Rena berlari kencang ke dalam rumahnya saat ia sudah turun dari mobil Ervin. Sedangkan Ervin hanya tertawa melihat tingkah Rena yang terlihat menggemaskan baginya. bahkan karena kejadian di mobil tadi, Rena sampai melupakan perjanjian yang sudah mereka buat. yaitu melakukan ciuman perpisahan.
Sesampainya di kamar, Rena langsungberlari menuju jendela kamarnya dan mengintip dari balik balkon kamar. ia ingin melihat Ervin sudah pergi atau belum, namun ternyata ia dibuat kecewa karena rupanya Ervin sudah pergi dari rumahnya.
Rena berjalan lesu menuju ranjangnya. namun hanya sebentar karena setelahnya, ia merasakan wajahnya memanas karena mengingat godaan Ervin tadi di atas mobil yang berhasil membuatnya kepanasan.
tak hanya Rena, Ervin pun juga dibuat senyum-senyum sendiri sembari ia tetap fokus pada menyetirnya.
Ervin memukul Stir mobilnya sambil bereuforia seolah dalam perutnya ada ribuan kupu-kupu yang sedang menggelitiki.
"Lo gila Vin, lo gila!!" u
"Siapa yang besanan tante?" Ervin kembali bertanya sembari melangkah maju.Rena masih mematung dari tempatnya berdiri tadi.Mirna tersenyum geli pada Ervin. Ia lalu menunjuk Rena dengan mulutnya, "Ada yang pengen dinikahin.." ucap Mirna yang tentu saja dalam konteks bercanda.Dan Ervin pun tahu itu bercanda. Namun Ervin justru ingin mengambil kesempatan ini untuk menggoda Rena.Ervin melangkah mendekati Rena dan menundukkan wajahnya agar wajah Rena bisa sejajar dengannya. Namun Rena justru mencoba untuk menghindari tatapan mata Ervin tersebut padanya.Ervin kembali mencoba untuk menatap wajah Rena namun lagi-lagi Gadis itu menghindari tatapan tersebut.Rena yakin saat ini wajahnya sudah memerah seperti merah tomat atau kepiting rebus."Kok menghindar terus sih?" tanya Ervin dengan nada sedikit jahil.Rena menggelengkan kepalanya, "nggak ada yang m
"Kamu sudah paham kan apa yang saya katakan tadi?" tanya pria tua berjenggot itu pada Rena.Rena mengangguk, "paham pak.." jawab Rena tenang."Baik. Sampai di sini dulu. Kamu ada yang ingin ditanyakan lagi pada saya?"Rena menggeleng seketika. Ia rasa cukup hari ini dan nanti di rumah ia akan mengerjakan apa yang pak dosen tua itu katakan padanya."Kalau begiti saya permisi pak.." pamit Rena. Dosen tersebut mengangguk.Setelahnya Rena keluar dari ruangan tersebut. Ia sudah selesai dan langsung keluar berjalan menuju parkiran.Rena menunggu di sana. Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ervin, namun saat ia menekan nomor Ervin, ia merasakan nafasnya sesak seketika. Ia memberontak saat ia merasa ada seseorang yang membekap mulutnya.Namun kekuatannya hanya berlangsung sesaat, karena setelahnya dunia Rena langsung gelap dan ia tak tahu apa yang terjadi s
Ervin duduk terdiam di mobilnya dengan posisi Rena ada di sampingnya.setelah keluar dari hotel tempat Rena disekap tadi, dia pun belum berminat untuk melajukan mobilnya untuk keluar dari parkiran hotel tersebut dan meninggalkan hotel.Rena beberapa kali melirik ke samping dan mendapati Ervin yang sedikit menakutkan.bahkan diamnya Ervin membuat Rena kebingungan. Ia tak tahu harus memulai kata darimana karena ia takut pertanyaannya itu justru akan membuat Ervin marah padanya.Asik berdiam diri dan sibuk dengan pemikirannya Rena pun dikagetkan oleh Ervin yang tiba-tiba memutar tubuhnya menghadap kanan, lebih tepatnya menghadap ke arah Ervin."lo itu bodoh atau gimana sih?" tanya Ervin dengan nada sedikit kesal.Rena yang belum siap ditanya seperti itu langsung menatap Ervin dengan tak suka, "Maksud lo apa? tujuan lo apa? ngatain gue bodoh?" kesal Rena." karena memang lu bodoh. udah berapa kali sih lo kena sama
Hari ini terasa begitu melelahkan bagi Rena. Bagaimana tidak. Setelah ia memaksa Ervin untuk menemaninya ke rumah Es Krim, ia juga memaksa Ervin untuk menemaninya bermain di wahana permainan.Tapi sepertinya untuk wahana, Ervin tak menyukainya sama sekali. Alhasil ia juga tak bisa menikmatinya.Rena menatap Ervin yang duduk di sebelahnya. Mereka baru saja sampai di rumah Rena."Makasi ya Vin.." ucap Rena pelan.Ervin menggumam sambil mengangguk.Rena menunggu sejenak, namun tak ada lanjutannya dari Ervin. Rena membuka pintu mobil Ervin. Saat Rena hendak turun, Ervin tiba-tiba menarik tengkuk Rena dan melumat bibir Rena dengan lembut.Ia bermain pada bibir atas dan bawah Rena sampai ia melepaskan kembali ciumam tersebut.Setelah ciuman itu terlepas, Rena terdiam mematung membuat Ervin seketika tersenyum geli.Ervin menoel hidung Rena untuk meny
Ervin menatap bundanya dengan tatapan horor.Apa? Suka?dengan Rena? Tak akan pernah. Ia tak akan pernah suka dengan Rena. Sampai kapanpun.Mungkin kekhawatiran yang ia rasakan dengan Rena selama ini hanyalah sebuah rasa kasihan saja. Bukan suka."Kenapa?" tanya Wanita itu pada sang anak."Bunda ada-ada saja. Gimana caranya suka sama Rena? Dia itu nyebelin ma, susah diatur.""Karena itu bunda berani bilang kamu suka sama dia.."Ervin kembali menatap bundanya horor. Ia geleng-geleng kepala lalu berjalan meninggalkan bundanya sendirian."Kok kabur?" tanya wanita itu pada sang anak."Bunda ngawur, makanya Ervin kabur..""Lah..kok ngawur? Bunda bener sayang nanyanya. Kamu bilang seperti itu sama bunda tadi, anak SD pun tahu kalau kamu sedang jatuh cinta..""Nah tu dia. Bunda ngawur lagi. Ervin nggak mungkin suka sama Rena..""Kalau nggak suka kenapa kamu khawatir gitu?"Ervin terhenti dari langkahnya, ota
Di Hari Minggu yang tak terlalu cerah karena awan hitam mulai bersarang di atas sana. Ervin baru saja selesai bersiap-siap.hari ini ia bermaksud hendak pergi ke rumah Om nya yang ada di Bogor.Ia hendak menanyakan tentang perusahaan yang ditinggalkan Papinya untuknya, namun sampai saat ini belum ingin Ia kelola.Entah kenapa sejak berdebat dengan Bundanya beberapa hari yang lalu tentang Perjodohan Galang dan Rena, ia dibuat gusar setengah mati.apa lagi ia berfikir tentang saingan nya yang cukup tinggi di atasnya.Dan baru tadi malam kepikiran tentang mengelola perusahaan sang ayah yang selama ini digantikan oleh Omnya.sebenarnya nya om Akbar sudah dari dulu memintanya untuk mengelola perusahaan mendiang sang ayah, namun karena ia belum ingin diikat, Ia pun akhirnya menolak.Namun sepertinya kali ini ia tak bisa menolak lagi, karena satu dan lain hal Ia pun memutuskan untuk mengambil alih perusahaan tersebut.
Ervin baru saja sampai di tempat tujuannya, dan ini sudah sore. Tentu saja ia sudah over waktu, tapi mau bagaimana lagi, selama diperjalanan, ia juga memutuskan untuk mampir ke suatu tempat.Ervin keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumah om Akbar yang tak terlalu besar namun memiliki halaman yang luas."Permisi!" panggil Ervin dari luar saat ia sudah sampai di depan pintu rumah.Tak butuh waktu lama untuknya berdiri di depan pintu, karena setelahnya ia bisa melihat pintu terbuka dan memunculkan seorang gadis manis yang sangat ia kenal.Nama gadis itu Mutia. Dan Ervin selalu memanggilnya Mumut. Karena Mutia punya tubuh yang imut dan membuatnya gemas.Sebenxsarnya normal jika untuk gadis seusia Mutia, hanya saja Mutia tetap imut dimata Ervin."Ervin?" sapa Mutia sambil tersenyum lebar."Hai.. Mana om Akbar?" tanya Ervin tanpa basa-basi."Ya ampun, lo baru nyampe tapi nanyanya papi. Tanyain gue kek.." sungut Mutia ya
Tetesan embun yang berjatuhan dari helaian daun seolah sudah merindukan tanah, namun apalah daya saat tanah menyambut, embun hilang seketika.Begitulah suasana yang bisa Rena istilahkan untuk dirinya saat ini. Pasalnya setelah seminggu penuh ia kebingungan dengan keberadaan Ervin yang menghilang, bahkan papinya sudah mengembalikan mobilnya, ia pun akhirnya menemukan titik terang.Ervin tengah mengelola perusahaan mendiang ayah pria tersebut. Dan dirinya tak dikabari sedikitpun.Rena menatap kunci mobilnya yang terletak di atas nakas tempat tidurnya. Kunci itulah menjadi awal mula Ervin menjadi penjaganya. Dan kunci itu pula sekarang yang memisahkan dirinya dengan Ervin.Helaan nafas berat kini terdengar. Rena merasakan dadanya sedikit sesak. Entah kenapa ia seperti dipermainkan oleh keluarganya dan Ervin.Saat ia ingin bebas, ia dikekang dan kunci mobilnya ditahan. Lalu Ervin datang menjadi penjaganya, namun setelah hati dan dirinya nyaman de
Sore ini Rena baru saja pulang dari jalan-jalan bersama Ervin. Ia pergi dengan kekasihnya itu dari pagi. Dan perjalanan mereka sungguh menyenangkan.Sesuai janji Ervin pada mami Mirna tadi, ia akan mengantar Rena kembali pulang sesuai jam yang disebutkan. Sebenarnya Rena belum puas menghabiskan liburnya dengan Ervin ,tapi mau bagaimana lagi, ia belum mendapat lampu hijau dari mami dan papinya.Oh tidak, mungkin jika untuk papi, ia sudah mendapatkan angin segar. Namun untuk maminya, ia belum diberi angin segar. Apalagi Gilang yang kemaren ini berhasil mengorek kabar tersebut darinya.Rena keluar dari mobil Ervin. Diikuti oleh Ervin juga. Saat Rena membuka pintu rumahnya, ternyata terkunci.Rena mencoba mengetuk. Dan tak berapa lama, seseorang yang selama ini tak pernah ia lihat keberadaannya mendadak berdiri di hadapannya."Gilang?" Ervin terkejut melihat keberadaan Gilang di depannya
Siang ini Rena baru saja menginjakkan kakinya di halaman kantor milik Ervin. Ia merasa suntuk setelah setengah hari berdiam tanpa kepastian di kampusnya.Ini bukan kali pertamanya Rena ke ke kantor Ervin, namun untuk pertama kalinya ia melihat Ervin bisa tersenyum manis dengan seorang gadis yang tak ia kenal.Ya. Ia kini sedang menatap Ervin yang baru saja keluar dari lift bersama seorang gadis cantik yang sepertinya sebaya dengan Ervin.Rena menatap panjang kekasihnya tersebut. ia melipat kedua tangannya di dada lalu menghentakkan sepatu sebelah kanannya ke tanah.mencoba untuk tak kesal, dengan santainya Rena mendekat lalu berdehem memberi intruksi pada dua sejoli yang sedang bersenda gurau."Wuiiihh, pacar baru lagi? cepat banget dapat pacar.." ucap Rena yang langsung membuat Ervin terkejut.keberadaan Rena dikantornya membuat pria itu bingung. bukannya Rena di kampus? perasaan ia mengantarkan kekasihnya ini tadi ke kampus."Rena?
"Ervin!" Mutia berlari kecil mengejar sepupunya tersebut.Ervin yang tadinya ingin memasuki lift menuju ruangan kerjanya ,seketika menghentikan langkah saat ia mendengar Mutia memanggilnya.Ia melirik ke belakang dan tersenyum seketika."Pagi.." Sapa Ervin.Mutia tersenyum manis, "Pagi juga. Tumben pak bos datangnya kepagian begini.." ucap Mutia dengan nada sindiran bercanda.Tak!Ervin menjitak kepala Mutia pelan, "Berani sama boss sendiri ya?" ucapnya lalu tersenyum.Melihat perlakuan Ervin padanya, Mutia seketika dirundung perasaan yang tak menentu. Sejak lama ia berpikir tentang apa yang terjadi padanya sejak ia kenal dengan Ervin.Bisa dikatakan, pertemuannya dengan Ervin dimulai sejak ia berusia tiga belas tahun dan keanehan itu muncul saat itu juga. Ervin selalu memperlakukannya lembut walaupun dirinya selalu bar bar pada Ervin.Mutia menatap Ervin secara diam-diam. Ia melangkah mengikuti Ervin yang ma
Suasana tepian sungai yang sejuk dimana bunyi aliran air sungai mengisi gendang telinga Rena. Berpijak pada bebatuan sungai yang dialiri air yang begitu dingin membuat suasana hati Rena membaik.Di rerumputan daratan sungai ada Ervin yang saat ini tengah membentangkan tikar dan menyusun makanan yang tadi mereka bawa dari rumah.Piknik.Itulah yang saat ini mereka lakukan. Jauh dari hiruk pikuk kota, polusi udara dan kemacetan. Setelah aksi lamaran mendadak yang Ervin lakukan dan Rena menerimanya, mereka sudah seperti pasangan ABG yang dimabuk cinta.Padahal mereka berdua belum mengatakan sedikitpun status mereka pada ke dua orang tua masing-masing."Yank, udah jadi ini..!" teriak Ervin pada Rena yang masih betah menikmati suara air.Rena melirik ke belakang, ia langsung berlari mendekati Ervin dan duduk di samping kekasihnya tersebut.Ia mencomot satu potong kentag goreng dn meletakkan di ujung bibirnya.Ia me
Menyebalkan. Itulah satu kata yang bisa Rena ungkapkan untuk kekasihnya Ervin yang kini sedang duduk di kursi singgasananya.Ya.Rena saat ini berada di kantor Ervin. Setelah aksi kiss mark yang Ervin berikan padanya di mobil tadi, ia jadi tak bisa ke kampus lantaran posisi tanda itu ada di tempat terbuka di lehernya.Ingin rasanya ia mencekik Ervin namun ia tak ingin dijebloskan ke penjara.Lagi-lagi helaan nafas Rena mengganggu gendang telinga Ervin. Pria itu akhirnya memutuskan berhenti dari kerjanya sejenak."Kenapa lagi?" tanya Ervin gemas.Rena melirik kekasihnya itu dengan tatapan kesal, "bosan.." jawab Rena tegas."Yang minta ke sini kan kamu.."Rena menatap Ervin tajam, "Gara-gara kamu aku ke sini. Harusnya kan sekarang di kampus.." rutuk Rena.Ervin tersenyum geli. Ia berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati Rena
Renata berjalan menuruni tangga dengan raut wajah yang begitu cerah. Berjalan menghampiri meja makan di sudah diisi oleh mami dan papinya."Pagi papi sayang, pagi mami sayang.." serunya dengan sumringah.Tak menjawab sapaan Rena, Imran dan Mirna justru melongo menatap sang anak yang turun dari kamar sudah terlihat aneh."Kamu sakit?" tanya Mirna bingung.Renata menggeleng, "Nggak. Rena sehat kok Mi..""Kok senyum-senyum gitu. Kenapa? Ada kabar baik apa?" Mirna terlihat begitu penasaran.Renata menatap maminya sekilas lalu berpindah menatap papinya yang ternyata juga sedang menantikan jawaban dari pertanyaan mami."Rena punya pacar.." ucap Rena cepat dan pelan, namun masih terdengar oleh Mirna dan Imran."Waaaww, ternyata lagi jatuh cinta tooohh. Pantesaaan. Sama siapa?"Mirna berjalan mendekati sang anak dan duduk di kursi meja makan di sebelah Rena."Ih mami kepo..""Lhah? Nggak mau dikasih tahu nih? Percu
"Mau makan apa?" tanya Ervin pada Rena sambil menarik satu buku menu dari dua buku menu yang di sediakan cafe di atas meja. Ia membuka buku tersebut lalu melihat susunan menu yang menurutnya menggugah selera.Rena mengikuti apa yang Ervin lakukan, "Hmmm,.." gumamnya sambil melirik satu persatu menu yang tertulis di kertas tersebut.Ervin memanggil pelayan cafe sambil menunggu Rena memilih."Iya, mau pesan apa mas dan mbaknya?""Ayam kremes sambal terasi satu, oh ya mbak, tadi di pintu masuk saya lihat ada promo tingkat level sambal terasi ya?"Ervin langsung mengernyitkan matanya menatap Rena."Oh iya mbak. Kita lagi uji coba menu baru. Tingkat kepedasan sambal terasinya. Jadi promo ini akan berlaku sampai satu bulan ke depan. Kakak berminat?" jawab Pelayan tersebut.Rena mengangguk, "Kalau boleh tahu, tingkatannya sampai berapa?""Sampai
Rena keluar dari gudang disusul oleh Ervin. Pria itu tertawa melihat tingkah bodoh Rena. Melihat langkah Rena yang menunduk dan berjalan cepat membuat Ervin senyum-senyum sendiri.Ia yakin Rena malu karena ciuman panas mereka tadi. Tapi Rena penuh kejutan."Ren, tungguin pacar dong.. Duluan aja.." teriak Ervin."Ervin gila!" batin Rena. Sejak kapan mereka pacaran."Sayang! Tungguin dong!"Ervin berteriak keras membuat orang yang ada di sekitar langsung melirik ke arah mereka.Rena tak tahan lagi, ia berlari menuju parkiran dan langsung menghampiri mobil Ervin.Ia membuka pintunya namun terkunci. Ia segera melihat Ervin dan memberi kode untuk dibuka, namun Ervin justru tak mengindahkan. Ia berjalan mendekati Rena,"Bukain!!" perintah Rena.Ervin menggeleng, "Jadian dulu..!" pintanya mengucap syarat."Apaan
Kupikir gadis cantik itu bahagia. Kupikir kehidupannya penuh cinta. Namum ternyata pikiranku semua salah. Kini kulihat bahu kecil itu semakin rapuh.*****Ervin berdiri di belakang Rena saat gadis itu masih betah diam dari keterkejutannya. Rena bahkan tak berbalik arah menatap siapa yang tengah berdiri di belakangnya.Saat ini yang Rena rasakan adalah, suara itu begitu mirip dengan suara pria yang ia rindukan. Pria yang sudah tak menghubunginya lagi. Pria yang membuatnya uring-uringan."Kau tak ingin melihatku?" tanya Ervin lagi.Namun Rena tetap betah diam.Ervin menghela nafas panjang. Ia berjalan mendekati Rena dan duduk di samping gadis tersebut, "Kau tak merindukanku?" tanya Ervin lembut.Rena menggeleng. Menggeleng kuat, namun tak melihat Ervin sama sekali.Ervin mengangguk pelan, "Baiklah! Sepertinya aku salah menyusulmu ke sini. Padahal aku merindukanmu.."Deg!Rena menegakkan kepalanya lalu me