Share

Bab 14.B

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2023-02-18 11:22:59

"Yang lebih kejam ia menjadikan mantan istrinya itu tahanan kerangkeng, dimanfaatkan tenaganya bisa jadi juga dijual ke luar negeri."

Delia bicara dengan mulut penuh lalu meneguk air dalam botol.

"Kamu tahu dari mana, Nak?" tanyaku.

"Tentu saja aku tahu karena sudah bertahun-tahun hidup dalam penjara lelaki itu, dan selanjutnya akulah yang akan dinikahinya secara kontrak."

Mendengar cerita Delia ingin sekali aku meb*nuh pria bernama Bram itu dengan tanganku sendiri, aku tak akan mengampuninya jika ia benar telah memperlakukan putriku seperti binatang.

"Ya sudah kita ke villa itu, apa kamu tahu tempatnya?"

"Aku tahu, kebetulan dua kali aku dibawa ke sana."

Syukurlah semoga putriku ada di sana.

"Sebaiknya kita ke sana sore hari, Tante, aku takut ada anak buah Bram melihat kita, kebayang kalau ditangkap lagi," ujar Delia.

"Ya sudah sambil menunggu sore kita tidur dulu di sini ya, badan Tante lemes banget."

Kami pun tertidur entah berapa jam, terbangun karena Delia menepuk-nepuk pipiku.

"
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 15.A

    Aku melirik Delia yang kini wajahnya terlihat pucat, sebagai seorang ibu tentu aku begitu iba melihatnya, terlebih ia memerlukan obat-obatan untuk mengobati luka di v*gin*nya."Delia, apa kamu baik-baik aja?"Gadis itu hanya mengangguk tanpa suara."Kita harus lihat ke dalam, Tante, siapa tahu suara wanita barusan itu anak Tante," ucapnya, wajah gadis itu terlihat sangat letih.Aku terdiam sejenak, bagaimana caranya masuk ke dalam sana sedangkan di depan sana kulihat ada satu orang penjaga."Kamu kesakitan, Delia, lebih baik kembali ke hutan tunggu Tante di sana ya."Ia kembali menggelengkan kepala lagi, sungguh aku tak tega mengajaknya dalam kesulitan."Aku baik-baik aja, Tante, di dalam siapa tahu ada obat anti nyeri dan antibiotik, sementara Tante bisa cari anak Tante.""Tapi kalau ga kuat bilang ya, Tante khawatir."Ia mengangguk lalu kami berjalan mengendap-endap menuju depan villa yang lumayan besar ini.Di depan sana ada satu orang yang sedang berjaga sedang memainkan ponsel, k

    Last Updated : 2023-02-19
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 15.B

    Tak kuasa lalu tatapan ini beredar ke sekeliling ruangan, hanya ada kasur lusuh dan lemari usang, bahkan tempat ini mirip-mirip seperti gudang "Apa di luar tidak ada penjaga?" tanya perempuan itu.Aku terkesiap mendengar pertanyaannya, lalu menghampiri."Dia sudah mati, ayo keluar," bisikku."Tapi ... aku takut." "Tidak usah takut, aku akan melindungimu, saat ini Bram pasti sedang sibuk mengurus tawanan lainnya yang ada di kerangkeng.""Sayangi hidupmu lalu kita pergi dari sini."Perempuan itu mengangguk ketakutan lalu melirik anaknya."Nak, kita pergi sekarang ya, kamu mau makan 'kan?" Suara perempuan itu terdengar bergetar."Mau, Bu, ayo aku sudah sangat lapar."Aku membantunya untuk bangun.Namun, saat sudah bersiap ingin pergi tiba-tiba aku mendengar suara teriakkan seorang perempuan di luar sana."Ajo! Ajo! Kemana kamu hah?! Kenapa pintu dibiarkan terbuka!"Celaka, itu suara Erina."Dia masuk ke sini, sepertinya kita harus sembunyi dulu sebelum perempuan itu pergi," bisik Delia

    Last Updated : 2023-02-20
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab.16

    Aku bingung harus melakukan apa sekarang, tiba-tiba saja Delia merampas tongkat yang kupunya lalu membuka pintu yang terkunci dari dalam ini.Lalu Bukk!Ia memukul kepala Erina dengan keras hingga tersungkur ke lantai, Erina sempat membuka mata dan melihat keberadaan kami. Namun, lagi-lagi Delia memukul kepalanya hingga ia tak sadarkan diri."Ayo keluar!" titah Delia.Kami semua keluar dari tempat itu dengan perlahan karena takut ada penjaga di luar."Tunggu dulu,Tante." Delia berlari ke arah kiri.Ternyata ia mengambil dua buah senapan panjang, satu ia pegang satunya lagi diberikan padaku."Ini untuk senjata, Tante tahu caranya?""Begini nih caranya." Ia mengajarkan cara menembak menggunakan senapan ini, dua kali diberi contoh aku langsung mengerti."Bu, kita akan ke mana?" tanya anak lelaki yang entah berusia berapa itu.Jika ia memanggil putriku dengan sebutan ibu otomatis ia cucuku, melihat tubuh anak itu hatiku teriris nyeri seketika.Badannya Kumal dengan baju tak layak pakai,

    Last Updated : 2023-02-21
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 17

    "Kita lihat dulu mau apa mereka," bisik Delia.Saat ini dadaku berdegup kencang, putriku juga bersembunyi dibalik tubuh ini"Itu anak buah Bram!" teriak putriku sambil mengguncang tubuh Delia."Kamu yakin?""Ya."Lelaki tadi terlihat turun dari tangga helikopter yang masih terbang di atas sana."Ayo tembak, Tante!"Aku dan Delia menembak bersaman, dan kali ini tembakanku tak meleset sama sekali, tepat di tenggorokan lelaki itu.Kedua lelaki tadi terlempar ke tanah lalu terkapar tak sadarkan diri. Namun, ancaman sepertinya belum usai Karen dari atas helikopter itu masih ada beberapa orang anak buah Bram.Dari atas mereka mulai menembaki kami, kali ini rasa takutku seakan menghilang, sekarang ada putriku dan kedua anaknya mereka butuh perlindunganku.Bagaikan superhero aku terus membidik melawan serangan mereka, sementara Delia dan kedua anaknya kusuruh untuk bersembunyi dibalik batu besar."Aww!" Aku melirik Delia, tangan gadis itu berdarah."Sial*n!" teriak DeliaDengan penuh kebera

    Last Updated : 2023-02-22
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 18.A

    "Apa? Kamu menyebut nama ayahku hahahaha." Putriku tertawa sambil menengadah.Entah kenapa tiba-tiba menyelusup rasa khawatir tentang kejiwaannya, terlebih ia membenci kedua anaknya karena berasal dari benih Bram.Oh Tuhan, jangan biarkan putriku menjadi gila, ia harus hidup menjadi perempuan baik seperti yang aku harapkan."Ya, aku tahu dia di mana sekarang, Delia, tapi lepaskan aku dulu." Erina bicara sambil merintih."Aku tidak peduli sama sekali, baik pada ayahku atau ibuku, yang Kumai adalah kebebasan, aku ingin hidup bebas dan seorang diri, kamu mengerti!" tegas Delia Jelas saja tenggorokan ini tercekat mendengarnya, mental anakku tidak sedang baik-baik saja."Hei kamu, cepat ikat lagi mulutnya aku muak mendengar omong kosong yang keluar dari bibir busuknya," putriku memerintah pada Delia.Gadis itu menuruti titah putriku, ia kembali mengikatkan kain sehingga ke mulut Erina."Kau benar, Mbak, kita sebaiknya tak usah mendengar omong kosongnya, nasibmu dan nasibku sama, sama-sama

    Last Updated : 2023-02-23
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 18 B

    "Heuh! Bikin susah aja, lihat nanti aku akan membuangmu ke panti asuhan," cerocosnya sambil meraih bayi dalam gendonganku dan ia mulai menyusuinya.Syukurlah ternyata ia masih memiliki hati nurani terhadapnya anak kecil, kini hanya gadis itu yang masih memainkan kesakitan Erina."Nek, Tante itu kasihan," sahut Frans yang sejak tadi berlindung dibalik tubuhku."Iya, Nak, kamu tidur ya nih pakai bantal ini." Aku meraih tas Delia untuk alas tidur Frans."Lihat ini, Mbak, kita punya banyak senjata." Delia membawa beberapa pistol milik anak buah Bram dan mengumpulkannya di hadapanku."Bagus, itu bisa jadi senjata untuk besok perjalanan pulang," sahut putriku."Sekarang ajarkan aku cara menggunakan benda ini ya," pinta putriku lagi.Di ujung sana Erina masih merintih dengan tubuh tak berbusana dan luka di sekujur tubuhnya, aku mendekat menghampirinya lalu membuka ikatan di mulutnya "Erina, katakan apa yang kamu tahu tentang Ilyas?" tanyaku dengan suara pelan.Bukan menjawab wanita itu mala

    Last Updated : 2023-02-24
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 19

    Kali ini suara tembakan tak terdengar lagi, malah suara teriakkan perempuan yang terdengar dan itu pun sepertinya suara putriku dan Delia."Frans tunggu di sini ya, Nenek mau lihat ke luar dulu."Sambil menggendong bayi aku keluar dari gua dengan hati-hati karena di samping gua ini ada sebuah jurang yang begitu dalam.Mataku membelalak kala melihat para lelaki terkapar di tanah berlumuran darah, tatapanku kini beralih pada Delia dan putriku dan ternyata ada yang membantu mereka.Ya orang itu Meri, gadis yang kutemui di kerangkeng Bram, entah bagaimana ceritanya hingga ia bisa sampai kemari?"Meri!" teriak Delia.Saat akan melangkah aku dikejutkan oleh sosok tubuh Ali yang tergeletak di tanah, sedangkan tubuh Erina masih berada di dekat putriku."Dia belum mati kok, Bu," ucap putriku yang kini berada di belakang punggung.Entah bagaimana ceritanya ketiga wanita ini bisa menang melawan anak buah Bram yang lumayan banyak, dan juga bisa melumpuhkan pria bernama Ali ini."Ayo seret dia ke

    Last Updated : 2023-02-26
  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 20

    "Memangnya apa yang kamu temukan?" tanyaku mulai tertarik dengan apa yang diucapkannya."Teman-temanku ternyata digiring ke villa itu, tapi aku sangat berharap jika yang lainnya ada yang bebas, dan aku juga sangat ingin membebaskan mereka semua, tetapi ...." Ia terdiam lalu menghela napasAku faham kami memang tak memiliki kekuatan untuk membebaskan gadis-gadis itu, beruntung sekali kami telah pergi."Lalu bagaimana caramu melarikan diri dari kerangkeng itu? Dan kenapa bisa kamu tak tertangkap?" tanyaku mulai menoleh pada wajahnya."Aku lari ke belakang kerangkeng menyebrangi sungai sendirian, sementara yang lain kabur ke arah barat menaiki bukit, sebenarnya waktu itu penjaga pun ada yang mengejar beruntung aku mencuri senjata dan bisa menemb*k kepalanya."Gadis ini sangat nekat karena setahuku sungai di belakang tempat itu sangat deras alirannya."Lalu langkamu selanjutnya apa, Mer? Kalau Tante ingin segera keluar dari sini bersama anak Tante."Gadis itu terdiam sejenak."Aku pun sam

    Last Updated : 2023-02-28

Latest chapter

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Tamat

    "Apa kita harus masuk ke dalam?" tanyaku sambil menoleh.Nining mengangguk, lalu aku mengintip jendela bangunan itu ternyata tempat ini telah kosong."Lihat ini, Bu? Pintu bangunan ini sepertinya telah dirusak," ucap Nining.Ya benar, sepertinya pintu ini telah dirusak oleh para penghuni gedung ini lalu mereka kabur entah ke mana, karena saat membuka pintu dan berteriak tak ada satu orang pun yang datang dari dalam, bangunan ini telah kosong "Mungkin karena anak buah Bram dan Ali telah habis di hutan sana, Ning, makanya gadis-gadis di sini bisa melarikan diri.""Mungkin begitu, Bu, syukurlah semoga hidup mereka baik-baik saja di luar sana, Bu, mari kita pulang."Aku mengangguk lalu kembali naik ke atas motor, pulang dengan hati yang nyaman karena orang-orang yang telah menyakiti putriku telah lenyap dan menerima karma sesuai perbuatanya.*Satu bulan kemudian, aku beserta gadis-gadis malang ini berhasil membuka sebuah restoran khas Sunda, mereka mengelola usaha ini dengan baik sesuai

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 27

    "Mau apa kamu, Lastri?" Napasku terengah-engah menatap benda tajam itu hampir menyentuh tenggorokanku.Aku mundur satu langkah sedangkan Lastri maju dua langkah, jika aku berlari wanita ini pasti akan berbuat nekat dan saat itu juga mungkin nyawaku bisa melayang."Aku mau mengg*rok lehermu, karena kamu sudah berani-beraninya memb*nuh adikku!" bentaknya dengan mata membeliak hampir keluar dari tempatnya, sungguh mengerikan."Oh ya, tapi adikmu itu pantas mati, hidup juga percuma karena hanya akan menyengsarakan banyak orang." Kupegang tangannya yang memegang belati itu, hingga benda tajam itu sedikit menjauh, karena tenagaku lebih kuat hampir saja aku bisa membuat benda tajam itu menembus dadanya.Saat ini kami sedang adu kekuatan, saling mendorong belati untuk melukai tubuh kami."Kurang ajar kamu, Mirna! Kamu sudah melenyapkan mesin uangku!" teriaknya hingga ruangan tamu ini mengeluarkan gema."Adikmu yang kurang aj*r, dia sudah menjual putriku! Membuat hidup putriku seperti sampah!

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 26

    Langkah gadis itu pelan tapi tatapan matanya nampak menyeramkan, aku melirik Mas Ilyas yang sepertinya sedang ketakutan, tanganku gegas meraih lengan Frans agar mendekat."Ngapain kalian di sini?!" tanya gadis itu sedikit membentak, kini jarak kami hanya dua meter."Woww anak yatim piatu baru datang," sahut Delia yang baru turun dari lantai atas, putriku itu nampaknya baru selesai ganti baju.Monic melihat Delia seperti menatap musuh bebuyutan, mungkin saat masih tinggal bersama mereka sering bertengkar."Di mana mama sama papaku?!" teriak Monic dengan tatapan bengis."Apa mama papa?" Wajah Delia sengaja dibuat mengejek setelah itu ia tergelak dengan puas."Kur*ng ajar!" Kedua jemari Monic saling mengepal kuat."Hei, kalian harus tahu dia ini anaknya si Ali sama Erina, enak ya mereka punya anak gadis tapi malah menjual gadis-gadis tak berdosa," seru Delia lagi Jelas saja keenam gadis malang itu menatap Monic dengan nyalang, mungkin rasa benci terhadap Ali dan Erina tumbuh lagi di hat

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 25.B

    Kuraih bayi kurus tak berdosa itu lalu kupeluk Bram dengan erat, kasihan sekali mereka, hadir ke dunia tapi ibunya tak peduli sama sekali."Mereka cucu kita, Mas.""Sini, Nak," sahut Mas Ilyas meminta Frans untuk mendekat."Dia kakekmu, Frans, papanya ibu kamu."Mas Ilyas memeluk bocah kecil itu sambil menangis."Bu, sepertinya kita harus segera pergi dari sini, karena di rumah ini masih ada Nona Monic, Ibu ingat 'kan dia anaknya Erina?" tanya Nining.Ya, aku baru ingat jika Erina dan Ali memiliki anak gadis yang masih kuliah, apa yang harus kujelaskan padanya jika ada aku dan Mas Ilyas di rumah ini."Ning, apa gadis itu tahu kelakukan ibu dan ayahnya?" "Entahlah, Bu, saya ga tahu soal itu, tapi sekarang kalau menurut saya kita pergi dulu dari sini, lagian Tuan Ilyas juga harus ke dokter 'kan?""Ngapain pergi, kita ga boleh takut sama Monic, lagipula ini rumah Papa, dia yang harusnya pergi dari rumah ini, bukan kita," sahut Delia."Gadis itu dan keluarganya sudah menghancurkan keluar

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 25.A

    Kutatap wajah Nining yang samar karena penerangan lampu di ruangan ini tak begitu cerah."Iya, Bu, dia Tuan Ilyas." Nining menghampiri lelaki yang sedang duduk di kursi roda itu, mendorongnya lalu membawa pria itu ke hadapanku.Jarak kami hanya satu meter, dan terlihat jelas jika lelaki itu memang Mas Ilyas, hanya saja bibirnya terlihat miring, wajahnya pun sangat pucat serta tubuh yang kurus, ya Tuhan apa yang terjadi dengannya?"Papa, ini beneran Papa?" tanya Delia, beberapa detik kemudian ia langsung bertekuk lutut di hadapan ayahnya.Mas Ilyas hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, dari sorotan mata dapat kubaca jika ia sedang berbahagia sekaligus bersedih, karena matanya terlihat berkaca-kaca."Papaaa! Kenapa?! Kenapa Papa di sini?! Papa tahu selama ini si b*adab Ali sudah menghancurkan hidupku! haaaah! Hiks! Hiks!" Delia berteriak histeris Sementara Mas Ilyas tergugu walau bibirnya terlihat miring, mungkin ia terserang stroke. Aku pun bersedih melihat pemandangan ini hingg

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 24

    Aku menatap Nining dengan intens, ia terlihat serius menatapku, entah rahasia apa lagi yang ia sembunyikan yang jelas aku berharap rahasia itu tidak melukai siapapun."Bu, maafkan saya sebenarnya Pak Ilyas ....""Tante, ayo kita lanjutkan perjalanan takut keburu sore," sela Meri tiba-tiba mengehentikan ucapan Nining.Aku dan Nining menatap gadis itu bersamaan, tapi ia betul juga kami harus cepat sampai di kota karena bayi Delia harus segera mandi dan ganti pakaian.Namun, aku kebingungan harus pulang ke mana, ke rumah Mas Ilyas tak mungkin, ikut Nining pun tak enak karena selalu merepotkannya."Ya sudah kita lanjutkan sekarang, bilang teman-temanmu untuk bersiap," ujar Nining."Bu, kita lanjutkan obrolan ini nanti ya."Aku mengangguk lalu melirik bayi yang kuberi nama Maryam ini dengan iba, ia terlihat tidur di pangkuanku sementara ibunya sama sekali tak peduli malah asyik makan dan bercengkrama dengan gadis lain.Nining beranjak dari hadapanku menuju ibu penunggu warung ini dan memba

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 23

    Tiba-tiba datang beberapa orang gadis muda mereka berlari kecil menghampiri kami."Siapa mereka?" tanyaku."Ya Tuhan, Rina, Alifia, Susi!" Meri segera berlari menghampiri gadis-gadis itu lalu mereka berpelukan dengan haru."Tante, ini teman-temanku di kerangkeng masa Tante lupa," ujar Meri."Oh, iya iya maaf Tante lupa, ayo sekarang kita harus cepat pergi dari sini, lalu di mana teman-teman kalian yang lain?""Nanti saja jelaskannya sekarang kita harus sama-sama membuat perahu ini mau berlayar," jawab Meri.Saat gadis terakhir akan naik ke atas perahu ini tiba-tiba terdengar suara tembakan dari dalam hutan, sontak saja kami terkejut dan menoleh ke asal suara "Bram.""Aku kira dia sudah mati.""Ayo siapkan senjata kalian, hari ini juga tengkorak manusia itu harus pecah," bisik Meri.Dan akhirnya terjadi baku tembak lagi, aku tak tahu entah siapa diantara mereka yang terluka dan aku berharap itu bukan putriku Delia, aku memeluk tubuh Frans dengan erat.Setelah beberapa menit suara temb

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 22

    Aku terkejut sekaligus tak percaya dengan perkataan Erina, mengapa bisa orang terpandang dan terpelajar seperti papa mertua melakukan hal kotor itu?Kupandangi Erina yang sedang ketakutan karena dirinya kini berada di mulut jurang yang dalam."Aku ga bohong, Mirna!" teriak Erina lagi.Tapi aku masih ingat orang yang dahulu menuntutku memang papa, dialah yang menyewa seorang pengacara agar aku diberi hukuman berat, lalu ia berlaku seolah-olah dirinya terluka.***Padahal waktu itu usai kematian mama mertua aku disibukkan dengan berbagai kegiatan, seperti belanja bahan-bahan makanan untuk acara tahlilan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kematian mama mertua.Pada malam itu saat hendak mencari baju ganti aku terkejut karena saat membuka lemari tiba-tiba saja sebuah jasad menggelinding jatuh dari lemari hingga mengenai kakiku.Aku berteriak karena terkejut sekaligus takut karena sebelumnya aku tak pernah menemukan hal aneh semacam itu.Seluruh anggota keluarga masuk ke kamarku,

  • Dendam Wanita Yang Difitnah   Bab 21.B

    Anita terkejut mendengar bentakanku yang keras sementara papa masih menatapku dengan tajam."Walaupun aku bukan lagi bagian keluarga ini, dan bukan lagi anak Papa, tapi aku dilahirkan dari rahim Mama!"Anita menghampiriku sambil menangis."Maaf, Kak, sudah jangan marah," rengeknya."Kalau kedatanganmu ke sini hanya untuk marah-marah lebih baik kembali ke tempat asalmu, asal kamu tahu mamamu selalu sakit-sakitan karena memikirkanmu yang tak pernah mau pulang! Makanya itu aku tak sudi memberikan kabar kematiannya padamu!"Aku terdiam sambil menatap nanar ke arah tembok, ucapan papa barusan memang sedikit menimbulkan rasa sesal di hati ini.Seharusnya dulu aku sering menjenguk mama, menemuinnya barang enam bulan sekali atau di waktu-waktu tertentu, kepalaku seperti dihantam ucapan papa."Kalau kamu mengakui mamamu itu orang tuamu sendiri harusnya kamu temui dia, bukan menyiksa batinnya seperti itu!" teriak papa lagiAku tak tertarik dengan teriakan papa gegas naik ke lantai atas memasuki

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status