Liany harus menenangkan Satria setelah lelaki itu mengomeli Lilis berjilid-jilid, gadis itu terlihat ketakutan dan tetapi tidak menghilangkan kepolosannya.“Lilis udah bener Tuan, masuk ke liftnya, pas ada ibu-ibu yang keluar juga dia ajak Lilis ikut keluar lift. Lilis kira itu lantai kamar kita, semua pintunya sama tetapi Lilis gak nemu kamar Lilis. Lilis mau cari liftnya lagi tetapi liftnya udah gak ada. Lilis muter-muter sampai kepala Lilis pusing, Tuan,” sahut Lilis polos. Satria memandang Lilis dengan rasa tidak percaya, syukurnya Rangga baik-baik saja dan tengah tertidur pulas. Satria dan Liany mengantarkan Lilis di lantai kamar mereka.“Ini pintu kamar kamu, ingat saya dan ibu mau istirahat, sekali lagi kamu bikin ulah saya akan pulangkan kamu malam ini juga ke kampung!” ancam Satria galak. Liany mengelus punggung lengan Satria agar tidak membuat Lilis ketakutan lagi.“I-iya Tu-tuan… Lilis gak akan bikin ulah lagi, Lilis akan jaga Den Rangga sebaik mungkin, Lilis janjiii Tuaan,
“Kita harus melakukan transfusi darah secepatnya dan golongan darah mamamu AB rhesus negatif, golongan darahmu apa, Myla?” tanya dokter Wilma sebelum dia menghubungi Satria. Stok darah yang dibutuhkan Tante Katrin sedang kosong dan merupakan golongan darah yang cukup sulit ditemukan.“Sayangnya golongan darahku A rhesus postif, Bu Dok, jadi bagaimana dengan mama saya?” Myla mulai terlihat cemas. Dari balik jendela mereka berdua melihat Tante Katrin yang wajahnya sepucat mayat dan Om Rudy yang tengah duduk di samping tempat tidurnya menunggui Tante Katrin. Lelaki itu hanya bisa memegang tangan Tante Katrin yang lemah terkulai dan menciumi punggung tangan itu.“Kalau begitu saya akan menghubungi Satria, mungkin dia bisa menolong mama kamu, dia putranya kan? Mari berharap semoga golongan darah mereka sama dan Satria bisa mendonorkan darahnya untuk mamamu,” jawab dokter Wilma. Dengan lembut dielusnya bahu perempuan muda itu, dokter Wilma pun berpamitan untuk ke ruangannya untuk menelpon S
Liany meminta Satria untuk kembali ke rumah saja setelah dari rumah sakit, meskipun hanya semalam saja di hotel mewah hatinya sudah cukup senang. Tentu saja Lilis pun senang mereka pulang sehingga tak harus repot menghapalkan jalan ke kamar mereka di lantai yang semuanya terlihat mirip. Satria yang masih ingin tinggal akhirnya mengalah, kondisi tubuhnya juga terasa sedikit lemah dan rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk istirahat.“Dalam minggu ini kita akan pindah ke rumah baru, jadi bersiaplah,” ujar Satria setelah mereka tiba di rumah. Rangga sudah tertidur pulas di dalam box sementara Lilis sedang beristirahat di kamarnya.“Apa tidak terlalu cepat, Sat?” tanya Liany sambil membuka kancing bajunya, terlihat daster berwarna merah muda yang diletakkannya di bangku meja riasnya, dia akan mengganti bajunya dengan daster motif bunga itu.“Lebih cepat ‘kan lebih baik, Sayang,” jawab Satria lalu mendekap mesra Liany d
Myla nyaris terhempas ketika dokter Wilma menyatakan hari dan jam kematian mamanya, lalu dokter sahabat mamanya menarik selimut Tante Katrin hingga menutup wajah cantik yang tak bernyawa itu lagi. Seakan seperti mimpi buruk Myla menampar-nampar pipinya sendiri agar bisa terbangun, sayangnya ini bukan mimpi, mamanya memang sudah pergi untuk selamanya. Om Rudy berjalan perlahan mendekati jasad istrinya, disibak selimut yang menutupi Tante Katrin, diamatinya wajah yang cantik seakan sedang tertidur.“Kat, kamu kok gak pamit sih mau pergi jauh seperti ini, Sayang? Kenapa kamu gak tunggu aku dan anak-anak kamu ada? Kenapa kamu pergi diam-diam, Kat?” suara parau Om Rudy terdengar sesak. Dokter Wilma membuka kacamatanya dan mengusap air mata yang tak bisa dibendungnya, Tante Katrin bukan hanya pasiennya tetapi sahabatnya untuk berbagi suka dan duka, kehilangannya begitu cepat bukan hal yang bisa diduganya.“Rud, tabahkan hati kamu, ikhlaskan kepergiann
Om Rudy mengurung diri di dalam kamar, dalam dekapannya ada foto Tante Katrin dan dirinya ketika baru saja menikah. Wajah terakhir Tante Katrin yang dilihatnya di rumah sakit mengingatkannya kepada pesona Tante Katrin saat baru menikah dulu. Om Rudy mengenang jika istrinya adalah perempuan yang jarang marah, selalu tersenyum tetapi sangat tegas di kantornya.Dari ruang tengah samar terdengar putrinya tengah berbincang serius dengan pengacara perusahaan mendiang istrinya. Rupanya Tante Katrin sempat menuliskan wasiat jika dia telah membagi perusahaan itu dengan bagian Myla hanya menerima seperempat saham saja selebihnya adalah bagian milik Satria, kakaknya. Myla tak keberatan karena dia sendiri adalah calon tunggal pemilik dari RH Company milik papanya. Pengalihan secara resmi akan segera dilakukan agar perusahaan cepat mendapat ganti pemimpin yang baru.Om Rudy tidak ingin ikut campur urusan perusahaan Tante Katrin dan mempersilakan semuanya berjalan sesu
Ibu Witri memandangi surat-surat perjanjian bagi hasil bisnis antara mendiang anaknya Adam dengan rekan bisnisnya. Profit yang dihasilkan dari investasi putranya itu sudah menyentuh angka yang cukup besar dan menggiurkan. Jadi selama ini dia tidak mengetahui jika putranya telah berinvestasi pada perkebunan milik salah seorang temannya dan usaha mereka sukses besar. Namun, yang menjadi masalah di surat itu tertulis jika hasilnya hanya akan diberikan kepada istri dan anak Adam saja bukan ibu atau saudarinya.Perempuan paruh baya itu sedang pusing tujuh kelling, Eve putri semata wayangnya kini tengah menghadapi kemelut rumah tangganya. Suami Eve selingkuh dengan alasan Eve mandul tidak bisa memberinya keturunan. Baru menikah setengah tahun tetapi ujian sudah mendera pernikahan putrinya itu. Lalu kini rejeki nomplok sudah di depan mata tetapi bu Witri tidak bisa menikmatinya karena dia harus menemukan dulu cucunya itu dan menjadi walinya agar bisa menikmati ha
Liany baru saja tiba dari kantor bertemu dengan Karinda sekretarisnya yang sedang membantunya untuk mencarikan perguruan tinggi baginya. Sementara Satria menelpon untuk mengabarkan jika dia akan lembur malam ini di Sparkling. Sekotak brownies dari sebuah toko terkenal diletakkannya di atas meja dapur dan mencari Lilis pengasuhnya.“Rangga tidur yaa, Lis? Sini kita makan kue yuuk,” ajak Liany ketika Lilis sedang merapikan perlengkapan Rangga.“Iya, Bu, kayaknya badan Rangga agak hangat deh, Bu,” lapor Lilis pada majikannya. Liany menyentuh dahi Rangga dan memeriksa suhu tubuh putranya.“Mungkin karena efek imunisasi terakhinya kali ya, Lis. Bi Inah mana?” Liany mengecup lembut pipi Rangga, bayi itu sedikit menggeliat.“Bi Inah pulang, mau bersih-bersih dulu katanya, Non Myla dan Tuan Rudy masih lama pulang dari luar negeri.” LIlis membuatkan Liany secangkir teh untuk menemaninya bersantap brownies yang dibeli
Liany menatap jam dinding, sudah hampir tengah malam ketika dia mendengar suara deru mobil memasuki pekarangan rumah. Suara mobil yang sangat dihapalnya, dia sudah berjam-jam berdiri menggendong Rangga yang tidak ingin diletakkan di boxnya. Liany juga sudah kasihan kepada Lilis yang sudah terlihat sangat lelah mengurus Rangga yang rewel.Pelan-pelan Liany keluar kamar sambil menggendong Rangga yang baru saja tertidur di gendongannya.“Lho kamu kok pulang sih, Sat? Pertemuan kamu sama Bimo gimana?”tanya Liany dengan setengah berbisik. Satria menyimpan tasnya dan menuju wastafel untuk mencuci tangannya.“Kamu pikir aku bisa tenang di sana meninggalkan Rangga yang sedang sakit? Aku gelisah sepanjang jalan dan kepikiran ke rumah terus ternyata anakku lagi sakit,” jawab Satria dengan suara rendah. Dielusnya dengan lembut punggung bayi itu lalu beralih kepada Liany.“Kamu udah kecapean banget, aku ganti baju dulu dan kita gantian j
Setahun kemudian …Lilis membuka kembali album foto-foto kenang-kenangannya setahun yang lalu saat keluarga majikannya mengantarkan Yelena kembali ke Inggris. Suasana haru terjadi saat Tuan Clark awalnya menolak kepulangan putrinya tetapi Satria berhasil meyakinkan ayah angkatnya itu dan membuat ayah dan anak kembali berdamai. Di sana juga mereka merayakan ulang tahun pertama Rangga dengan sangat istimewa. Lilis sungguh tak menyangka jika majikannya kali ini memperlakukan dirinya dan Lastri seperti anggota keluarga, bukan hanya sekedar majikan dan bawahan mereka.Liany dan Satria benar-benar majikan yang sangat baik dan murah hati, bahkan anak sulung Lastri diberikan beasiswa oleh perusahaan Karisma agar bisa melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahaan. Liany juga memberikan hadiah mesin jahit untuknya dan mengizinkan kapanpun Lilis hendak mandiri setelah menamatkan Kursus menjahitnya. Namun, Lilis masih menganggap Rangga masih kecil dan Liany masih membutu
Yelena akhirnya dilepaskan juga oleh anak buah Mike dan menjauhkan diri hingga ke sudut ruangan. Demian melangkah mendekat dengan tatapan mata yang berkilat, aura ingin membunuhnya terasa kuat.“Kau … kau keluarga korban kecelakaan itu? Waaahh … kejutan besar kita bertemu kembali, Yelena, apa kau sudah tahu ini Sayang?” Mike menoleh ke arah Yelena yang memandang takut-takut kepada Demian.“Jangan mengalihkan perhatian bangsat!” hardik Demian yang membuat Mike sedikit gentar. Moncong pistol itu sudah sangat dekat jaraknya dengan kepalanya.“Apa kau ingin membalaskan dendammu sekarang?” Mike memamerkan seringainya yang mengejek Demian. Darah Demian bergejolak hebat, ingin rasanya dia segera melesatkan satu peluru tepat ke jantung Mike, tetapi keinginannya itu ditahannya, dia tidak ingin jadi pembunuh dan merusak masa depannya sendiri. Dia hanya ingin memberikan Mike pelajaran.Demian menumbuk kepala Mike den
“Tolong ambilkan aku air minum, Sayang,” pinta Satria lirih ketika dia terbangun dari tidurnya. Bergegas Liany mengambil segelas air minum dan membantu suaminya untuk duduk. Satria terbatuk kecil, dia masih kesulitan untuk bernapas panjang. Perlahan diminumnya air pemberian istrinya. Dia menolak saat Liany ingin membantunya berbaring, Satria hanya ingin duduk saja sambil bersandar.“Yelena, apa dia pulang?” tanya Satria setelah memperhatikan jika di ruangan itu hanya ada dia dan Liany.“Iya, aku menyuruhnya pulang untuk istirahat, dia sedang hamil muda tak baik jika kelelahan.” Liany memperbaiki selimut Satria dan merapatkannya.“”Bagaimana keadaanmu, Sayang? Apa masih sakit?” tanya Liany sambil memandangi wajah suaminya.“Aku sudah merasa lebih baik, kau jangan khawatir, Sayang.” Satria meraih tangan Liany dan menggenggamnya erat. Namun, sesaat ekspresi Satria berubah dan Liany bisa membac
Demian mengantarkan Myla pulang, berbagai perasaan berkecamuk di dalam kepalanya. Keselamatan calon istrinya, Liany dan putranya serta keselamatan Satria atasannya.“Ingat jangan jauh-jauh dari ponselmu, jika ada hal yang mencurigakan segera telpon aku, mengerti?” Tak bosannya Demian memperingatkan Myla agar tetap waspada.“Dem, apa kau tak mau menjelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi atau apa yang sebenarnya kau ketahui. Sikapmu pada Yelena mencurigakan!” Myla menatap tajam kepada lelaki muda itu yang tampaknya berpikir keras untuk menjawab todongan Myla.Demian sepertinya tak bisa berkelit lagi dan Myla berhak tahu kaitan antara dirinya dan Yelena. Myla menunggu sambil melipat tangan di dadanya. Mereka duduk berhadapan di sofa tamu, sesaat Demian menghela napasnya panjang.“Kamu masih ingat ketika ketika pemakaman ibumu aku mengatakan jika aku pernah merasakan kehilangan yang pedih itu?” Demian memandang Myla
Lamat-lamat suara ambulans terdengar, Satria berusaha membuka matanya dan mencari tahu di mana dirinya sedang terbaring. Seluruh tubuhnya terasa remuk sepertinya ada beberapa tulang rusuknya yang patah akibat perkelahian tadi. Pandangan matanya kabur dan hanya mampu menangkap beberapa bayangan yang ada di dalam ambulans yang tengah melarikannya ke rumah sakit.Satria mengerang pelan, suaranya tertahan oleh masker oksigen yang digunakannya untuk membantunya bernapas. Meskipun dia merasa sangat buruk tetapi rasa bersyukurnya lebih besar karena Mike dan para begundal itu tidak menikamnya dengan senjata tajam atau menembaknya seperti yang ada di dalam pikirannya sebelum dia pingsan. Hal terakhir yang didengarnya adalah raungan Dora yang ketakutan, mungkin karena wajahnya yang sudah berlumuran darah dan terkulai seperti tanpa nyawa lagi.“Pak Bos…! Bertahan yaa Pak Bos … sedikit lagi kita tiba di rumah sakit,” ujar Dora dengan suara yang terdengar
“What the hell are you doing?!” maki Yelena yang terkejut dengan sikap kasar Myla kepadanya.“Myla?!” seru Demian dan Liany yang tak percaya dengan apa yang dilakukan Myla barusan.“Kenapa? Apa karena kau dan keluargamu telah mengadopsi kakakku dan memberikannya kehidupan yang lebih baik kau merasa berhak untuk mengacak-acak rumah tangga kakakku, hah?! Kau tak akan pernah bisa jadi istri kedua kakakku!” bentak Myla yang benar-benar murka dengan kelakuan Yelena.“Myla … Myla… kamu salah paham, Yelena tidak…”“Lia, Please, jangan membela dia, akar busuk harus segera diamputasi sebelum dia menyebar kebusukannya!” sergah Myla yang melihat Liany masih berbaik hati kepada Yelena.“Myla, tenang sedikit, aku tidak mau kamu bersikap bar-bar seperti ini,” ujar Demian sambil merengkuh bahu gadis itu dan membawanya sedikit menjauh.Satria membereskan berkas yang
Demian melonggarkan dasinya, pertemuannya dengan Yelena di rumah Satria calon kakak iparnya sungguh membuatnya gelisah. Bingung, entah bagaimana nanti cara Demian untuk memberitahukan kepada Satria jika adiknya yang satu lagi adalah gadis berandalan yang terlibat dengan kecelakaan besar keluarganya. Setumpuk file di meja kerjanya tentang ekspansi bisnis yang tengah dilakukannya sudah habis dibaca. Dia sedang memperjuangkan sebuah mega proyek yang saingannya adalah perusahaan besar milik keluarga Mike Dewangga. Kali ini Demian lah yang akan mengibarkan panji perang kepada keluarga laki-laki itu, tak akan ada ampun bagi mereka, tekad Demian.Di bawah tangan Demian, Karisma bergerak lebih cepat karena pada dasarnya Demian sendiri adalah pebisnis ulung dan punya banyak koneksi. Selama ini dia hanya bersembunyi dari bayang-bayang rasa bersalahnya atas kematian ibu, kakak ipar dan Brian kecil. Saat itu dia tengah mengantarkan mereka untuk ke sebuah perayaan ulang tahun anak salah seorang k
Lilis segera mengambil lap, mengisi ulang tekonya dan bergegas meninggalkan dapur. Satria dan mengambil botol Rangga yang terjatuh dari tangan Liany sementara Yelena membereskan mangkok bekas mie mereka.“Lia, aku dan Yelena…,”“Sat? Apa kamu mau menikahi Yelena untuk perlindungan dan bayi dalam kandungannya?” tanya Liany yang masih berdiri di tempatnya. Satria menoleh kepada Yelena yang seakan tidak terjadi apa-apa.“Tidak! Aku tidak akan menikahi perempuan lain dengan alasan apapun, aku tidak akan melakukan itu,” ucap Satria penuh penegasan. Yelena yang mendengar itu hanya tersenyum kecil, dia sedang mencuci mangkuk dan peralatan masak yang tadi dipakainya.“Biar aku yang membuatkan Rangga susu kau kembali lah ke kamar. Aku akan bicarakan hal ini dengan Yelena, itu adalah ide gila yang tidak akan kusetujui. Kembali lah ke kamar,” pinta Satria sekali lagi. Liany tidak berkata lagi, dia hanya menatap punggung Yelena yang masih berdiri di dapur lalu dia berbalik menuju kamarnya sendiri
Sepanjang perjalanan pulang Demian lebih banyak diam, dengan sabar dia mendengarkan Myla berceloteh tentang kelucuan Rangga dan Yelena si gadis urakan di mata Myla. Adik Satria yang ini benar-benar tidak menyukai adik Satria yang satunya lagi meskipun mereka menyayangi kakak yang sama.“Dem, dari tadi kok kamu diam saja, ada apa?” tanya Myla yang akhirnya menyadari kesenyapan Demian.“Tidak ada apa-apa,” jawab Demian pelan yang tatapannya fokus pada jalan raya.“Ooh ayolah, kamu jangan kayak cewek yang ditanya kenapa cuma jawab tidak apa-apa,” sindir Myla pada lelaki di sampingnya itu. Demian menarik seulas senyum di bibirnya, setelah bertemu dengan Yelena berbagai perasaan berkecamuk di dalam dirinya.“Sungguh, aku tidak ada apa-apa, aku masih sama terkejutnya melihat Yelena di tengah-tengah mereka.” Demian mencengkram erat setir mobilnya hingga buku-buku jarinya memutih rasa kesal dan sesal itu menyerbu be