Fakta Yang Sebenarnya Radit mendatangi kantor Evan Rahardi, dia menemui sahabatnya itu untuk membicarakan hal yang cukup penting dan serius.“Radit, ayo duduk, untuk apa kau datang? tumben sekali,” ucap Evan.“Apa aku tidak boleh mengunjungi sahabatku?” tanya Evan seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan meja presdir sebuah bisnis transportasi pariwisata.“Presdir Evan Rahardi,” ucap Radit seraya membaca ukiran kaca yang ada di meja itu.“Ya, ini juga karna dirimu, akhirnya orang tuaku memberikan kepercayaan itu dan bisnis kita bangkit,” ucap Evan.“Kau juga berbakat, jadi jangan pernah menyerah,” ucap Radit.“Aku belajar banyak darimu, oh iya untuk apa kau mengunjungiku? Apa ada hal yang penting?” tanya Evan.“Ya begitulah,” ucap Radit.“Kita baru saja bertemu beberapa hari lalu, jadi pasti ada sesuatu yang penting,” ucap Evan.“Ya, penting bagimu,” ucap Radit.
Kekhawatiran Rose Rose terlihat menghela nafas ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil.“Ibu, paman Evan memiliki obat yang sangat ajaib, apa aku bisa mendapatkannya?” tanya Noah.“Noah, tapi kau tidak bisa sering sering memakainya,” ucap Rose.“Tidak apa apa ibu, Noah hanya ingin sesekali makan ice cream, boleh ya ibu,” ucap Noah dengan wajah memelas. Rose kembali menghela nafas.“Baiklah, ibu akan menanyakannya pada paman Evan,” ucap Rose.“Apa ibu memiliki nomor ponsel paman itu?” tanya Rose.“Pu-oh, i-iya punya,” ucap Rose gugup.“Jadi dia benar benar teman ibu?” tanya Noah.“Iya, teman ibu sewaktu ibu masih kuliah. Ya sudah kita pulang, sesampainya di rumah Noah harus segera gosok gigi menggunakan pasta gigi khusus yang diberikan ibu dokter, oke?” ucap Rose seraya melihat lembut ke arah putranya itu.“Iya ibu,” ucap Noah seraya tersenyum. Rose mulai
CemasDi kediaman keluarga Hermansyah, Rose terlihat cemas, mondar mandir tidak karuan seraya menggigit ujung jari jempolnya. Dia mulai merasakan takut dan khawatir mengenai kehadiran Evan Rahardi, sang mantan kekasih.“Apa yang harus aku lakukan, Evan tidak boleh mengetahui bahwa Noah adalah anaknya, tidak boleh. Sampai kapanpun, Noah adalah anakku dan juga Vero, sampai kapanpun,” ucap Rose di dalam hatinya.“Apa yang harus aku lakukan,” gumamnya bingung.“Tidak mungkin hal ini terjadi begitu saja, selama sepuluh tahun tidak terjadi apapun, Evan tidak mengetahui apapun mengenai kehamilanku,” ucap Rose yang kemudian menghela nafas panjang.“Tidak, ini hanya ketakutanku sendiri, Evan tidak mengetahuinya,” ucapnya berusaha menenangkan dirinya sendiri.“Hari itu, aku berpisah dengan Evan, dia memang tidak menerimanya, namun kita sama sekali tidak membahas apapun mengenai kehamilan, ya, dia benar benar tidak tahu mengenai k
BAB 94 (Dendam)Kabar Tidak Menyenangkan Laura terlihat sudah berada di kantor firma hukum loyal, menjalankan pekerjaannya sebagai seorang pengacara ternama.“Nona, ada kabar yang kurang menyenangkan,” ucap sekretaris Mimih seraya terburu buru.“Ada apa Mimih?” tanya Laura.“Saya baru saja mendapat kabar bahwa nenek dari tuan Vero, presdir berlian grup dilarikan ke rumah sakit karna mengalami gagal jantung,” ucap sekretaris Mimih.“Apa? dari mana kau mendapat kabar itu?” tanya Laura.“Dari salah satu teman yang bekerja di sana, keluarga Hermansyah sedang berada di rumah sakit,” ucap sekretaris Mimih.“Nenek Ellin,” gumam Laura.“Mimih, tolong cari tahu di mana nenek Ellin di rawat, aku akan ke sana,” ucap Laura.“Ta-tapi nona, apa tidak akan membuat curiga jika nona tiba tiba ada di sana?” tanya sekretaris Mimih dengan wajah khawatir. Mendengar hal itu, Laura terlihat menghela nafas
Firasat Evan terlihat turun dari mobilnya, melangkah menuju ke sekolah keponakannya yang juga merupakan sekolah di mana Noah belajar.“Paman, paman menjemputku hari ini? Wah aku senang sekali karna paman setiap hari menjemputku,” ucap Revania yang terlihat keluar dari gedung sekolah bersama beberapa murid lain.“Oh iya, apa kau mau makan sesuatu? Paman akan mengajakmu jalan jalan,” ucap Ecan.“Serius? Wah, ada acara apa?” tanya Revania.“Tidak ada, hanya ingin mengajak keponakan cantik paman jalan jalan,” ucap Evan.“Paman Evan,” sapa Noah.“hai Noah, kau sudah mau pulang?” tanya Evan.“Iya paman,” ucap Noah.“Noah, paman Evan dan Revania akan pergi jalan jalan, apa kau mau ikut?” tanya Evan.“Iya Noah, ayo ikut, biar paman bicara dengan supirmu,” ucap Revania.“Apa tidak apa apa?” tanya Noah.“Tentu saja, akan lebih menyenangkan jika bersama sama,” ucap Evan.
Rasa KehilanganLaura terlihat datang ke kediaman keluarga Hermansyah, memakai pakaian serba hitam, kaca mata hitam dan juga tudung berwarna hitam. Dia berusaha menyembunyikan kesedihan juga rasa kehilangannya. Dari balik kaca mata itu, tersembunyi mata yang terus saja mengalirkan air mata, sedikit membengkak dan memerah, bahkan sisa air mata masih begitu jelas di sudut sudut matanya.Laura tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukannya, padahal dia sudah memiliki rencana untuk nenek Ellin, nenek yang begitu dia sayangi. Dia bahkan sudah membayar deposit sebuah rumah panti khusus untuk lansia, kelas A, VVIP dengan pelayanan terbaik untuk nenek Ellin menghabiskan sisa umurnya. Belum sempat dia mewujudkan keinginan untuk membahagiakan nenek Ellin, wanita tua yang terlihat masih cantik di usia senjanya itu harus pergi, meninggalkan dunia ini, untuk selamanya.“Terimakasih Laura sudah datang untuk mengantarkan nenek ke peristirahatan terakhirnya,” ucap nyonya Anna.“Semoga nenek mend
Tangis LauraLaura terlihat berdiri di atas balkon, menatap lampu lampu yang begitu indah, menyala seperti kunang kunang. Semilir angin menerpa tubuhnya, menggoyangkan rambutnya yang panjang sebahu.Tiba tiba air mata Laura mengalir deras, dia sungguh sangat sedih dengan kepergian nenek Ellin, satu satunya orang yang menyayanginya dengan begitu tulus, dengan segenap perasaan yang ada di hatinya, menerima, mengasihi, memperlakukannya dengan baik, disaat semua orang memperlakukannya dengan tidak baik, menganggapnya sebagai pembantu, orang yang tidak penting, hanya nenek Ellin yang menerima dengan segenap perasaan.“Laura,” ucap Radit lirih. Laura terlihat mengusap air matanya, air mata yang terus mengalir, walaupun dia ingin menghentikan segala tetesan itu, namun air mata itu seolah tidak ingin berhenti mengalir.“Kemarilah,” pinta Radit supaya Laura mendekat ke arahnya. Laura menggeser kakinya ke arah Radit, lalu Radit memeluknya.“Tidak apa apa,” bisik Radit.“Kau tahu Dit, nenek Elli
Rasa Penasaran Rose terlihat mondar mandir di kamarnya, dia terlihat memikirkan sesuatu yang tiba tiba terlintas di pikirannya.“Kenapa dia sepertinya begitu kehilangan, padahal dia baru mengenal nenek dan mungkin bertemu saja hanya beberapa kali. Dia terlihat menangis, sangat sedih,” gumam Rose. Ingatannya kembali ke acara pemakaman hari itu. Dia melihat Laura menangis, sejadi jadinya, bahkan ketika tidak ada orang. Kesedihan sepertinya benar benar dia rasakan, kesedihan yang bercampur dengan rasa kehilangan, seperti dua orang yang sudah saling mengenal lama.“Ini sangat mencurigakan, tidak mungkin dua orang yang baru bertemu memiliki ikatan yang begitu kuat, aku akan menyelidikinya,” ucap Rose. Rose terlihat mengambil tas kecil yang ada di atas meja, lalu bergegas keluar dari kamarnya. DI depan pintu kamar, dia menghentikan langkah karna melihat nyonya Anna sudah berdiri di sana.“Kau mau pergi ke mana?” tanya nyon
Semua Telah BerakhirPersidangan Vero telah usai, dengan hasil yang sangat di luar dugaan, namun hal itu sebenarnya sudah sesuai dengan rencana Radit dan juga Laura. Tim pengacara Vero tidak menyangka, bahwa ibu Rahma, ibu dari wanita yang meninggal karena tenggelam dan jenazahnya dimakamkan atas nama Luna hadir, datang, memberikan kesaksian.Vero tidak bisa berkutik, dia menjadi orang satu satunya yang harus bertanggung jawab. Walaupun dia selalu menyatakan bahwa apapun yang dia lakukan dibawah tekanan Rose, namun semua itu tidak memiliki bukti yang kuat. Dia bisa saja menolak, bisa saja tidak menuruti apa yang Rose inginkan, untuk menyingkirkan Luna.Ditambah lagi dengan bukti rekaman CCTV juga tangkapan video amatir, itu semua cukup untuk mendakwa Vero dengan pasal pembunuhan berencana. Mungkin dia memang tidak memiliki niat, namun dari tangkapan video, Vero terlihat jelas jelas mendorong istrinya, Luna, hingga jatuh dari sungai. Bahkan ketika Luna meminta tolong, bergelantung di
Memperlihatkan Wajah AsliTim pengacara bertemu dengan Vero di dalam sebuah ruangan pribadi.“Tuan, saya harap tuan jujur dan terbuka mengenai apa yang sebenarnya terjadi,” ucap salah seorang pengacara.“Jujur? Apa yang harus aku katakan,” ucap Vero kesal.“Tuan, jaksa memiliki saksi yang masih dirahasiakan, kami kesulitan mencari informasi, kami khawatir saksi itu akan memberatkan, sedangkan tuan bersikeras tidak mau menceritakan yang sebenarnya,” ucap pengacara.“Apa firma hukum loyal tergabung menjadi tim pengacara?” tanya Vero.“Iya tuan, tapi karena kegagalannya membantu nyonya Rose, firma hukum loyal memilih mengundurkan diri dari tim pengacara tuan muda,” ucap salah seorang pengacara dari ketiga orang pengacara yang ada di sana.“Rose? apa tidak salah. Dia memang istriku, tapi dia membunuh orang yang sangat aku sayangi. Bahkan jika dia mendapat hukuman mati, aku tidak akan menyesalinya,” ucap Vero.Vero terlihat diam, menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.“R
KepergianSetelah 8 jam.Dokter keluar dari ruang ICU, memberi kabar bahwa tuan Dipo tidak lagi bisa diselamatkan, semua alat hanya menunjang hidupnya, jika itu semua dilepas maka detak jantungnya akan berhenti.“Sebaiknya kita bicara di ruangan saya,” pinta dokter yang melihat nyonya Anna mulai histeris. Di sana masih dengan orang orang yang sama, nyonya Anna, jihan, Laura, Radit, tante Imelda dan juga nyonya Fuji. Mereka semua masih setia di sana.Nyonya Anna dan Jihan sudah berada di dalam ruangan dokter. Jantung mereka pun tidak baik baik saja, ada rasa khawatir juga ketakutan.“Dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan ini,” ucap dokter.“Semua kami kembalikan kepada keputusan keluarga, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik, kondisinya tidak juga stabil, kita tidak bisa melakukan apa apa,” ucap dokter.“Tidak dokter, tidak, selamatkan suami saya, tolong,” ucap nyonya Anna.“Kami sudah berusaha sebaik mungkin, maafkan kami,” ucap dokter.“Apa tidak bisa dioperasi?” tanya
Tuan Besar DipoNyonya Anna terlihat menangis di depan ruang ICU, menangis sejadi jadinya, menunggu keadaan suaminya membaik.“Kenapa hal ini terjadi, Sayang, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku,” ucap nyonya Anna yang menjatuhkan diri di lantai, tepat di depan ruang ICU, bersandar tembok, seperti orang pada umumnya yang begitu resah ketika menunggu kabar mengenai keluarganya yang sedang dirawat.“Ibu,” teriak Jihan ketika melihat ibunya duduk bersimpuh.“Jihan, Jihan,” teriak nyonya Anna yang kemudian segera berdiri mencari putrinya itu.“Bagaimana keadaan ayah?” tanya Jihan.“Ibu tidak tahu, dokter belum memberitahu ibu bagaimana kabar ayahmu,” ucap nyonya Anna.“Ayah, kenapa hal ini bisa terjadi,” gumam Jihan yang kemudian berjalan mendekat ke arah kaca besar, masih tertutup tirai, dia tidak bisa melihat ayahnya dari luar.“Ayah,” ucap Jihan. Air mata Jihan meluncur hebat, deras, dia benar benar tidak bisa menahan diri, hatinya begitu sakit melihat kondisi keluarganya saat in
Kelegaan LauraLaura dan Radit keluar dari ruang sidang, mereka terlihat senang dan puas dengan hasil sidang hari ini.“Ah, lega sekali, akhirnya Rose dijatuhi hukuman seumur hidup,” ucap Laura.“Aku tidak menyangka, ternyata Rose juga merupakan dalang dari kematian temanmu, bukan bunuh diri melainkan dibunuh,” ucap Laura seraya melihat ke arah Radit.“Aku juga tidak menyangka, Evan, dia orang yang sangat baik, wanita itu tega menghabisinya tanpa alasan yang jelas,” ucap Radit.“Oh iya di sebelah kantor pengadilan ada kafe minuman viral yang sedang ramai, mau ke sana?” tanya Radit.“Ayo, kita harus merayakan ini, ya walaupun ada kesedihan di dalamnya, namun kita wajib bernafas lebih baik,” ucap Laura seraya tersenyum.Laura dan Radit duduk di dalam kafe minuman pelangi yang sedang viral. Menurut informasi cafe sangat ramai, namun entah kenapa siang itu hanya ada mereka berdua.“Kau bilang ini kafe ini sedang hits, viral, namun kenapa sepi begini,” ucap Laura heran. Radit hanya terseny
Mendepak Rose Dari Kehidupan Keluarga HermansyahRadit dan Laura terlihat keluar dari kediaman keluarga Hermansyah.Di dalam kamar tuan Dipo, dia terlihat masih dalam posisi berbaring.“Aku akan menghentikan semua bantuan hukum terhadap wanita itu, dia bukan lagi bagian dari keluarga Hermansyah,” ucap tuan Dipo.“Iya, iya, ingat apa yang tadi dokter katakan, jangan banyak pikiran, tekan darahmu naik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,” ucap nyonya Anna.“Ya, mungkin sekarang Vero sudah tahu apa yang terjadi,” ucap tuan Dipo.Di Kantor polisi, Vero terlihat duduk di kursi, menunjukkan wajah yang begitu sedih.“Apa ini benar Mike?” tanya Vero pada sekretaris pribadinya.“Iya tuan, saya mendapatkan video itu dari tim pengacara yang membantu nyonya Rose,” ucap sekretaris Mike.“Kenapa dia bisa melakukan hal gila seperti itu, dia yang membunuh nenek? apa ini bisa aku terima? dia tahu betul bahwa aku sangat menyayangi nenek Ellin,” ucap Vero.“Hal ini akan memberatkan nyonya Rose tuan, m
Kabar MengerikanLaura dan Radit terlihat memasuki area pemakaman di mana nenek ellin disemayamkan. Tegap langkah Laura beriringan dengan segala perasaan mendalam yang dia rasakan. Dia mengingat ingat semua waktu yang dia lewati bersama dengan nenek Ellin, satu satunya orang yang menerima juga menghargainya dengan sangat tulus.Kasih dan penerimaan keluarga Hermansyah kepadanya hanya berupa cangkang. Di luar, terlihat seperti itu, namun sebenarnya dia lebih menjadi seorang asisten dalam rumah tangga Hermansyah. Dia memang duduk di meja makan yang sama, memakan makanan yang juga keluarga Hermansyah makan, namun dialah orang dibalik semua hidangan lezat itu. Mulai dari membeli bahan mentah, memasak, menyajikan juga membereskan.Bahkan dia juga harus membersihkan seisi rumah, selayaknya seorang asisten rumah tangga, dengan berbagai kritik ketika semua pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tuannya. Dia bekerja dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam. Setiap hari ta
Laura Begitu MarahSekretaris Mimih terlihat sudah berada di rumah sakit, dia ingin segera memberitahu Laura mengenai video yang ditemukan.“Nona Laura pasti akan sangat sedih setelah melihat video ini,” ucap sekretaris Mimih sebelum masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.Sekretaris Mimih terlihatsw menarik nafas panjang.DI dalam ruang perawatan, terlihat Laura sedang berbincang dengan perawat Vanila.“Mimih kau sudah datang?” tanya Laura setelah melihat sekretaris Mimih masuk ke dalam ruang perawatan perawat Vanila.“No-nona,” ucap sekretaris Mimih terbata bata.“Ada apa? kenapa wajahmu seperti ada masalah?” tanya Laura yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sekretaris Mimih.“I-itu nona, meng-mengenai video yang tersimpan di penyimpan data milik perawat Vanila,” ucap sekretaris Mimih.“Pasti sudah melihat video itu ya?” tanya perawat Vanila lirih.“I-iya,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian mendekat ke arah Laura dan perawat Vanila.“Ada apa?” tanya Laura penasaran.“I
Bukti Video Yang MenyesakkanSekretaris Mimih berhasil menemukan alamat kos perawat Vanila. Dia mencoba mencari pemilik kos itu atau yang tidak lain adalah ibu kos.“Saya ingin bertemu dengan ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih pada seseorang yang dia temui di rumah kos itu.“Ibu Endah ada di rumahnya, di sana,” ucap wanita muda itu seraya menunjuk ke sebuah rumah yang ada di samping bangunan rumah kos.“Baiklah, terimakasih, saya akan mencari ibu Endah,” ucap sekretaris Mimih yang kemudian segera menuju ke rumah ibu Endah seperti yang sudah diinformasikan.Sekretaris Mimih terlihat berhenti di depan rumah pribadi ibu Endah.“Permisi, permisi,” teriak sekretaris Mimih. Beberapa saat dia menunggu, tidak ada orang yang keluar untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu.“Ibu Endah, permisi,” ucap sekretaris Mimih.Sekitar lima menit, tidak ada tanda tanda orang yang keluar dari rumah itu.“Sepertinya tidak ada orang,” gumam sekretaris Mimih.Sekretaris Mimih melihat pagar tidak dikunci, la