Ketika Sita melihat Husein, dia tiba-tiba merasa bahwa dunia ini begitu sempit. Dia bisa selalu bertemu dengannya.Husein berdiri dengan tegap dan mantap di tengah-tengah kerumunan orang.Tetapi ketika dia melihat Sita dengan seorang pria, langkah kakinya sesaat terasa berat dan menatap Sita dalam-dalam.Sebagai bos, ketika Husein melihat ke tempat tertentu, maka yang lainnya juga mengikuti tatapannya.Bibir tipis pria itu mengerut dingin membentuk sebuah garis. Sejujurnya, cukup mengejutkan melihat Sita di sana.Tetapi hal yang lebih mengejutkan lagi adalah melihat Sita makan disana bersama pria asing.Tatapannya seketika padam. Ketika dia melihat kehadiran seorang pria di samping Sita, suasana hati Husein selalu menjadi sangat buruk.Suasana di lobby pun menjadi sedikit aneh.Sita tidak menyangka akan bertemu pria anjing itu di sana. Dia mengabaikan Husein dan berbalik untuk menatap Zidan, “Ayo pergi.”Zidan spontan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Setidaknya Sita pasti
Jika kakak-kakaknya yang lain tahu tentang hal itu, dia mungkin tidak akan bisa menghentikannya.Saat dia hendak menjawab, dia tiba-tiba melihat bayangan pada botol anggur merah di sebelahnya. Bukankah pria di belakang yang berdiri pada ambang pintu itu adalah Husein?Jadi secara kebetulan, ruang privat tempat dia makan berada tepat di sebelahnya?Sudah berapa lama pria anjing itu berdiri di sana?Sita ragu-ragu sejenak, dan dia menatap Zidan di depannya, “Karena ini bukan anaknya.”Setelah mendengar jawaban itu, mata Zidan tampak menunjukkan keterkejutan. Dia tidak begitu percaya dengan apa yang Sita katakan.Seusai berbicara demikian, Sita terus memperhatikan bayangan pada botol anggur merah dari sudut matanya.Tidak lama kemudian, pria itu berbalik dan kembali ke ruangan.Sita menghela napas lega. Dia tidak ingin Husein tahu bahwa anak itu adalah anaknya. Karena dia ingin membawa anak itu pergi.Di tengah-tengah makan, Ryan akhirnya terlambat datang.“Kak, aku sudah memesan nasi gor
Dua pria itu bertemu di koridor. Yang satu pembawaannya dingin dan dewasa, sedangkan yang lainnya dingin dan kaku.Suasananya tampak sangat tenang.Ketika keduanya berpapasan, Husein tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, “Kamu tidak pantas untuknya.”Zidan mengangkat sudut bibirnya, “Sebagai mantan suami, kamu terlalu ikut campur.”“Berhenti!”Husein berbalik dengan tatapan dingin, “Ini adalah peringatan. Selain itu, keluargamu tidak akan bisa menerima anak di dalam perutnya. Dia sangat keras kepala dan pasti dia akan mempertahankan anak itu.”“Tidak, keluargaku akan menerima anak di dalam kandungannya dengan senang hati. Sebab aku tidak subur, dan aku tidak akan pernah memiliki anak. Jika aku menikahinya, maka aku akan mendapatkan dua-duanya, istri dan juga anak, terlebih itu anak kembar. Bukankah ibuku akan sangat bahagia?”Setelah Zidan melontarkan kalimat itu dengan tenang, dia berbalik dan berjalan menuju kamar mandi.Husein berdiri di tempatnya, seluruh wajahnya hampir dis
Sungguh, pikiran Sita kacau di saat penting!Tidak lama kemudian, dia sepertinya mendengar bel pintu rumah berbunyi.Sita seketika duduk dengan terkejut, Husein tidak mungkin datang, kan?Setelah memikirkannya dengan matang, dirinya pasti salah dengar. Bagaimana mungkin Husein datang menemuinya!Tetapi suara bel pintu berbunyi lagi.Pertamanya Sita membuka pintu kamar tidur dan melihat bibinya berjalan ke pintu masuk rumah, “Sudah larut malam begini, siapa yang membunyikan bel pintu?”“Bibi…”Awalnya Sita bermaksud untuk menghentikan Bibinya, tetapi sudah terlambat.Pintu terbuka dan dia melihat Husein berdiri di luar. Pria itu mengenakan pakaian kasual abu-abu, tidak memperlihatkan sikap serius dan dingin seperti saat mengenakan setelan jas di siang hari, sedikit lebih fresh.Ekspresi Sita canggung dan cuek, pria anjing itu benar-benar datang!Ketika Bibi melihat Husein, ekspresinya terkejut, “Sita, mengapa dia ke sini?”Husein berdiri di depan pintu dan menjawab dengan sopan, “Nenek
Setelah menghabiskan kudapannya, Sita meminum sedikit air dan dia menyadari bahwa Husein terus memperhatikan dirinya.Mata sipit pria itu menatapnya lekat-lekat.Dia tetap tidak berbicara. Wajahnya yang tampan dan menawan tampak lebih jelas di bawah cahaya.Tatapannya membuat Sita sedikit tidak bisa bertahan, sehingga dia menurunkan kelopak matanya, “Tuan Husein, sudah larut malam. Silakan pulang.”Sita memerintahkan untuk dia pulang tanpa memandangnya sedikit pun.Ekspresinya juga datar. Bagaimanapun, mereka sekarang sudah bercerai, jadi Sita tidak peduli, itu bukan urusannya.Husein akhirnya beranjak dari sofa. Tubuhnya berdiri di bawah lampu, sehingga bayangannya membentang panjang.Ruang yang awalnya tidak luas itu terasa sempit karena tubuhnya yang tinggi. Dia juga menghalangi cahaya di depannya.Bayangannya menutupi Sita di depannya, ekspresinya memikat.Napas Sita sedikit tercekat, bagaimanapun juga, dia belum pernah melihat ekspresi Husein seperti itu sebelumnya. Setidaknya saa
“Bibi, jangan bicarakan itu lagi.”Sita tiba-tiba menyela perkataan Bibi, “Aku sudah memutuskan untuk kembali tinggal dengan kakak-kakakku di Manado, dan tidak akan mempertimbangkan untuk menikah lagi.”“Oh, baiklah. Aku menghormati pilihanmu. Hanya saja perempuan berbeda dengan laki-laki, pernikahan kedua tidak akan pernah sebaik pernikahan pertama. Sebenarnya, Tuan Husein memiliki kondisi perekonomian yang baik, dan aku mengatakan ini juga demi kebaikanmu.”Seusai berbicara demikian, Bibi kembali ke kamar untuk beristirahat.Sita mengetahui maksud Bibinya, dan bagaimanapun, berdasarkan konsep tradisional di zaman Bibinya, perempuan yang telah bercerai tidak akan menikah lagi dengan baik. Jadi, lebih baik dia kembali dan menjadi Nona Muda Keluarga Handoyo.Namun Bibi tidak tahu jika kakaknya adalah Keluarga Syailendra, orang kaya dari Manado.Bibi juga tidak tahu jika dalam perut Sita mengandung anak Husein. Dia mengelus perutnya sendiri, tatapannya sangat tegas. Dia tahu jika Husein
Setelah selesai ujian, Sita meninggalkan ruang kelas dengan kelelahan. Dia benar-benar fokus pada ujian seharian ini, dan sekarang dia merasa kelelahan.Apalagi sekarang dia sedang hamil, dan duduk dalam waktu yang lama terasa sangat tidak nyaman. Untungnya, usia kehamilannya belum terlalu tua sekarang. Jadi dia bisa bertahan.“Sita.”Ryan dan Boni dengan cepat berjalan ke sisinya, Ryan menopang lengannya, “Apakah kamu baik-baik saja? Kamu harus segera memberitahuku di bagian mana yang kamu merasa tidak nyaman.”“Aku baik-baik saja, aku hanya sedikit lelah dan lapar.”Sita tahu jika Ryan ingin menanyakan apakah ada masalah dengan perutnya. Sepertinya kali ini si kecil di dalam perutnya tahu jika ibunya sedang menghadapi ujian yang penting, jadi hari ini mereka bersikap baik dan tidak terlalu rewel.Boni seketika menghela napas lega, “Karena Sita sudah menyelesaikan ujian, ayo kita makan. Kita akan makan enak malam ini.”“Baiklah.”Sita mengikuti kakak-kakaknya keluar sekolah dan melih
Bibir Husein mengerut dingin, “Apa maksudmu?”“Sekarang Sita adalah putri Keluarga Syailendra, orang kaya di Manado, dengan enam kakak laki-laki yang mendukungnya. Dia tidak kekurangan apa pun sekarang. Menurutmu, apa yang bisa kamu lakukan untuk mendapatkannya kembali? Alasan apa yang membuatnya berubah pikiran?”Husein mengerutkan kening, “Bahkan jika dia belum menemukan keluarganya, dia bukan perempuan yang materialistis.”Sebelumnya, Husein selalu salah paham padanya.“Aku tahu, tapi sekarang dia adalah putri dari Keluarga Syailendra. Jika kamu ingin dia berubah pikiran, hanya ada satu cara.”Husein mendongak dan menoleh, tatapannya menunjukkan semacam ketidaksabaran.Gilang mengumpulkan keberanian untuk menjawab, “Dengan ketulusanmu.”“Ketulusan?”Husein bersandar di sofa, terlihat lesu dan berbahaya, “Menurutmu apakah orang-orang seperti kita memiliki ketulusan?”“Hmm. Jadi, jika kamu tidak mencintai Sita dan tidak mencurahkan isi hatimu kepadanya, mungkin akan cukup sulit untuk
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka