***[Jaga sikap ya, awas kalau sampai keceplosan nyebut diri kamu dengan panggilan 'saya' pas ada Rajendra, karena terlalu awal kalau pacaran pura-pura kita kebongkar sekarang.]Dengan raut wajah datar seperti biasa, Rainer terlihat fokus membaca pesan yang dikirimkan Kalania beberapa waktu lalu ke nomornya. Tak berpindah tempat, saat ini dia masih berada di ruang tengah seperti beberapa waktu lalu. Namun, bukan lagi bersama Kalania, orang yang menemani Rainer sekarang adalah Rajendra.Ya, benar. Rajendra.Datang dengan alasan; disuruh mama untuk mengawasi Rainer dan Kalania, Rajendra memang meminta izin pada sang mantan untuk menetap di apartemen selama Rainer ada dan karena tak punya alasan untuk menolak, Kalania mengizinkan pria itu masuk sehingga setelah mengobrol lama di ambang pintu, Rajendra akhirnya dipersilakan masuk—membuat Rainer tentu saja kaget karena kedatangan sang saudara kembar tak pernah dia prediksi sebelumnya.Bertanya alasan Rajendra datang bahkan tanpa ragu memin
***Tak diam, Rainer beranjak untuk mengecek luka Kalania hingga ucapan yang dilontarkan perempuan itu membuat dia menoleh."Kamu awas, aku mau emut dulu biar-""Kotor," potong Rainer. "Daripada diemut mending dicuci di air. Sini.""Apanya?""Tangan kamu," kata Rainer yang pada akhirnya meraih pergelangan tangan kiri Kalania untuk kemudian dituntun pelan menuju wastafel. "Cuci darahnya bukan diemut.""Oh."Pasrah, Kalania memutuskan untuk mengikuti perintah Rainer sehingga selang beberapa menit telunjuknya sudah berada di bawah guyuran kran dan tak dibiarkan begitu saja, Rainer tanpa ragu menekan ujung telunjuknya untuk mengeluarkan darah dan tak memakan waktu lama, darah pun berhenti keluar."Makasih," ucap Kalania. "Aku bisa kehabisan darah kayanya kalau enggak kamu tolongin."Tak menjawab, yang dilakukan Rainer setelahnya adalah; memandang Kalania sambil menaikkan sebelah alis dan hal tersebut entah kenapa membuat Kalania sendiri mendadak tak menentu.Degdegan.Itulah yang dirasaka
***"Boleh," kata Rainer.Tersenyum tipis, setelahnya Kalania mengambil piring Rainer kemudian mengisi secentong nasi sebelum akhirnya bertanya,"Cukup?""Cukup," kata Rainer. "Makasih.""Sama-sama.""Gue enggak diambilin juga?" tanya Rajendra yang entah kenapa mendadak iri pada perlakuan yang didapatkan Rainer dari Kalania karena selama berpacaran dengannya, Kalania tak pernah mengajak dia makan bersama di apartemen apalagi menuangkan nasi di piringnya."Punya tangan, kan?" tanya Kalania dengan wajah songong. "Ambil sendiri.""Rainer punya tangan, kenapa diambilin?" tanya Rajendra."Ya karena dia pacar aku," kata Kalania. "Kamu? Kamu cuman mantan aku jadi sikap aku ke kamu dan ke Rainer tentu aja harus beda.""Mandang status banget," celetuk Rajendra. "Lagian sebagai mantan, gue ngerasa dipilih kasihin lho. Lo enggak pernah ajak gue makan di apartemen apalagi ambilin nasi kaya barusan. Padahal, kita pacaran dua bulan. Rainer? Lo sama dia baru pacaran seminggu lebih, tapi udah semanis
***[Gue balik ya, Rai, barusan manajer band minta gue sama yang lain buat datang ke apartemennya karena sesuatu. Lo baik-baik sama Kala dan jangan macam-macam karena Mama pasti enggak suka. Oh ya, yang tadi pencet bel ternyata orang salah unit. Dia mau bertamu ke unit di sebelah unit Kala, tapi malah datang ke unitnya pacar lo dan sekarang orangnya udah ketemu sama yang dia cari jadi gue balik dan sampai ketemu di rumah, kembaran."Menunduk dengan netra yang fokus pada layar ponsel, Rainer tak menunjukan ekspresi apa pun setelah membaca pesan dari Rajendra dan hal tersebut tentunya membuat Kalania penasaran.Menunggu Rajendra yang beberapa waktu lalu pergi untuk mengecek siapa tamu yang datang, Kalania dan Rainer memang memutuskan untuk menunda dulu kegiatan makan mereka hingga di tengah keheningan, bunyi singkat ponsel Rainer tiba-tiba saja terdenger—membuat sang pemilik sendiri lekas mengeceknya dan sebuaah pesan ternyata masuk dari sang saudara kambar.Kalania tahu? Ya, tentu saja
***Tak langsung memberikan jawaban, yang dilakukan Sellina setelahnya adalah; memandang Rajendra selama beberapa saat sebelum akhirnya berkata,"Aku akan jawab pertanyaan kamu, tapi kamu juga harus jawab pertanyaan aku.""Tentang apa? Hubungan gue sama Kala atau alasan gue ada di apartemen Kala?""Dua-duanya bisa?" tanya Sellina."Of course," kata Rajendra. "Kalau pengen tahu hubungan gue sama Kala apa, dia mantan pacar gue dan alasan gue ada di apartemen Kala tadi tuh buat awasin dia pacaran sama cowok yang sangat penting di hidup gue.""Siapa?""Rainer," kata Rajendra. "Asal lo tahu, alasan gue bawa lo pergi dari apartemen tadi tuh supaya Rainer enggak tahu ada lo karena kalau tahu, dia pasti sedih. Makanya gue langsung ajak lo pergi sejauh mungkin dari apartemen Kala.""Rainer pacarnya Kala?""Iya," kata Rajendra. "Setelah bertahun-tahun gagal move on dari lo, Rainer akhirnya buka hati juga dan yang dia pacarin tuh mantan gue. Jadi gue awasin mereka karena bisa aja mereka macam-ma
***"Makasih ya untuk hari ini. Kamu udah bantuin aku cari penerbitan dan kamu juga mau aku ajak makan sama-sama. Aku senang karena meskipun cuman pura-pura, kita serasa pacaran beneran."Sampai di dekat mobil Rainer yang terparkir di depan gedung, ucapan tersebut lantas dilontarkan Kalania pada sang kekasih palsu yang malam ini sengaja dia antar.Makan malam selesai, sekitar pukul setengah delapan, Rainer memang berpamitan untuk pulang tanpa mau dicegah lagi dan sebagai kekasih palsu yang baik, Kalania menawarkan diri untuk mengantar putra sulung Aleora tersebut sampai ke lobi.Rainer menerima? Tentu saja tidak.Menolak tawaran diantar, Rainer berdalih tentang dirinya yang sudah sangat cukup dewasa untuk turun sendiri ke lobi. Namun, alih-alih menerima keputusannya, Kalania justru memaksakan diri untuk mengantar sehingga selain pasrah, Rainer tak melakukan hal lain lagi karena untuk berdebat dengan gadis tersebut, dia malas.Menguras emosi bahkan energi, hal tersebut akan Rainer rasa
***"Kal, gue bukan tukang halu kaya lo yang pinter ngarang," kata Tami. "Lagian pas gue tanya serius apa enggak ke tuh staff yang tadi cerita, dia jawab serius kok bahkan dia minta gue tanyain langsung ke pacarnya yang juga wisuda sama Rainer. Jadi ya gue pikir tuh cerita valid. Saking sakit hatinya sama tuh mantan, Rainer nutup hati rapat-rapat buat cewek jadi sikapnya dingin apalagi sama cewek.""Apa karena itu juga ya Rainer enggak ngaku pernah pacaran ke gue?""Maksudnya?""Ya tadi pas ngobrol, gue bahas hubungan gitu terus gue juga tanya Rainer pernah pacaran apa enggak dan dia jawabnya enggak," kata Kalania. "Apa itu karena sakit hatinya dia sama mantan yang lo ceritain ya?""Bisa jadi sih soalnya enggak lama juga, kan, mereka pacaran dan yang paling perih, Rainer diputusin secara mendadak cuy," kata Tami. "Siapa yang enggak sakit hati coba? Lagian heran banget gue sama tuh cewek, apa sih yang bikin dia mutusin Rainer yang seganteng itu.""Mungkin karena enggak cocok?""Enggak
*** "Rajendra!" Berhasil keluar dari keramaian kemudian masuk ke backstage setelah mengenalkan diri, seruan tersebut lantas keluar dari bibir Kalania ketika pada jarak beberapa meter, sosok yang dia cari tengah berjalan ke sebuah tenda. Rajendra. Bukan orang lain, yang Kalania panggil adalah dia dan bukan berstatus teman, Rajendra adalah kekasihnya yang sudah Kalania pacari selama dua bulan terakhir. Berawal dari Kalania yang sering menonton bahkan mengikuti band yang dianggotai Rajendra juga ketiga temannya, gadis itu tiba-tiba saja mendapat keberuntungan untuk naik ke atas panggung setelah salah satu anggota memilihnya sebagai penonton paling aktif, dan karena posisi Rajendra adalah vokalis, Kalania tentunya banyak berinteraksi dengan pria itu di atas panggung. Itu saja? Tentu saja tidak, karena setelah dipanggil naik ke atas panggung, Kalania dihampiri lagi oleh Rajendra untuk kemudian diajak berkenalan bahkan dimintai nomor telepon. Bak kejatuhan durian runtuh, Kalania yang