Share

Bab 5

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2023-01-19 15:33:36

 

 

Di dalam sana perempuan itu masih menangis kadang sekali menjerit.

 

"Kalau kamu sudah masuk ke sini maka tidak bisa keluar lagi, selamanya kamu harus di sini, mengerti!" Pria itu terdengar membentak.

 

"Walaupun aku anak jalanan tapi aku punya harga diri, silakan bunuh aku dari pada seperti ini!"

 

"Oh begitu ya kamu nantang saya!"

 

"Ya saya tidak takut!"

 

Setelah itu terdengar bunyi pecutan disusul suara jeritan yang memilukan, jiwa kemanusiaanku meronta ingin menolongnya, tapi bagaimana?

 

Aku yakin mereka orang-orang kepercayaan Ilyas dan Erina, jika mereka melihatku maka aku langsung habis saat itu juga, belum nasib Nining sudah pasti tak lebih baik setelah ini.

 

"Gimana ini, Ning?" bisikku dengan suara sangat pelan.

 

"Kita pulang saja, Bu, setidaknya kita sudah tahu ini tempat apa."

 

Aku mengangguk.

 

Tetapi, tiba-tiba saja terlihat cahaya senter dan terdengar langkah kaki, mereka semakin mendekat.

 

"Ngumpet, Bu."

 

Beruntung di sekitar sini ada tempat sampah yang berjejer, kami berdua terpaksa sembunyi di balik benda yang menimbulkan bau busuk ini.

 

Orang-orang itu mendekat bahkan kini suaranya mulai terdengar.

 

"Apes banget malam ini cuma dijatah sebungkus berdua."

 

"Bener, padahal malam ini yang sold out banyak ya."

 

Aku berusaha menahan napas agar embusan napas ini tak terdengar, serta sekuat tenaga menahan aroma bau busuk yang begitu menyengat.

 

Setelah orang-orang tadi pergi aku pun bergegas pergi sambil memanjat tembok yang tadi lalu kembali ke penginapan.

 

Tubuhku rasanya lelah sekali malam ini, perut pun terasa mual karena aroma sampah tadi masih menempel di badan.

 

"Ning, kayaknya Mas Ilyas dan Erina buka rumah bordir atau semacam perd*g*Ngan manusia."

 

"Sepertinya begitu, Bu."

 

Tak habis fikir, selama dua tahun berumah tangga dengannya dulu Mas Ilyas tipe orang yang taat pada Tuhan, kenapa sekarang ia membuka usaha dengan kemaksiatan?

 

Lagi pula perusahaan ayahnya dulu berkembang pesat, kenapa ia malah membuka bisnis haram itu? Lalu perusahaannya ke mana?

 

Tatapanku kini beralih pada Nining yang sedang melamun.

 

"Ning, apa kamu tahu nasib perusahaan Multiguna group?"

 

"Perusahaan almarhum Pak Herman?" tanya Nining

 

Aku mengangguk menjawab pertanyaannya

 

"Sudah di jual sama Tuan Ilyas, sudah lama, Bu."

 

Aku benar-benar pening memikirkan hal ini, tak habis pikir jika Mas Ilyas sekotor itu.

 

Tapi itu bukan urusanku lagi, sekarang aku harus pokus mencari Delia.

 

"Aku harus cari Delia ke mana lagi, Ning?" tanyaku putus asa.

 

"Sabar, Bu, saya akan bantu temukan Delia, jangan menyerah Ibu harus semangat."

 

"Apa kamu ga tahu sama sekali tentang kehidupan Mas Ilyas dan Erina, Ning? Misal usaha mereka atau kegiatan setiap harinya?"

 

Aneh sekali, padahal Nining setiap hari bersama mereka, tetapi kenapa ia bisa tak tahu apa-apa?

 

"Engga, Bu, saya 'kan cuma pembantu, interaksi kami itu ya cuma sekitar pekerjaan saya aja, saya dengar perusahaan almarhum Pak Herman dijual pun itu ga sengaja denger."

 

"Saya juga bertemu terakhir sama Non Delia ketika dia lulus SMA, setelah itu saya ga tahu lagi dia di bawa ke mana, lagi pula dahulu Non Delia orangnya sangat tertutup."

 

Aku berdecak, hampir merasa putus asa.

 

"Kalau soal kakak saya Lastri? Kamu juga ga tahu?" 

 

Nining menggelengkan kepala.

 

"Engga, Bu, selama ini saya fokus kerja dan ga banyak mencari tahu kehidupan Ilyas dan Erina."

 

"Kita tidur saja, Ning, sudah malam."

 

Aku benar-benar lelah memikirkan hal ini.

 

Pukul lima subuh kami kembali pulang, Nining ke rumahnya sementara aku ke kosan putrinya.

 

Sebenarnya aku sungkan tinggal di sana, tapi putrinya Nining itu melarangku pergi dengan alasan ia tak punya teman tinggal di sini.

 

Pukul delapan pagi Nining mengirimkan pesan ke ponsel android jadul milikku itu.

 

[Bu, Ilyas dan Erina pergi ke luar kota, pintu kamarnya ga dikunci, Ibu bisa ke sini siapa tahu dengan menggeledah isi kamarnya bisa menemukan petunjuk keberadaan Delia.]

 

Ide bagus.

 

[Baik, Ning, saya akan masuk lewat belakang]

 

Aku khawatir jika Mas Ilyas memasang cctv di halaman depan, dan kedatanganku akan terlihat olehnya.

 

Masuk ke kamar itu lewat jendela yang sudah dibuka oleh Nining terlebih dahulu, aku tak ingin gegabah masuk ke dalam karena takut ada CCTV tersembunyi.

 

Sebelumnya Nining sudah mengecek jika jalur yang kulalui itu tak ada kamera cctv.

 

Kamar terluas di rumah ini dahulu ditinggali olehku dan Mas Ilyas, sekarang tempat ini sudah berubah seratus persen, benar-benar indah dan nyaman.

 

Tempat yang pertama kutuju adalah lemari besar tiga pintu yang terbuat dari kayu jati, sayang sekali lemari itu terkunci.

 

Lalu aku menggeledah meja rias dengan cermin yang besar dihias lampu-lampu putih di pinggirnya, aku mulai membuka laci.

 

Di dalam sana ada beberapa perhiasan milik Erina, aku tak tertarik untuk mencurinya karena takut Nining yang disalahkan.

 

Mataku tertuju pada pada sebuah paspor yang tergeletak diantara perhiasan Erina, kubuka benda itu, Poto Mas Ilyas terpampang di sana.

 

Namun, aku heran mengapa nama yang tercetak bukan nama Mas Ilyas? Di paspor itu malah tertulis nama Ali Kusuma,  tetapi potonya memang betul Poto Mas Ilyas.

 

Apa maksud semua ini?

 

Related chapters

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 6

    Aku memotret paspor itu walaupun kamera ponsel ini cukup buram, dan aku harus beberapa kali memotret agar hasilnya terlihat jelas.Di kamar ini aku tak bisa menemukan apa-apa lagi karena semua lemari terkunci, dan sepertinya semua berkas ada di dalam lemari.Aku gegas menelpon Nining yang berjaga di luar rumah."Ning, kamu bisa tunjukkan kamar Delia di mana?""Kamar Non Delia? Ya udah bentar saya ke sana."Tak lama Nining masuk dan membawaku ke lorong sebelah kiri, tapi ternyata kamar ini terkunci."Saya akan cari kuncinya, sebentar." Nining melengos pergi lalu kembali membawa seikat kunci yang begitu banyak, dengan sangat terpaksa aku memasukkan satu persatu kunci tersebut.Kunci ke lima barulah pintu itu terbuka, kamar Delia terlihat rapi, saat masuk ke dalam aroma debu tercium, sepertinya sudah lama tak dibersihkan."Saya ke luar dulu, Ya, Bu. Kalau ada apa-apa saya akan telpon." Aku mengangguk.Tubuh ini sebenarnya lemas sekali, mengingat hanya dua tahun saja kebersamaan kami, ba

    Last Updated : 2023-01-19
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 7

    Dengan jemari bergetar aku terus melihat isi kotak keluar, sayang sekali menu SMS pada zaman dahulu tak seperti WhatsApp zaman sekarang yang tersusun rapi dari atas hingga bawah.[Sedih banget, Nay, padahal pengen banget kuliah]Aku menengadah rasanya tak sanggup membaca semuanya, Delia benar-benar tak bahagia hidup dengan papanya.Keterlaluan kamu, Mas! Sama sekali tak punya nurani pada anak sendiri, jika saja sekarang Delia kenapa-napa maka tanganku sendiri yang akan menghabisimu, Mas!Jemariku terus memencet tombol ponsel ini dengan pelan sambil membaca isi pesan-pesan Delia, ternyata yang lainnya tidak ada yang penting, ia hanya mengirim pesan pada teman dan guru di sekolahnya.Lalu aku beralih ke menu kotak masuk, di sana banyak sekali pesan dari teman Delia yang bernama Naya.[Saranku sih kamu kabur aja cari ibu kandung kamu, Del, aku ga bisa bantu banyak karena mau kuliah di luar negri, sorry ya][Papa kamu kok kejam banget ya, Del, apa dia papa tiri kamu]Dan masih banyak pesa

    Last Updated : 2023-02-07
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 8

    Tubuhku yang sudah lelah karena perjalanan jauh kini terasa semakin lunglai, air mata pun mulai bercucuran membayangkan penderitaan Delia yang mungkin sampai sekarang belum usai."Naya, selama ini Tante dipenjara, Tante ga pernah pergi dengan lelaki lain." Aku menjelaskan dengan suara serak bercampur tangisan.Wanita yang bernama Naya itu menatapku serius."Dipenjara?" gumamnya."Iya, Neng, Bu Mirna difitnah membunuh adiknya papa Delia, hingga dia dipenjara selama dua puluh tahun, dan sekarang dia sudah bebas."Naya tampak tercengang, ia pun menyuruhku untuk masuk ke rumahnya."Jadi, selama ini Tante ga pergi sama lelaki lain?" Naya menatapku dengan wajah serius dan kali ini aku sudah berada di ruang tamu rumahnya."Engga, Tante dipenjara, dan selama itu papanya Delia ga pernah bawa Delia jengukin Tante, jadi tolong, Nay, kamu bisa bantu Tante cari Delia 'kan?"Wanita yang sedang hamil besar itu menghela napas."Aku ga tahu di mana sekarang Delia, Tan, terakhir ketemu ya waktu itu, wa

    Last Updated : 2023-02-07
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 9

    Ponsel Kak Lastri kembali kuletakan di atas kasur, setelah itu air mataku tumpah membasahi pipi.Aku sangat yakin saat ini Delia pasti tak bahagia dengan pernikahannya, oh Tuhan kenapa sulit sekali menemukannya?Kupandangi wajah Kak Lastri yang sedang terpejam, kenapa pula ia tega kepadaku?Aku memang adik tirinya, dahulu ayahku menikah dengan dengan seorang wanita yang memiliki dua anak perempuan yaitu Erina dan Lastri.Sejak kecil Erina dan Lastri memang tak pernah menyukaiku, apapun akan mereka lakukan agar aku dimarahi ayah dan ibu.Namun, ibu tiriku teramat baik, walau aku anak tirinya ia tak pernah membedakan, jika marah pun takkan lama dan setelahnya pasti akan meminta maaf padaku.Selanjutnya aku masuk ke kamar yang sempat kutempati beberapa hari yang lalu, ternyata tas yang berisi baju-bajuku masih di sana, teronggok di bawah ranjang, hanya saja beberapa lembar uang milikku sudah tiada, pasti diambil oleh Kak Lastri.Aku mengambil tas itu lalu segera ke luar dari rumah Kak La

    Last Updated : 2023-02-07
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 10.A

    "Hei kenapa kamu mau menangkapku hah! Apa salahku!" Aku teriak sambil meronta.Kedua lelaki berbadan kekar itu kini berhasil mencekal lenganku dengan erat, bahkan kulitku terasa sakit oleh cengkramannya.Benar-benar menyebalkan! Kenapa aku tak hati -hati, karena terlanjur bahagia aku sampai lupa jika lelaki ini sudah pasti memiliki hubungan spesial dengan Ilyas dan Erina."Salah kamu adalah karena berkeliaran bebas di luar sana, bawa ke gudang belakang," titah lelaki itu.Aku diseret paksa oleh kedua lelaki ini, sedangkan lelaki yang diduga pernah menikahi Delia itu ke luar sambil menempelkan ponsel ke telinganya.Ada yang aneh, wanita bernama Merlin dan pembantunya itu seperti ketakutan melihatku diseret dua orang ini."Awas kalau berisik ya." Aku dilemparkan ke sebuah ruangan luas tapi kotor penuh debu, di sekitar sini sama sekali tak ada barang apapun.Beruntung ponselku masih ada di saku gamis, lalu menelpon Nining, tetapi wanita itu tidak mau mengangkatnya[Ning, tolong saya, say

    Last Updated : 2023-02-08
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 10.B

    .Satu hal lagi yang membuatku heran sekarang, tubuh mantan suamiku itu terlihat putih sekali, padahal dulu Mas Ilyas pemilik kulit sawo matang."Hei apa yang kamu lakukan, Mirna!" Ilyas meronta sekaligus ketakutan karena ujung pisau menyentuh tenggorokannya."Diam kalian semua, kalau mau dia selamat dari pisauku maka lepaskan aku, dan jika diantara kalian ada yang mencoba melawanku maka darah segar akan bercucuran dari lehernya, suamimu bisa mati, Erina." Aku menyeringai.Kedua pengawal suami Delia diperintahkan mundur oleh tuannya, mereka semua terlihat berpikir, karena aku tak main-main, selangkah saja mereka maju maka pisauku tak segan menggores batang leher Ilyas."Lepaskan suamiku, Mirna!" teriak Erina ketakutan, wajahnya terlihat merah padam."Ya sudah kalau begitu kamu biarkan aku pergi, dan satu lagi beritahu di mana keberadaan putriku!" teriakku tak kalah kencang."Ok aku akan beritahu tapi lepaskan dulu suamiku." Erina terlihat bernegosiasi.Perlahan dapat kulihat pengawal

    Last Updated : 2023-02-09
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 11.A

    "Hai, Tante." Seorang perempuan muda berpakaian mini masuk dan menyapaku, ia teramat cantik dari ujung kepala hingga kaki.Perempuan itu mendekat sambil tersenyum lalu melewatiku begitu saja, ternyata ia menghampiri salah satu wanita yang ada di balik jeruji sana."Katrina, sekarang giliran elu," ucap wanita itu."Ah siap, Mer, udah ok belum?""Udah, sana-sana kelamaan nunggu tar dia marah lagi," jawab wanita yang bernama Meri itu."Halaah kalau marah tinggal disumpel pakai ini." Ia membusungkan buah dadanya yang besar.Lalu perempuan yang bernama Katrina itu keluar dari ruangan ini, sementara yang bernama Meri menghampiriku."Ayo, Tante, tempat tidurmu di sana." Ia menunjuk sebuah jeruji besi yang kosong.Karena lelah aku pun mengikutinya lalu berbaring di kasur yang lumayan empuk ini, begitu juga wanita yang bernama Meri ia ikutan duduk di sampingku."Saya heran kenapa Bram bawa tante-tante ke sini? Biasanya 'kan bawa perawan, atau gadis yang udah ga perawan." Lalu perempuan berambu

    Last Updated : 2023-02-10
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 11.B

    Aku melirik ke sekeliling, para perempuan itu sedang berganti pakaian terburu-buru, lalu mereka keluar setelah lelaki tadi membuka gembok jeruji besi satu persatu."Kamu juga keluar! Sana ikutan dengan mereka," titah lelaki itu padaku.Aku pun terpaksa keluar karena ia memerintah dengan begitu garangnya.Saat keluar dari gedung yang sedikit berlumut ini mataku terpaku, ternyata tempat ini seperti di tengah hutan, banyak pepohonan besar menjulang tinggi, bahkan rumput liar pun terlihat hijau mengelilingi tempat ini.Suara kicau burung bersahutan, udara pun terasa sejuk dan bersih, tapi sayang ini bukan surga melainkan neraka dunia."Ayo cepat!" teriak lelaki yang sepertinya penjaga di tempat ini.Mungkin ada sepuluh orang penjaga yang membawa senapan panjang, tak hanya itu ternyata di ruangan sebelah pun keluar para perempuan muda, jika dihitung mungkin jumlah mereka ada dua puluh orang sedangkan yang tidur satu ruangan denganku berjumlah sekitar lima belas orang.Tak hanya itu pintu k

    Last Updated : 2023-02-11

Latest chapter

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Tamat

    "Apa kita harus masuk ke dalam?" tanyaku sambil menoleh.Nining mengangguk, lalu aku mengintip jendela bangunan itu ternyata tempat ini telah kosong."Lihat ini, Bu? Pintu bangunan ini sepertinya telah dirusak," ucap Nining.Ya benar, sepertinya pintu ini telah dirusak oleh para penghuni gedung ini lalu mereka kabur entah ke mana, karena saat membuka pintu dan berteriak tak ada satu orang pun yang datang dari dalam, bangunan ini telah kosong "Mungkin karena anak buah Bram dan Ali telah habis di hutan sana, Ning, makanya gadis-gadis di sini bisa melarikan diri.""Mungkin begitu, Bu, syukurlah semoga hidup mereka baik-baik saja di luar sana, Bu, mari kita pulang."Aku mengangguk lalu kembali naik ke atas motor, pulang dengan hati yang nyaman karena orang-orang yang telah menyakiti putriku telah lenyap dan menerima karma sesuai perbuatanya.*Satu bulan kemudian, aku beserta gadis-gadis malang ini berhasil membuka sebuah restoran khas Sunda, mereka mengelola usaha ini dengan baik sesuai

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 27

    "Mau apa kamu, Lastri?" Napasku terengah-engah menatap benda tajam itu hampir menyentuh tenggorokanku.Aku mundur satu langkah sedangkan Lastri maju dua langkah, jika aku berlari wanita ini pasti akan berbuat nekat dan saat itu juga mungkin nyawaku bisa melayang."Aku mau mengg*rok lehermu, karena kamu sudah berani-beraninya memb*nuh adikku!" bentaknya dengan mata membeliak hampir keluar dari tempatnya, sungguh mengerikan."Oh ya, tapi adikmu itu pantas mati, hidup juga percuma karena hanya akan menyengsarakan banyak orang." Kupegang tangannya yang memegang belati itu, hingga benda tajam itu sedikit menjauh, karena tenagaku lebih kuat hampir saja aku bisa membuat benda tajam itu menembus dadanya.Saat ini kami sedang adu kekuatan, saling mendorong belati untuk melukai tubuh kami."Kurang ajar kamu, Mirna! Kamu sudah melenyapkan mesin uangku!" teriaknya hingga ruangan tamu ini mengeluarkan gema."Adikmu yang kurang aj*r, dia sudah menjual putriku! Membuat hidup putriku seperti sampah!

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 26

    Langkah gadis itu pelan tapi tatapan matanya nampak menyeramkan, aku melirik Mas Ilyas yang sepertinya sedang ketakutan, tanganku gegas meraih lengan Frans agar mendekat."Ngapain kalian di sini?!" tanya gadis itu sedikit membentak, kini jarak kami hanya dua meter."Woww anak yatim piatu baru datang," sahut Delia yang baru turun dari lantai atas, putriku itu nampaknya baru selesai ganti baju.Monic melihat Delia seperti menatap musuh bebuyutan, mungkin saat masih tinggal bersama mereka sering bertengkar."Di mana mama sama papaku?!" teriak Monic dengan tatapan bengis."Apa mama papa?" Wajah Delia sengaja dibuat mengejek setelah itu ia tergelak dengan puas."Kur*ng ajar!" Kedua jemari Monic saling mengepal kuat."Hei, kalian harus tahu dia ini anaknya si Ali sama Erina, enak ya mereka punya anak gadis tapi malah menjual gadis-gadis tak berdosa," seru Delia lagi Jelas saja keenam gadis malang itu menatap Monic dengan nyalang, mungkin rasa benci terhadap Ali dan Erina tumbuh lagi di hat

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 25.B

    Kuraih bayi kurus tak berdosa itu lalu kupeluk Bram dengan erat, kasihan sekali mereka, hadir ke dunia tapi ibunya tak peduli sama sekali."Mereka cucu kita, Mas.""Sini, Nak," sahut Mas Ilyas meminta Frans untuk mendekat."Dia kakekmu, Frans, papanya ibu kamu."Mas Ilyas memeluk bocah kecil itu sambil menangis."Bu, sepertinya kita harus segera pergi dari sini, karena di rumah ini masih ada Nona Monic, Ibu ingat 'kan dia anaknya Erina?" tanya Nining.Ya, aku baru ingat jika Erina dan Ali memiliki anak gadis yang masih kuliah, apa yang harus kujelaskan padanya jika ada aku dan Mas Ilyas di rumah ini."Ning, apa gadis itu tahu kelakukan ibu dan ayahnya?" "Entahlah, Bu, saya ga tahu soal itu, tapi sekarang kalau menurut saya kita pergi dulu dari sini, lagian Tuan Ilyas juga harus ke dokter 'kan?""Ngapain pergi, kita ga boleh takut sama Monic, lagipula ini rumah Papa, dia yang harusnya pergi dari rumah ini, bukan kita," sahut Delia."Gadis itu dan keluarganya sudah menghancurkan keluar

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 25.A

    Kutatap wajah Nining yang samar karena penerangan lampu di ruangan ini tak begitu cerah."Iya, Bu, dia Tuan Ilyas." Nining menghampiri lelaki yang sedang duduk di kursi roda itu, mendorongnya lalu membawa pria itu ke hadapanku.Jarak kami hanya satu meter, dan terlihat jelas jika lelaki itu memang Mas Ilyas, hanya saja bibirnya terlihat miring, wajahnya pun sangat pucat serta tubuh yang kurus, ya Tuhan apa yang terjadi dengannya?"Papa, ini beneran Papa?" tanya Delia, beberapa detik kemudian ia langsung bertekuk lutut di hadapan ayahnya.Mas Ilyas hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, dari sorotan mata dapat kubaca jika ia sedang berbahagia sekaligus bersedih, karena matanya terlihat berkaca-kaca."Papaaa! Kenapa?! Kenapa Papa di sini?! Papa tahu selama ini si b*adab Ali sudah menghancurkan hidupku! haaaah! Hiks! Hiks!" Delia berteriak histeris Sementara Mas Ilyas tergugu walau bibirnya terlihat miring, mungkin ia terserang stroke. Aku pun bersedih melihat pemandangan ini hingg

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 24

    Aku menatap Nining dengan intens, ia terlihat serius menatapku, entah rahasia apa lagi yang ia sembunyikan yang jelas aku berharap rahasia itu tidak melukai siapapun."Bu, maafkan saya sebenarnya Pak Ilyas ....""Tante, ayo kita lanjutkan perjalanan takut keburu sore," sela Meri tiba-tiba mengehentikan ucapan Nining.Aku dan Nining menatap gadis itu bersamaan, tapi ia betul juga kami harus cepat sampai di kota karena bayi Delia harus segera mandi dan ganti pakaian.Namun, aku kebingungan harus pulang ke mana, ke rumah Mas Ilyas tak mungkin, ikut Nining pun tak enak karena selalu merepotkannya."Ya sudah kita lanjutkan sekarang, bilang teman-temanmu untuk bersiap," ujar Nining."Bu, kita lanjutkan obrolan ini nanti ya."Aku mengangguk lalu melirik bayi yang kuberi nama Maryam ini dengan iba, ia terlihat tidur di pangkuanku sementara ibunya sama sekali tak peduli malah asyik makan dan bercengkrama dengan gadis lain.Nining beranjak dari hadapanku menuju ibu penunggu warung ini dan memba

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 23

    Tiba-tiba datang beberapa orang gadis muda mereka berlari kecil menghampiri kami."Siapa mereka?" tanyaku."Ya Tuhan, Rina, Alifia, Susi!" Meri segera berlari menghampiri gadis-gadis itu lalu mereka berpelukan dengan haru."Tante, ini teman-temanku di kerangkeng masa Tante lupa," ujar Meri."Oh, iya iya maaf Tante lupa, ayo sekarang kita harus cepat pergi dari sini, lalu di mana teman-teman kalian yang lain?""Nanti saja jelaskannya sekarang kita harus sama-sama membuat perahu ini mau berlayar," jawab Meri.Saat gadis terakhir akan naik ke atas perahu ini tiba-tiba terdengar suara tembakan dari dalam hutan, sontak saja kami terkejut dan menoleh ke asal suara "Bram.""Aku kira dia sudah mati.""Ayo siapkan senjata kalian, hari ini juga tengkorak manusia itu harus pecah," bisik Meri.Dan akhirnya terjadi baku tembak lagi, aku tak tahu entah siapa diantara mereka yang terluka dan aku berharap itu bukan putriku Delia, aku memeluk tubuh Frans dengan erat.Setelah beberapa menit suara temb

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 22

    Aku terkejut sekaligus tak percaya dengan perkataan Erina, mengapa bisa orang terpandang dan terpelajar seperti papa mertua melakukan hal kotor itu?Kupandangi Erina yang sedang ketakutan karena dirinya kini berada di mulut jurang yang dalam."Aku ga bohong, Mirna!" teriak Erina lagi.Tapi aku masih ingat orang yang dahulu menuntutku memang papa, dialah yang menyewa seorang pengacara agar aku diberi hukuman berat, lalu ia berlaku seolah-olah dirinya terluka.***Padahal waktu itu usai kematian mama mertua aku disibukkan dengan berbagai kegiatan, seperti belanja bahan-bahan makanan untuk acara tahlilan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kematian mama mertua.Pada malam itu saat hendak mencari baju ganti aku terkejut karena saat membuka lemari tiba-tiba saja sebuah jasad menggelinding jatuh dari lemari hingga mengenai kakiku.Aku berteriak karena terkejut sekaligus takut karena sebelumnya aku tak pernah menemukan hal aneh semacam itu.Seluruh anggota keluarga masuk ke kamarku,

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 21.B

    Anita terkejut mendengar bentakanku yang keras sementara papa masih menatapku dengan tajam."Walaupun aku bukan lagi bagian keluarga ini, dan bukan lagi anak Papa, tapi aku dilahirkan dari rahim Mama!"Anita menghampiriku sambil menangis."Maaf, Kak, sudah jangan marah," rengeknya."Kalau kedatanganmu ke sini hanya untuk marah-marah lebih baik kembali ke tempat asalmu, asal kamu tahu mamamu selalu sakit-sakitan karena memikirkanmu yang tak pernah mau pulang! Makanya itu aku tak sudi memberikan kabar kematiannya padamu!"Aku terdiam sambil menatap nanar ke arah tembok, ucapan papa barusan memang sedikit menimbulkan rasa sesal di hati ini.Seharusnya dulu aku sering menjenguk mama, menemuinnya barang enam bulan sekali atau di waktu-waktu tertentu, kepalaku seperti dihantam ucapan papa."Kalau kamu mengakui mamamu itu orang tuamu sendiri harusnya kamu temui dia, bukan menyiksa batinnya seperti itu!" teriak papa lagiAku tak tertarik dengan teriakan papa gegas naik ke lantai atas memasuki

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status