Seolah tak sabaran ingin cepat tiba ditempat yang akan dituju, Bagaskara mengendarai mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi karena ia sangat bersemangat untuk menuntaskan gejolak yang telah lama hilang. “Ya Allah lindungilah hamba-Mu ini, nih orang udah kayak mau nganter nyawa. Batin Dewi ketakutan karena ia tidak pernah berkendara secepat ini. “Lagi dalam keadaan begini aja cuma ingat tuhan, sangat tidak pantas.” Batin dewi lagi yang merasa sedih karena sadar diri bahwa dirinya itu siapa, tapi apa boleh buat karena semua ini sudah takdirnya. Tak berselang lama mereka pun tiba, Bagaskara langsung keluar dan membukakan pintu untuk Dewi. Tak disangka Dewi langsung dibopong olehnya yang tentu saja membuat Dewi malu. “Tuan aku mohon turunkan disini saja.” Dewi memohon sambil menggerakkan tubuhnya untuk berontak namun tenaga yang dimilikinya tak sebanding dengan kekuatan Bagaskara. “Jika kamu tidak bisa diam maka saya akan membuangmu kejalanan sekarang.” Jawab Bagaskara sambil meneka
Sudah lama Dewi tak merasakan berada di tempat mewah seperti ini, seperti saat terakhir ia berada dirumah orang tuanya. Dewi merasa sedih ketika mengingat bagaimana kehidupannya dahulu sebelum semuanya terjadi sekarang. Namun Ia bertekad akan keluar dari dunia malam dan segera melunasi hutang-hutang dari hasil menyerahkan dirinya dalam pelukan Bagaskara. “Aku nggak mungkin terus-menerus seperti ini, tapi tidak akan lama lagi aku akan bebas dari genggaman Mami.” Dewi bermonolog sambil menatap dirinya dari pantulan cermin besar yang menggambarkan betapa sempurna dirinya. Tak menunggu lama ia segera membersihkan tubuhnya, karena jika terlalu lama di dalam kamar mandi ia tau Bagaskara akan kembali tersulut amarah. Setelah selesai Dewi mengenakan bathrobe karena ia tidak membawa baju ganti. “Ternyata masih sibuk sama pekerjaanya.” Batin Dewi saat keluar kamar mandi melihat Bagaskara tetap pada posisi sebelumnya. “Ternyata pekerja keras juga dia, pantas saja bisa meraih kesuksesan. A
Ketika Dewi sedang asyik menyantap makanannya, Bagaskara ternyata telah selesai membersihkan diri dan langsung menghampiri Dewi yang berada di balkon. “Makan yang santai, jangan seperti orang yang tidak pernah makan seolah besok mati kelaparan!” Ujar Bagaskara “Astaga. Apakah tuan hobinya selalu mengagetkan orang?” Tanya Dewi yang sudah merasa jengkel karena Bagaskara yang selalu membuat dirinya terkejut. Namun ada yang membuat fokusnya teralihkan, yaitu otot kekar Bagaskara yang terpampang jelas ketika hanya menggunakan handuk sebatas pinggang. “Oh god, ini tidak bagus untuk kesehatan mataku.” Batin Dewi saat memandang roti sobek milik Bagaskara. “Kamu ini berani sekali rupanya membantah perkataan saya!” Pungkas Bagaskara “Ya tuhan aku lupa kalau sedang menghadapi singa yang siap mengaum kapan pun dia mau.” Batin Dewi yang menyesali perbuataanya yang memantik amarah Bagaskara. “Maafkan saya tuan.” Seraya Dewi sedikit membungkukkan badan. “Lupakan, saya anggap itu sebagai apre
Masih didalam dekapan yang hangat, Dewi terkejut saat mendengar penuturan Bagaskara. “Kamu harus tau alasan kenapa saya rela memberikan kamu uang dalam jumlah yang besar. Itu karena kamu adalah wanita yang mampu membuat gairah saya kembali seperti sebelum menikah.” Tutur Bagaskara “Anda sudah menikah tuan?” Tanya Dewi yang sedikit kecewa menerima kenyataan bahwa laki-laki sempurna dihadapannya itu telah menikah. “Iya aku sudah menikah.” Jawab Bagaskara. “Kamu datang seperti Dewi yang telah dikirimkan untuk saya.” Ucap Bagaskara tulus sambil menatap netra indah Dewi. “Tentu istri anda tidak mengetahui tentang ini bukan?” Tanya Dewi karena ia tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain. “Itu bukan urusanmu!” Pungkas Bagaskara “Astaga, mode dinginnya on lagi. Huh dasar tuan Arogan.” Batin Dewi “Kamu harus dihukum karena sudah berani banyak bertanya nona.” Seringai Bagaskara sambil menarik selimut yang menutupi tubuh mereka. D
Bagaskara menggeliat tat kala sinar mentari pargi yang membuatnya terbangun. Namun Bagaskara tak melihat sosok wanita yang sudah membuatnya tidur nyenuak semalam. Ia pun langsung mencari kebetadaan Dewi kedalam toilet. “Kosong.” Ucap Bagaskara “Dewiiiiiii, Dewiiiii! Kamu dimana!.” Suara Bgaskara menggelegar disetiap ruangan. Ia terus mencari ke seluruh room suite namun tidak mendapat sosok Dewi, tanpa perduli bahwa ia sedang tidak mengenakan apapun untuk menutupi tubuhnya. “Ada surat.” Ucap Bagaskara saat melihat ada kertas diatas nakas disamping ranjang. “Arrrrrrggggghhh, berani sekali dia pergi dariku tanpa pamit. Malah ninggalin sirat seperti ini.“ Bagaskara frustasi bercampur kesal saat merasa dirinya ditinggal oleh Dewi. Ia pun langsung mencari ponselnya dan menghubungi asisten nya. “Rafa! Sekarang juga kamu cari perempuan yang bernama Nirmala Dewi. Kamu bisa dapat informasi dari pemilik klub A.” Perintah Bagaskara “Dia harus ketemu secepatnya!!!!.” Bagaskara menggeretak
Bagaskara mencari keberadaan wanitanya dimulai dari klub untuk menemui Mami, siapa tau ia akan mendapat jejak setelah bertemu dengan Mami. “Mam, ada yang ingin saya tanya.” Ucap Bagaskara to the point pada Mami sesaat setelah memasuki ruangan wanita pemilik Klub tersebut. “Selamat pagi tuan Bagaskara, apa ada yang bisa saya bantu?” Tutur Mami sambil berdiri sedikit membungkukkan badan tanda menghormati tuan kebesarannya datang. “Saya kesini mau menanyakan perihal Dewi? Apakah semalam Dewi kembali lagi kesini?” Tanya Bagaskara setelah menduduki kursi yang berhadapan dengan meja Mami. “Oh ternyata perihal itu, memang Dewi kalau tidak salah saat menjelang subuh mendatangi saya tuan. Bahkan dia sudah melunasi semua hutangnya semalam, tapi saya tidak tau lagi setelah itu tentangnya karena kesepakatan kami sudah usai.” Jelas Mami dengan singkat padat dan jelas. “Ternyata kamu hanya menginginkan uang saya, itu artinya hanya saya saja yang terlalu
Setelah berperang dengan diri sendiri karena merasa kecolongan hingga sang Dewi nya hilang tak tau dimana. Sang tuan Arogan yang mampu menundukkan lawan hanya dengan menatap lawannya saja sudah mendapatkan kemenangan, kini harus merasakan patah hati seperti anak SMA yang kasmaran. “Arrrrrrggggghhhhhhhhh, Dewiii bisakah kau mendengarku? Bisakah kau kembali!.” Pekik Bagaskara frustasi. Ternyata ada yang mengetuk kaca mobilnya dan segera ia turunkan. “Om mau beli air mineral nya?.” Ucap sang anak jalanan yang sepertinya memang berjualan disekitar jalanan. “Boleh, saya beli semua dagangan kamu!” Dengan suara barithon nya Bagaskara seperti memberi perintah yang menakutkan. Namun dengan senang hati Si Anak kecil mendengar pernyataan Sang tuan Arogan. “Taruh saja semuanya di belakang kemudi.” Perintah bagaskara yang langsung turun dan membuka pintu mobil, dengan diikuti oleh sang anak yang melakukan perintah nya. “Ini untuk kamu.” Bagaskara menyodorkan uang pecahan 100 ribu sebanyak
POV Bagaskara Pulang kerumah bukannya langsung istirahat tapi ditambah lagi masalah dengan Elena makin buat kepalaku sakit. Belum lagi tentang Dewi yang belum ada kabarnya benar-benar buat frustasi. "Aaaarrrrrrghhhhhhhh, shit!" Aku kesal saat mengingat kejadian barusan. Dengan pikiran yang sangat kacau aku memutuskan segera menyegarkan tubuh dengan berendam air hangat, berharap agar situasi berubah menjadi lebih baik dalam sekejap. Memejamkan mata sambil menetralkan perasaan memang pilihan yang tepat untuk saat ini. Tak terasa pun aku tertidur selama setengah jam, "Oh God, capeknya sampe ketiduran dalam air." Aku yang terbangun karena bunyi dering telepon. "Apa kamu sudah mendapat kabar baik?" Tanyaki saat mengangkat telepon dari asisten. "Kamu dibayar mahal Rafa! Aku mengharapkan kabar baik, bukan hanya harapan!!!! Kamu cari sampai dapat atau kamu saya pecat. Kerahkan seluruh anggota untuk mencari satu wanita. Jika tidak mendapatkan hasil juga, kalian saya pecat!!!"
Ting Tong,,, Ting Tong,,,Dihari yang cerah, Dewi sepertinya kedatangan tamu yang memecahkan keheningan kediaman yang ia tinggali. Dilihatnya dari lubang pintu ada pria yang mengajak nya tinggal di pulau dewata lah yang singgah. “Silahkan masuk” Dewi tersenyum seraya membukakan pintu dan berlalu kearah sofa khusus menjamu tamu yang datang, tentu saja Dion mengekor wanita yang ia kagumi.“Kamu suka tempatnya?” Tanya Dion“Banget, simpel tapi aku suka” balas Dewi“Apa kedatanganku mengganggu kamu?” Tanya Dion yang sungkan karena jujur ia sangat kentara menyukai wanita yang sedang berhadapan dengannya.“Sama sekali ngga kok, tapi ngomong-ngomong kamu emang se formal itu ya kalo lagi ngobrol? Atau aku nya yang ngga sopan?” Tanya Dewi yang kaku dengan cara bicara lawannya ini.Dion yang ditanya oleh sang gadis pujaan pun bersemu merah karena merasa konyol, “kenapa juga aku pake bahasa formal coba sama dia diluar bukan di kanyor kayak biasanya” batin Dion sambil menggaruk tengkuk yang tida
Hari ke hari suasana hati Tuan Arogan makin memburuk, hanya saja ia pandai sekali menutupi semua itu. Sikap yang ia tunjukkan pada orang-orang pun tak berubah, masih menunjukkan seorang Bagaskara Prayudha yang terkenal dingin dan mematikan apabila berhadapan dengannya. Namun siapa tau jika ia mampu ditaklukkan oleh Dewi yang hilang. "Aku ingin jadwalku diatur dengan teliti! Apa kau mendengarkanku wahai tuan sekretaris yang agung!" Ucap Bagaskara yang mampu menekan jantung Rafa berhenti dalam hitungan detik. Seolah tak memberi kesempatan untuk Rafa membela diri, Bagas langsung berdiri mengitari meja kebesarannya untuk menghampiri sekretarisnya yang sedang ketakutan. "Oh ya tuhan, bukankah dia sudah berubah kemarin menjadi orang yang baik setelah Nona itu pergi?" Batin Rafa yang bertanya-tanya tentang perubahan sikap Tuannya itu. "Jangan berpikir aku bisa lemah karena perempuan dan kau dapat lalai dari tugasmu." Ucap Bagaskara menatap lurus kearah pria yang sangat rapi dalam pena
Wanita parubaya melenggang dengan anggun kedalam mansion megah milik Steffan, raut wajahnya yang datar tak dapat ditebak walaupun hatinya sedang berkecamuk. Ia pun langsung duduk di sofa kebesaran sang empunya,”panggilkan tuanmu sekarang juga, bilang kalau aku ingin segera bertemu dengannya.” Titah Viona pada pelayan saat menyambut kedatangannya. “Baik Nyonya” Pelayan tak bisa membantah perintah dari Viona, karena ia tahu bahwa sang pemilik titah sudah seperti ibu sendiri dari tuannya. Mata Viona mengekori kemana arah pelayan yang diperintahnya itu, ternyata kamar utama sang empunya rumah ada tepat lurus diposisi duduknya saat ini. Di lantai dua dengan pintu ukiran sangat elegan adalah kamar utama Steffan, ketika pintu dibuka Steffan langsung menoleh ke ruang utama dan saling bertatap dengan si tamu yang tak lain adalah Viona. steffan pun sudah menganggap ibu mantan sahabatnya itu sebagai ibu sendiri. “Saya memohon maaf tuan karena mengganggu istirahat di akhir pekan,
Bagaskara's POV Aku terbangun di pagi yang cerah, rasanya sangat berat sekali untuk bangun dari tempat tidur ini. Jika bukan ada Mama yang datang dan mengetuk sejak tadi, aku akan tetap melanjutkan tidur. Tentu saja Mama akan mengamuk jika aku mengabaikannya, bisa-bisa aku jadi gelandangan. "ada apa sih pagi-pagi gini udah rusuh aja sih Mam?" ucapku kesal tatkala mendengar gedoran pintu yang tak kunjung berhenti. Hari ini jadwal untuk kerja sengaja kuminta dikosongkan karena tubuh ini juga butuh istirahat. apalagi beberapa hari belakangan energiku terkuras habis memikirkan wanita yang telah mencuri hati ini. Tapi sepertinya Mama nggak mungkin kalo cuma mau temu kangen sampe rusuh gini. "Ada apa sih maaaa?" tanyaku sedikit memasang wajah kesal. "Turun dalam waktu 5 menit, mama tunggu dibawah. ingat! hanya 5 menit untuk bersih-bersih dan langsung turun." Perintah Mama dengan wajah yang menahan amarah. "iya ma." Aku pun bergegas kekamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gig
Di pulau Dewata yang selalu menampakkan keindahannya dari segi apapun membuat kesan yang indah bagi Dewi saat pertama kali tiba. Ia harus segera mencari tempat tinggal karena ia telah memutuskan untuk menetap disini. Namun ia tak khawatir karena ia akan jadi bagian dari salah satu perusahaan property besar di pulau ini. ia pun sudah mengantongi nomor yang telah Dion berikan padanya. mereka pun sudah janjian untuk melihat tempat yang akan dijadikannya kediaman disini. Orang yang dimaksud Dion ternyata menunggu di bandara yang memudahkan Dewi, karena tentu ia belum hapal wilayah ini. "bener mbak Dewi." seorang lelaki yang ditaksir usianya dibawah Dewi. "iya itu saya, saya Dewi." Ia mengajak berkenalan dengan menjabat tangan. "eh iya saya Andre mbak." Jawab Andre dengan sopan tapi tidak membalas jabatan tangan Dewi, yang tentu saja membuat sang wanita ini heran. "Maaf ya mbak, saya diperintahkan kalo mbak nya ngajak salaman saya nggak boleh balas." Ucapnya sambil menunduk, dan yan
Kenangan buruk tentang penyebab kandasnya pernikahan dengan papa Bagaskara , terus terbayang didalam pikiran wanita paruh baya yang masih menampakkan kecantikannya itu. ia terkejut bukan main mendengar kabar bahwa pernikahan anaknya juga karena disebabkan oleh seorang jal*ng. "apa rencana kamu?" tanya Viona datar dengan tatapan kosong lurus kedepan. Elena tersenyum ketika mendengar pertanyaan sang mertua, karena ia yakin bahwa Viona akan berpihak padanya. "gimana kita buat Bagaskara jatuh miskin sementara ma, kita buat dia seolah-olah udah nggak punya apapun. Biar perempuan itu pergi, aku yakin kalo dia itu nggak tulus sama Bagas." Ujar Elena dengan tersenyum smirk. "Baiklah, tapi Mama mau bertemu dengan Bagas dulu." Jawab Mama yang membuat Elena khawatir, karena ia takut kalau Bagaskara mengatakan yang sebenarnya. "apa mama harus menemuinya? nggk langsung ke rencana aja gitu?" tanya Elena memastikan agar ia merasa tenang. "Mama bisa atasi semuanya" ucap Viona. Tak
Setelah beberapa hari belakang Elena hidup dengan damai di kediaman megah sang kekasih yang tak lain karena memang mereka saling mencintai. Namun Elena merasa kecewa dengan sikap Steffan yang tak membolehkan nya membalaskan dendam kepada calon mantan suami. Elena tersadar dari lamunannya ketika Steffan menyusul ke meja makan untuk sarapan pagi sebelum pergi kekantor. "hai sayang, pagi-pagi udah ngelamun aja. kenapa? semalam kurang?" ucap Steffan menggoda kekasihnya. Elena merasa beruntung karena memiliki kekasih seperti Steffan yang sangat perhatian padanya walaupun hal sekecil apapun. Steffan mampu mengembalikan moodnya yang sedang kacau. "aku ngelamun itu juga karena nungguin tuan raja lagi mandi lamaaaaaaaa banget soalnya, emang ngapain sih didalam sana betah banget kayaknya." Elena balas menggoda Steffan dengan mengerucutkan bibirnya. "anything about that, i Miss you so much beib." Ucap Steffan dengan mata yang berbinar menatap manik mata sang kekasih. "me too, makas
Di tempat yang lain, singgasana kebesaran sang tuan Arogan sedang diliputi suasana yang tegang. Itu semua karena ulah anak buah yang diperintahkan tak mendapat kabar baik untuk sang tuannya. "Sudah kubilang. Aku hanya ingin kabar baik! Bukan sekedar basa basi kalian!" Suara barithon yang menggelegar membuat bawahannya menelan jakun dalam-dalam karena ketakutan. "Mencari satu wanita biasa saja kalian tidak bisa diandalkan. Dengarkan aku! Mulai hari ini kalian semua aku pecat." Intonasi suara Bagaskara melunak namun mampu membuat yang mendengarnya mati kutu, apalagi 5 bawahan yang berada tepat dihadapannya sudah dipecat saat itu juga. "Silahkan tinggalkan ruangan ini." Perintah Bagaskara.Mereka hanya menurut dengan langsung keluar dari ruangan CEO diliputi rasa kecewa karena harus di phk akibat tidak bisa mencari wanita yang diinginkan sang boss. "Rafa?" Panggil Bagaskara kepada asistennya. "Iya tuan?" Jujur saat ini Rafa takut bahwa ia juga akan dipecat karena tak mampu me
"Cantik" batinku ketika terpana melihat wanita yang mengenakan mini dress yang sukses membuatku tidak dapat memalingkan pandangan darinya. Apalagi ketika melihat ekpresinya yang sedang marah, membuat sang pemilik wajah memancarkan aura cantik naturalnya semakin mencuri hati hingga menciptakan debaran yang kuat di dalam dada ini. Ternyata mereka berselisih disaat event yang diselenggarakan oleh timku berlangsung. Aku punlangsung memboyong mereka ke pos penjaga setelah menawarkan agar bisa diselesaikan baik-baik disana. Aku pun terkejut saat mendengar penuturan gadis yang bernama Nirmala Dewi ini, ia membongkar siapa sebenarnya dua orang yang sedang berselisih dengannya. Dan benar saja saat diselidiki bahwa sepasang suami istri tersebut adalah pencuri, aku sangat berterima kasih padanya karena ia sudah memberi tahu tentang pencurian yang terjadi di event ku. "Dion Sailendra, panggil saja Dion." Ucapku sambil tersenyum karena sedari awal pertemuan ia selalu memanggilku dengan sebutan