"seharusnya nanti memberitahuku berapapun uang yang ia berikan padamu agar tidak ada kebohongan dalam rumah tangga kami.""Maka jangan bicara padaku tentang masalah itu, harusnya kau sendiri selesaikan masalah internal kalian berdua. Aku tidak terlibat! Apa yang aku terima itu adalah hak anak-anakku di mana aku juga tidak mau menikmatinya.""Jangan munafik!""Kau yang munafik sejak awal. Kau ingat saat pertama kali kalian menikah... Kau berjanji tidak akan merusak hubunganku dan suamiku, juga akan membantu kami untuk bahu membahu membahagiakan keluarga. Tapi lihat kenyataan, baru seminggu menikah, kau berhasil mempengaruhi Nabil untuk meninggalkanku. Kau berhasil membuat dia tidak pulang ke rumah atau memperdulikan anaknya. Sekarang ketika ia menyadari kesalahan dan balik menebusnya, kenapa kau malah marah padaku.""Sudahlah mbak, jangan berdebat lagi." Cici melarang kakaknya. "Aku juga tidak mau berdebat dan buang waktu, aku terlalu sibuk mencari nafkah dibanding aku harus melayani
"Ayah, apa yang ayah lakukan?" Tanya Mas Nabil sambil panik membangunkan ibunya mereka semua bahu membahu menggotong ibu mertua dan menaikkannya ke atas mobil."Sudah lama aku menahan diri atas sikap ibumu."Mungkin karena Ayah tidak pernah menunjukkan ekspresi kemarahan dan baru pertama kali terlihat bengis dan murka jadi semua orang tidak terlalu berani untuk memprotes apa yang Ayah lakukan."Tapi ini berlebihan...""Semua yang terjadi sudah terlanjur berlebihan karenanya, aku mengikutinya." Ayah kemudian beralih kepadaku dan memberiku isyarat agar segera membereskan anak-anak."Bawa anak-anakmu masuk, aku akan menyuruh mereka semua pulang.""Iya ayah." Bergegas ku peluk anak-anak lalu meminta Rihanna untuk buka pintu, kusuruh mereka masuk, sementara Ayah memaksa keluarganya untuk meninggalkan rumah kami.Usai melihat mereka semua meninggalkan pekaranganku, aku kemudian beralih ke kamar untuk melihat keadaan anak-anak."Apa kalian baik-baik saja? Apa yang sudah mereka lakukan pada k
Aku tidak tahu apa yang terjadi sampai-sampai di pagi buta Ayah mertua sudah mengunjungiku. Ia memarkirkan mobilnya lalu membuka pintu gerbang dan mengucapkan salam. Aku yang sedang duduk di meja makan dan mengesap secangkir kopi langsung menyambut Ayah dengan mencium tangannya dan menyiapkan secangkir kopi juga."Tumben ayah datang pagi sekali.""Entah kenapa Ayah sudah tidak nyaman hidup di dalam rumah ayah sendiri, aku muak dengan sikap ibumu, dia benar benar bikin masalah dan tak mau diam dengan ocehannya. Dia menangis, menjerit dan terus memprotes. Aku runyam, hati ayah keruh," keluh ayah. "Apa sepanjang malam Ayah bertengkar dan tidak beristirahat?""Bagaimana mau memejamkan mata kalau wanita itu terus menangis, dia menjerit sepanjang malam dan tergugu seperti anjing kelaparan. Nenekmu juga terus memarahiku sehingga membuat kepalaku benar-benar pusing.""Jadi nenek Fransiska juga memarahi ayah?""Tentu saja dia membela menantu kesayangannya.""Situasinya seperti ibu mertua ya
Pelan tapi pasti, melangkah tanpa menimbulkan suara aku dengan calon istri ayahnya Mas Nabil sibuk menyiapkan upacara pernikahan untuk mereka berdua. Kami pergi mencari vendor pernikahan dan catering, setelahnya aku membantu tante Elvira untuk membuat undangan digital dan menyebarkan itu pada teman-temannya. Aku dan Tante hanya menyebarkan kepada orang-orang terdekat, tidak memberi tahu orang-orang yang akan menimbulkan keributan. Acara akan dibuat sesederhana mungkin, intimate serta tidak mengundang banyak orang sehingga kekhidmatan acara tidak terganggu.*Di sela-sela kesibukan mengurus pesta pernikahan ayah mertua serta mengurusi butikku sendiri Mas Nabil tidak pernah berhenti untuk terus menghubungi dan mengajakku bertemu. Sekalipun dia tahu bahwa saat ini aku tengah dekat dengan Hendra, sepertinya lelaki itu tidak berhenti dengan semua usahanya.(Bisa kita bertemu di suatu tempat, kudengar kau mendukung pernikahan ayah dan teman sekolahnya dulu.)(Apa untungnya aku bertemu
Kami yang di sini terus tenggelam dalam meriahnya pesta, sementara yang di sana, pasti sudah dan melarikan ibu mertua ke rumah sakit. Wanita itu pasti kena serangan jantung dan kejang-kejang, menyaksikan suaminya menikah tentu adalah pukulan yang sangat berat bagi istri yang sudah setia seumur hidupnya.Sungguh tidak nyaman di poligami di masa tua ketika kau sudah tidak punya daya dan upaya untuk mengambil langkah baru untuk kehidupanmu.Seorang yang di poligami di pasar tuanya tidak akan berdaya untuk melawan jikalau Mereka ingin bercerai maka mereka terpaksa harus meninggalkan kediaman suami mereka serta sulit memperjuangkan hak-haknya, satu-satunya jalan jika tidak mau kehilangan hak, hanyalah bertahan dimadu. Tapi siapa yang mau menjalani takdir seperti itu, di dunia ini sangat jarang wanita yang mau berbagi terlebih itu membagi cinta. Hidup dalam poligami seperti hidup dalam istana emas tapi hati terpenjara, seperti disuguhkan madu yang dicampurkan racun. Seperti minum kopi yang
Keesokan hari. Ternyata, Ibu mertua mengalami stroke karena hentakan hipertensi serta kepalanya mengalami gegar otak karena benturan saat dia jatuh karena syok. Baguslah, tanpa menyentuhnya, aku bisa membalasnya.Pagi pagi tadi Mas Nabil mengirim foto ibunya yang dirawat, wanita itu terkapar dengan selang-selang yang terpasang di wajah dan tubuhnya. Dia nampak memperihatinkan.(Tolong bantu aku untuk temukan ayah, Aku tidak tahu apakah Ibuku bisa bertahan atau tidak, jadi setidaknya tolong beritahu aku di mana Ayah, agar dia bisa menjumpai ibu sebelum ibu pergi.)Dalam hati aku menggumam bahwa pendosa seperti dirinya tidak akan mati secepat itu.(Cepat sekali kau berkabung Mas, padahal dunia belum berakhir.)(Jangan terus memperolok diriku, tolong bantu aku, ingatlah, dulu hubungan kita sangat baik serta kita saling mencintai. Apakah kau mengingat jasaku sedikitpun?)(Tidak aku tidak ingat jasamu satu kesalahan yang kau buat menutupi semua amal dan kebaikanmu padaku, aku melupa
Keluarga mas Hendra langsung datang ke rumah sakit begitu kami menghubungi dan memberitahu sikap Mantan istrinya Cici. Bergegas Ibu, Ayah dan adiknya Hendra datang ke rumah sakit. Mendapatiku yang sedang menunggui anak mereka, kedua orang tua mas Hendra nampak heran dan sedikit tidak senang."Kok bisa Hendra ada di tempatmu, kok bisa dia disiram oleh Cici, apa dia mendapati kalian melakukan sesuatu?""Sama sekali tidak nyonya. Saat itu kami berbincang-bincang, saya dan Hendra memang berteman dan akrab," jawabku sambil melirik Hendra yang meringis kesakitan, tim Dokter masih memberinya penanganan dan mencuci bekas luka dengan cairan infus, mereka berusaha menolongnya dan meredakan sakit perih yang ia rasakan."Kau berteman dengan Hendra? Kok bisa? Bukannya ada perbedaan umur Di Antara kalian di mana kau lebih tua dari Hendra? Dan bukannya lini bisnis yang kalian jalani juga berbeda?""Benar Pak, memang berbeda, kami berjumpa saat kematian ibunya Sofia hingga berteman dan akrab.""Apak
"Tolong jangan membahas tentang kesalahan kami. Tolong bukalah hatimu, demi ibu mertua.""Tumben Sofia yang jahat dan kasar memelas Dan memohon di hadapanku..." Aku sinis padanya.Wanita itu menggigit bibirnya seolah tidak suka harga dirinya disentil. Dia berusaha tetap tersenyum meski getir."Aku sedang pusing dengan banyaknya masalah yang mendarah hidupku jadi tolong pulanglah, aku yakin ponsel ayah sudah dinyalakan jadi kalian langsung saja menghubunginya.""Dia tidak mau menjawabnya.""Aku akan mencobanya, jadi pulanglah.""Terima kasih ya, aku sangat menghargai bantuanmu," ucap mas Nabil dengan mata berbinar, sementara aku hanya memutar bola mata dan malas sekali mendengar dia yang pura-pura manis padaku."Ayo Sayang, kita pulang, biar iklima hubungi ayah mertua," ucap Sofia yang terdengar sangat pamer kemesraan di hadapanku, aku hanya tersenyum karena tidak terpengaruh.Enak saja, dia seakan-akan menyerahkan semua masalah keluarga pada diriku. Hanya karena aku mau menghubungi ay
Aku sadar bahwa jika kamu ini terus berkepanjangan maka sebentar lagi aku akan berada di ambang perceraian dengan mas Nabil. Jika aku bercerai dengannya maka sekali lagi semua usahaku untuk punya suami akan sia-sia aku terpaksa harus menjanda untuk kedua kalinya.Satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan keluarga ini adalah berdamai dengan iklim serta mendukung pernikahannya dengan Hendra. Meski aku sakit hati dan ingin sekali balas dendam tapi aku tidak punya cara untuk melakukannya wanita itu terlampau cerdik ditambah Hendra ada di latar belakang untuk melindunginya. Sekali saja aku menginjakkan kaki ke butik iklima, maka kami semua akan berada di penjara.Ya, setegas itu Hendra memperlakukan orang. Juga ia yang kehilangan cinta pada Cici dan kini tergila-gila pada iklima pasti akan melakukan apapun untuk melindungi kekasih hatinya itu.Aku benar-benar berada di jalan buntu, aku terkena karma dan menjadi sangat pusing dengan begitu banyaknya masalah yang mendera. F
Selama berhari-hari aku berusaha mengambil hatinya dan membuat dia percaya serta yakin kalau aku memang beritikad baik untuk mengurus keluarganya dan berbaikan dengan ibu anak-anaknya.Tapi seminggu kemudian aku sudah tidak tahan lagi, kuputuskan untuk meminta bantuan keluargaku agar mereka mencarikan seorang asisten dan pengasuh untuk ibu mertua yang lumpuh serta membantunya membersihkan rumah. Aku mempekerjakan mereka dan membayar mereka dengan mahal, aku berjanji juga akan memberi bonus kalau mereka bisa bertahan.Kupikir semuanya akan beres, tapi dugaanku salah, ternyata nabil tidak menerima itu sebagai niat yang tulus, dia malah menganggapku menghindari tugas serta jijik dengan keluarganya."Apa kau mendatangkan pembantu rumah ibuku?" Dia bertanya padaku saat ia baru kembali ke rumah di malam hari, untuk apa yang dia lakukan dari pagi di luar sana sampai pulang kantor pun harus malam hari. Aku kesulitan menanyainya karena setiap kali bertanya dia pasti akan mengamuk. Ia bukanlah
POV Sofia Setelah seharian berjuang jadi babu, menangis frustadi karena harus pegang sapu dan alat lap, aku membersihkan semua kotoran dan debu-debu, membersihkan kotoran dan najis serta memandikan ibu mertua yang bertubuhnya nyaris membuat punggungku patah.Tanganku lecet karena terkena cairan pencuci piring, kulitnya melepuh dan perih, kuku yang kurawat dengan mahal juga patah. Ya ampun, aku menangis memperhatikan diriku yang menyedihkan. Setelah semua pekerjaan selesai dan aku berhasil memberi makan kedua tua renta itu dengan makanan pesanan, aku memilih untuk pulang. Sebelum meninggalkan tempat itu aku menelepon ayah mertua dan memintanya pulang untuk menemani ibu mertua. Aku bilang aku ada acara jadi tidak bisa menjaganya sampai pagi. Untungnya ayah mertua mau."Ah lagi pula kenapa sih sudah tua bangka begitu masih menikah? Kenapa tidak fokus aja mengurus rumah dan cucu! Dasar centil." Aku menggerutu sendiri sampai hampir melempar sepatu yang aku kenakan."Sofia...." Aku hen
"Maksudku baik Mas ... Aku ingin punya waktu untuk diri sendiri , kamu dan merawat tubuhku, Aku ingin tetap terlihat cantik di hadapanmu dan santai dengan waktuku. Bisakah kau bayar orang lain saja?""Astaghfirullah teganya kau Sofia. Itu ibuku sofia, dia merendahkan iklima demi membelamu, dia melakukan apapun yang kau inginkan serta selalu berada di pihakmu. Teganya kau. Setelah dia dalam keadaan sakit dan tak berdaya, kau memintaku untuk membayar perawat, sementara kau akan menghabiskan waktu untuk merawat kukumu?""Aku tidak ahli mengurus orang tua, Sayang""Tapi tetap saja, setidaknya kau menghargai mereka sebagai orang tuaku."Ah, gawat, Kalau kami berdebat dia pasti akan membandingkanku dengan istrinya pertamanya."Maaf, sayang, aku benar-benar bingung, lagi pula ini semua bukan salahku. Ini salahnya Iklima, dia yang sudah membuat bencana dan menimbulkan banyak masalah. Dia yang sudah menjodohkan Ayah dengan teman sekolahnya, hingga ibu syok dan sakit, harusnya dialah yang harus
Biar kuceritakan kenapa aku sampai akhirnya pergi minta maaf dan bersikap baik kepada iklima. Biar ku beritahu yang sebenarnya.*Aku telah resah sejak awal, kupikir pernikahan kami akan berlangsung lancar dan bisa diterima oleh semua orang tapi ternyata itu tidak semudah yang kupikirkan. Iklima, dia membalas dendam dengan seburuk-buruknya pembalasan. Dia membuat adikku bercerai, menimbulkan keraguan dalam diri suamiku serta kerenggangan hubungan kami, lalu memisahkan ayah dan ibu mertua. Bola panas ini harus segera dihentikan sebelum menghancurkan segalanya.Aku tahu dan dari lubuk hatiku terdalam aku menyadari kesalahanku, aku tahu aku sangat keliru telah menyetujui perjodogan dari ibu mertua yang meminta aku untuk menikahi Nabil.Saat itu pikiranku sedang tidak jernih, aku terlalu sedih dengan kematian Mas Faisal. Kupikir aku tidak bisa menjalani semua ini sendirian, hidup menjanda dan menjadi stigma buruk di antara masyarakat. Aku tidak suka direndahkan, hanya karena tidak puny
Seminggu kemudian.Setelah peristiwa yang terjadi di rumah mantan mertua kujalani hari-hariku seperti biasa, berusaha bersikap dan berpikir normal sambil berusaha menutupi luka-luka dan lubang di hatiku. Ruang hampa dan rasa kehilangan, tetap ada mengingat aku pernah begitu mencintai Mas Nabil. Tapi, aku sudah berdamai dengan kenyataan, sudah ikhlas bahwa inilah kehendak tuhan.Memang tidak mudah melupakan orang yang pernah mengukir namanya di hati, terlebih Aku punya dua orang putri, yang setiap kali menatap mereka, aku pasti akan teringat pada ayahnya. Aku teringat setiap detail peristiwa pahit dan manis dalam hidupku begitu memandang Arumi dan Novia. Tapi, mereka juga motivasi agar aku tetap bertahan dan menjadi kuat, aku punya motivasi untuk sukses dan tetap bekerja keras demi mereka. Aku bertekad untuk memperbaiki hidupku dan menemukan orang yang tepat di suatu hari nanti, insya Allah, aaamiin.*Suasana rumah kami jauh lebih tenang sekarang, karena orang-orang yang sering mente
Semua orang menatap padaku saat tiba-tiba aku sudah berdiri di ambang pintu. Dalam perdebatan sengit dan pertengkaran itu tiba-tiba mereka terbelalak karena pendapatku yang mengejutkan."Semuanya salah termasuk siapapun yang mendukung dan ikut dalam keputusan itu.""Kalau begitu kau salah juga, terutama kau! Kaulah biangnya yang membuat Ayah berpaling dari ibu?""Anggap saja impas karena ibu lah yang membuat Nabil berpaling dariku?""Oh jadi sampai sekarang kau masih tergila-gila pada Nabil dan terobsesi untuk balas dendam, padahal kau sendiri yang minta cerai darinya?""Tidak juga, aku tidak pernah benar-benar berusaha sekuat mungkin untuk membalasnya tapi alam mendukungku untuk memberi balasan. Ayah sendiri yang menginginkan tante Elvira, sementara aku hanya mengikuti keinginannya. Sebagai anak yang baik aku membantunya.""Sejak kapan kau jadi anaknya, kau hanya mantan menantu.""Darah ayah dan nabil mengalir dalam nadi anakku, secara tidak langsung kami sudah terikat sebagai kelua
"Kenapa Anda berkata sejauh itu tante Stefani?""Karena faktanya begitu," jawab wanita modis itu sambil mendelik."Anakku mengorbankan semuanya demi adikmu bahkan dia rela ikut agama kalian, tapi tapi Cici tidak benar-benar memberinya cinta. Sudah cukup sekarang!""Jadi kalian akan menjodohkanmu dengan wanita ini, alih alih mencarikan istri yang lebih baik?""Iya, kenapa, apa masalahnya? Ini adalah pilihannya dan dia bahagia dengan itu."Merasa kesal karena dipermalukan, Sophia langsung bersurut mundur sambil memegang tangan Nabil dan mengajaknya pergi. Di sisi lain ekspresi ayahnya Arumi dan Novia, tatapannya terus lekat padaku yang kini menyuapi bubur kepada Hendra. Dia sepertinya kecil hati dan tidak terima kalau pelayanan dan perhatianku, kini berpindah kepada lelaki lain.Yang namanya masih cinta pasti ada rasa cemburu."Pergi dan jangan datang lagi, beraninya keluarga kalian yang sudah menyakiti anakku datang kemari! Apa kalian hanya ingin memastikan kalau dia benar-benar me
"Tolong jangan membahas tentang kesalahan kami. Tolong bukalah hatimu, demi ibu mertua.""Tumben Sofia yang jahat dan kasar memelas Dan memohon di hadapanku..." Aku sinis padanya.Wanita itu menggigit bibirnya seolah tidak suka harga dirinya disentil. Dia berusaha tetap tersenyum meski getir."Aku sedang pusing dengan banyaknya masalah yang mendarah hidupku jadi tolong pulanglah, aku yakin ponsel ayah sudah dinyalakan jadi kalian langsung saja menghubunginya.""Dia tidak mau menjawabnya.""Aku akan mencobanya, jadi pulanglah.""Terima kasih ya, aku sangat menghargai bantuanmu," ucap mas Nabil dengan mata berbinar, sementara aku hanya memutar bola mata dan malas sekali mendengar dia yang pura-pura manis padaku."Ayo Sayang, kita pulang, biar iklima hubungi ayah mertua," ucap Sofia yang terdengar sangat pamer kemesraan di hadapanku, aku hanya tersenyum karena tidak terpengaruh.Enak saja, dia seakan-akan menyerahkan semua masalah keluarga pada diriku. Hanya karena aku mau menghubungi ay