Ryan mengerutkan kening sambil melirik ke kamar tidur. Lalu dia berjalan ke balkon untuk menjawab telepon.Dia berkata, “Jika ini masih mengenai Keluarga Handoyo, sebaiknya kamu tidak perlu meneleponku.”“Kak Ryan!”Linda sangat gelisah, “Aku sangat mencintai Husein. Aku ingin menikah dengannya di seumur hidupku.”“Tapi pria itu sudah punya istri, apakah kamu ingin menjadi simpanannya?”“Kak, aku belum memberitahumu bahwa dia akan menceraikan wanita itu. Dulu, dia tidak punya pilihan lain selain menikahinya. Lagi pula, Husein sebenarnya tidak mencintai wanita itu. Bahkan wanita itu berasal dari latar belakang miskin dan tidak setara dengan keluarga Husein. Dia tidak berasal dari kelas yang sama.”Ryan mengerutkan kening, “Apakah kamu lupa kalau kamu juga seorang anak yang kami adopsi dari panti asuhan?”Setelah Linda mendengar ucapan Ryan, ekspresi wajahnya langsung memerah dan menjawab, “Aku sekarang sudah menjadi bagian dari Keluarga Syailendra jadi aku berbeda dengan wanita itu. Kak
Ekspresi Sita tetap tenang, “Ini adalah pilihanku sendiri. Terima kasih sudah peduli denganku.”“Siapa yang peduli denganmu?”Wendy berbalik dan melihat seorang wanita muda berjalan masuk, dia langsung menyapanya dengan senyuman, “Nona Sandi, akhirnya kamu datang juga. Aku sudah menyiapkan semua gambar desain untukmu.”Sandi masuk dengan angkuh membawa tas Hermes dan dari atas sampai bawah barang bermerek. Dia langsung menatap ke arah Sita di seberangnya, “Ckckck, apakah kamu dipecat?”Sita mengabaikan Sandi.Wendy di sebelahnya dengan cepat berkata, “Dia sedang bersiap untuk sekolah melanjutkan kelasnya. Bukankah sebelumnya dia mengambil cuti selama dua tahun?”Sandi mengetahui tentang hal ini. Bibinya yang memaksa Sita mengambil cuti sekolah untuk merawat seluruh keluarga Handoyo, kemudian memiliki seorang anak.Sandi memainkan kukunya yang baru saja dicat, “Ckckck, tapi Sita dengan pengalamanmu, tidak perlu lulus kuliah juga bisa kerja. Mengapa harus membuang-buang waktu dua tahun u
Husein menatap lampu yang berkedip-kedip di ruang operasi dan dia menjawab dengan dingin, “Aku tidak tahu.”Sita teringat oleh ucapan Husein sebelumnya bahwa kesehatan nenek sedang menurun, dan sekarang hatinya penuh dengan kecemasan.Dia sedikit kesal, “Kapan nenek bisa menjalani operasi? Kenapa kita masih menundanya?”Pria itu menundukkan pandangannya, “Kamu bertanya padaku? Apakah kamu tidak tahu alasan Nenek menolak untuk dioperasi?”Sita memejamkan matanya dengan berat, “Apakah kamu tidak bisa memikirkan cara lain?”Husein berbicara dengan sinis, “Kamu mau aku melakukan apa? Membuatmu hamil?”Sita menurunkan kelopak matanya dan melirik perutnya tanpa mengatakan apa pun.Dia tidak yakin untuk memberitahu Nenek tentang kehamilannya agar dia setuju untuk dioperasi.Dia benar-benar tidak ingin Nenek kesakitan!Ibu Handoyo, di sebelahnya segera angkat bicara, “Sita, jangan bermimpi. Kamu tidak pantas melahirkan pewaris Keluarga Handoyo.”Sandi di sampingnya ikut mengompori, “Benar, Sit
Husein memasang wajah tegas, “Aku tidak akan berbohong pada nenek.”Dia menatap sekretarisnya, “Apakah kamu sudah menemukan dokter yang aku minta?”“Saya sudah menemukan dokter yang sangat berpengalaman di bidang ini. Dia juga bersedia untuk datang dan melakukan operasi pada nenek Anda.”“Bagus. Kamu atur semuanya dengan baik dan minta dia untuk segera datang.”Kedua wanita di sebelah Husein saling melirik, Sandi tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara, “Kak, bukankah kamu meminta saudara Linda yang datang untuk mengoperasi nenek? Kudengar dia adalah dokter terbaik.”“Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.”Husein tidak pernah menghadapi masalah tanpa rencana.Sandi berpikir itu tidak terlalu bagus. Jika seperti itu, apa yang harus Kak Linda lakukan?Tidak, dia harus segera memberitahu Linda tentang masalah ini.——Sita terjaga sepanjang malam di rumah, menyentuh perutnya dan tidak dapat mengambil keputusan.Akhirnya, dia menelepon sepupu kelimanya, Reyhan. Reyhan langsung menj
Wajah Husein tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan, “Apa menurutmu perceraian dapat menyelesaikan masalah?”“Demi nenek, aku akan membujuknya untuk menjalani operasi.”Pria itu menyipitkan matanya, “Apa yang kamu gunakan untuk membujuknya?”Sita terdiam sejenak, “Tidak perlu kamu tanya.”Saat ini pintu bangsal terbuka dan Ibu Lisa keluar, “Nyonya Sita, nenek memintamu dan Husein masuk. Ada yang ingin nenek sampaikan pada kalian.”Linda yang berdiri di sampingnya berkata sambil tersenyum, “Aku juga datang secara khusus untuk menjenguk Nenek.”Nada Ibu Lisa tidak ramah, “Maaf, nenek tidak ingin bertemu denganmu.”Wajah Linda membatu, dia hanya bisa berdiri di luar dengan perasaan tidak senang. Dia melihat Husein dengan Sita masuk ke bangsal rumah sakit, matanya penuh dengan tatapan dingin.Sita berjalan masuk ke bangsal, dia merasa Linda sedang menatapnya.Tapi dia tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain sekarang. Dia melangkah maju dan meraih tangan nenek yang terasa sedikit le
Linda mengikuti Wulan dari belakang dan melihat Sita duduk di sana, tatapan Linda sangat tajam.Sita merasakan tatapan Linda, namun dia tidak memiliki energi untuk memperhatikannya sekarang. Ibu mertuanya, Wulan segera berkata padanya tanpa ragu, “Sita berdirilah, biarkan Nona Linda duduk. Dia adalah tamu terhormat!”“Silakan!”“Tidak perlu.”Sita spontan ingin berdiri, tapi ditarik kembali oleh neneknya, dan suara Husein terdengar di telinganya. Wulan segera berkata, “Nak, apa yang kamu lakukan? Apa masalahnya? Lagipula Sita kuat untuk berdiri sebentar, Linda sudah datang secara khusus malah kamu tidak memberinya tempat duduk. kursi untuk duduk? Bukankah akan menjadi lelucon jika hal ini tersebar?”Linda berkata dengan munafik, “Bibi, tidak apa-apa, aku berdiri saja.”Nenek mendengus dengan dingin, “Sekarang berbeda, Sita sedang hamil jadi dia perlu duduk. Bukankah akanPerkataan itu seperti petir yang langsung menyambar.Linda sepenuhnya tertegun.Ibu mertua, Wulan juga melebarkan m
Saat itu, terlihat dari matanya, Sita berharap sesuatu.Husein juga melihat Sita yang tersandung, pupil matanya sehitam tinta. Jauh di lubuk hatinya ada sedikit rasa kurang percaya diri, namun masih tersisa harapan.Tatapan inilah yang langsung meluluhkan hati Husein.Pria itu melangkah maju meraih tangan Sita dan menopang tubuhnya.Sita mengira dirinya pasti akan jatuh ke lantai kali ini, dan dia sudah siap secara mental. Lagi pula, antara dia dan Linda, sudah jelas siapa yang akan Husein pilih!Tapi dia tidak menyangka Husein memilih dirinya kali ini!Sita bersandar di lengan pria itu dan menatapnya dengan tidak percaya. Jantungnya berdegup kencang dan merasa sedikit gugup.Jika Sita terjatuh, dia tidak dapat membayangkan bagaimana jika dirinya keguguran.Saat ini, suara sedih tidak terima Linda terdengar, “Husein!”Sita baru menoleh dan melihat Linda masih duduk di lantai. Matanya memerah dan memancarkan ekspresi sedih seperti akan menangis. Sita mengedipkan matanya, bagaimanapun ju
Bagaimana jika sampai Husein menyingkirkan anak ini?Bim. Mobil mewah itu berhenti di pinggir jalan dan membunyikan klaksonnya.Sita menyadari bahwa ini adalah mobil Husein. Dia melihat jendela mobil diturunkan, pria itu duduk di sebelah sopir. Wajahnya yang tampan tersembunyi di dalam mobil. Matanya yang sipit itu tajam dan memikat.Husein berkata ringan, “Masuk.”Sita sebenarnya sama sekali tidak ingin masuk ke dalam mobil, tetapi nada bicara pria itu jelas tidak memberinya kesempatan untuk menolak.Dia menyadari banyak orang yang melihat ke arahnya, jadi dia membungkuk masuk ke dalam mobil.Pintu mobil tertutup, mengisolasi semua yang ada di luar.Sita duduk bersandar di pintu mobil, meski demikian, tidak dapat disangkal dia masih bisa merasakan keberadaan pria yang tangguh di sampingnya.Sita menahan napasnya dan tetap diam, seolah menunggu keputusan akhir Husein.Setelah beberapa saat, suara Husein yang dalam dan dingin terdengar, “Apakah kamu sangat menyayangi anak itu?”Sita men
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka