kan sudah di kantor polisi. Meskipun dia belum mau mengakui. Jadi, kamu jangan panik lagi, ya."Reza pamit pada istrinya. Dan Diandra pun mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Mas. Kamu jangan khawatirkan aku dan Dona berlebihan. Kamu kerjanya yang tenang dan selalu lancar, ya," do'a dan pesan Diandra.Reza kemudian mengecup kening Diandra juga kening Dona. Lanjut Diandra yang mencium punggung tangan suaminya dengan takzim."Assalamualaikum," ujar Reza pamit."Waalaikum salam," jawab Diandra sembari melambaikan tangan.Dan Reza pun kini telah masuk ke dalam mobilnya. Lalu pergi menancap gas.Senyuman dan do'a Diandra selalu menyertainya. Kini mereka pun mulai tenang, karena Karina sudah di tangkap."Alhamdulilla
PoV Diandra***Kepalaku pening dan pusing sekali. Tiba-tiba aku ingat, kalau tadi aku sedang berbelanja dan ... Dona? Di mana anakku.Aku terbangun dalam sebuah mobil."Hah?" Di mana ini?"Ini bukan mobilku. Dona? Dona dimana?"Dan ternyata kondisi tanganku sudah dalam keadaan terikat. Kedua tanganku diikat erat di belakang.Aku diculik?Mulutku juga di bekam. Ya, aku sedang dijahati orang. Lalu anakku ke mana?"Hemm! Hemm!" Aku berteriak sekencang mungkin, namun apa daya, kondisiku saat ini sedang terperangkap.Aku sama sekali tak mengenali mobil yang sedang aku tumpangi. Di mobil ini juga tak ada orang. Dan siapa orang yang membawaku ke sini?Aku terus berusaha memberontak, namun, tiba-tiba datang seseorang menuju arah mobil. Aku tak mengenalinya, karena ia