Angel semakin meyakini dirinya sendiri kalau ternyata dia hampir tahu pasti siapa sang wanita itu. Angel meratapi foto Riri di media sosialnya, dengan gaun putih yang begitu cantik. Hati Angel mungkin sudah mengatakan iya, tetapi dia tidak bisa untuk mengelak atau menghindar dari fakta. Angel enggan mengakuinya. "Bu, jadi gimana? Kita tetap ke klinik sekarang ya," tanya sang sopir karena mereka berhenti sejenak di pinggir jalan atas permintaan Angel. "Sebentar ya pak, saya butuh napas dulu," ucap Angel seraya mengambil tisu. Drrrt! Drrrt!"Ini tiketnya ke Singapura jam 5 sore ini ya bu. First class," kata Santi, pengacara Bara. Angel lantas menelepon seseorang. Sambil menatap jendela, Angel menunggu seseorang berseru di sebelah sana, Dengan napas yang tertahan karena emosi, Angel menyimak. "Halo, ada apa Ngel? Tumben kamu telepon aku lebih dulu," kata seorang pria di ujung sana. "Mas Bara. Kamu sudah tiba di Singapura?" tanya Angel. "Iya sudah. Baru saja tadi pagi. Ini sedang
Angel dan Riri saling tatap. Ini adalah momen paling krusial di antara mereka berdua. Angel menantikan jawaban yang paling tulus dari Riri. "Ah enggak Bu. Ya memang benar saya itu sudah menikah, Bu. Tapi baru menikah siri, makanya saya gak gembar-gembor. Dan memang benar, saya sedang hamil," kata Riri dengan mata berkaca-kaca akhirnya mengaku di depan toilet. "Jadi benar, kamu sudah menikah? Di Batam? Atau di Yogyakarta?" tegas Angel menegaskan. "Ah ... di luar kota Bu. Maaf saya gak kasih tahu ibu," ucap Riri mencoba menghindar. "Gak kasih tahu, atau memang kamu menikah dengan NICK? Kamu menikah dengan SUAMIKU ya?! Hah?" tanya Angel. UWEEKK! UWEEEK!"Maaf Bu, saya sedang mual-mualnya! Saya harus pulang. Nanti kita bicara di rumah saya aja ya, permisi. Sampai ketemu lagi. Terima kasih atas semua kebaikan ibu," kata Riri kabur dengan cepat meninggalkan Angel. "HEH! TUNGGU! Riri!"Angel menoleh dan berjalan cepat menuju ke luar lobi. Namun Riri berlari lebih cepat daripada Angel.
Bara mengantarkan Angel hingga apartemen orangtuanya di Singapura. Perjalanan penuh air mata itu membuat Angel begitu lelah tak bertenaga lagi. "Bener, kamu ga mau makan, Ngel? Ini sudah lewat jam makan malam, tapi hanya beli kopi aja," kata Bara saat di mobil sebelum Angel turun. Angel menunduk dan mengangguk dengan mata bengkak. Yang awalnya menangis parah, kini sudah habis air matanya. "Mana mungkin aku selera makan, mas. Cobalah kamu jadi aku," ujar Angel menunduk. "I feel you Angel. Aku juga pernah di posisi kamu, bahkan saat kami sudah sebar undangan," kata Bara curhat. "Oh ya? Tapi benar dia selingkuh?" tanya Angel. "Jujur, aku tidak melihat langsung. Hanya bukti-bukti memang sudah mengarah. Tapi aku tidak mau untuk langsung menuding. Hingga akhirnya, dia bilang gak cinta aku lagi. Ya sudah," kata Bara merenung. "Siapa namanya? Cantik ya?" ujar Angel. "Ya cantik itu kan relatif ya," kata Bara. "Hemm," sahut Angel. "Ya sudah, ayo aku antar turun," k
Angel menelepon Bara sekali lagi saat terbangun di pagi hari. Dia memastikan ajakan sang ibunda diterima oleh Bara."Memangnya kamu sudah sehat?" tanya Bara pada Angel."Ya aku kan gak sakit," kata Angel murung."Iya maksudku, kondisimu sudah membaik? Mau aku bawakan apa misalnya?" ucap Bara tiba-tiba agak tertawa kecil di ujung telepon."Ah gak usah mas. Gak usah repot. Aku hanya mau memastikan kalau kamu memenuhi undangan Papa Mama. Nanti malam mereka ngajak makan malam," kata Angel."Iya oke. Aku datang," ujar Bara menegaskan."Iya mas. Terima kasih ya," ungkap Angel lirih."Angel ..." kata Bara."Iya mas?" sahut Angel."Jadi rencanamu selanjutnya apa? Bagaimana? Maksudku, apa kamu benar serius akan berpisah dengan suamimu?" tanya Bara dengan nada penasaran."Ahhh iya. Kalau soal itu sebetulnya sedang proses. Aku hanya sedang menunggu kebenaran yang terucap dari mulut suamiku. Aku ingin mendengar pengakuannya. Itu saja yang aku tunggu," kata Angel."Kamu tahu apartemennya?" tanya B
Bara dan Angel selesai makan malam di apartemen ayahnya Angel. Sulit bagi Angel untuk tersenyum karena pernikahan mereka di ujung tanduk. Terlihat Bara dan ayahnya Angel masih bicara bersama beberapa rekan bisnis dan kolega. Angel memisahkan diri, lalu menerima telepon yang berdering. Bara menoleh dan melihat Angel ke arah sisi lain. Dari balik dinding, Bara mendengar Angel bicara. "Jadi, sudah masuk gugatannya? Sudah didaftarkan ya Wid? Aku dan Mas Nick segera sidang ya," kata Angel lirih. Widuri di ujung telepon menyemangati Angel yang masih saja bersedih. Bagi Angel, hal itu begitu membuat dadanya sesak. Dia mencoba untuk mempertahankan rumah tangganya selama ini, namun sia-sia. "Aku hanya mau kejujuran. No, aku gak perlu melabrak Riri atau Mas Nick. Gak akan ada peristiwa jambak menjambak. Aku hanya cukup tahu bahwa mereka memang mengkhianati aku dari belakang. Tapi aku hanya ingin kejujuran dari mulut mas Nick," ucap Angel. Angel dan Widuri membahas bagaimana mereka akan di
Angel dan Bara sama-sama berada di lorong rumah sakit. Wajah Bara agak tegang, namun di sisi lain dia tetap mengawal ayah dan ibunya Angel yang berjalan di belakang mereka. Angel membawa makanan di dalam plastik, ibunya membawa buket bunga. "Jadi, masih di ruang ICU ya?" tanya ibunya Angel. "Oh enggak kok tante, sudah di ruang perawatan," kata Bara. "Atau begini, saya punya kenalan dokter di China lho. Barangkali kamu tertarik bawa ayahmu ke sana," kata ibunya Angel sambil berjalan di lorong. Bara dan Angel saling tatap saat berjalan lalu Bara menunduk lagi. Dia hanya tersenyum kecil menjawab pertanyaan sang ibunda. "Tuntaskan dulu saja yang di sini tante," kata Bara. "Sebab, di China itu juga kadang campuran tradisional, TCM namanya. Di sana pasti sudah hebat hebat menangani stroke. Mungkin kamu bisa membawanya ke sana," kata ibunya Angel. "Iya tante, terima kasih sarannya," kata Bara. "Siapa nama ayahmu, Bara?" tanya ayahnya Angel, Tanuwijaya, dari belakang. DEG!Sang CEO l
Bara berjalan di lorong menuju lift. Angel yang penasaran ikut mengejar sang atasan dari arah belakang. Sayangnya, Bara terlanjur masuk lift.Ayah dan ibunda Angel sudah pulang lebih dulu. Angel semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Apalagi Bara pergi meninggalkan ruangan itu. TING!"Aduhhh buruan dong!" tutur Angel memencet tombol lift.TING Tak lama kemudian, Angel masuk ke dalam lift dan turun ke lobi. Begitu turun dan tiba di lobi, Angel clingak-clinguk melihat Bara ada di mana. Bara terlihat sedang menunggu mobil dan dijemput oleh sang sopir. Terlihat Bara bercakap-cakap dengan sang sopir di pintu mobil bersiap untuk masuk. "MAS BARA!"Angel mengejar ke arah Bara dan semakin mendekat. Bara menoleh lalu menatap Angel dengan dingin."Mas Bara," kata Angel begitu saling tatap."Iya Ngel," sahut Bara dingin."Mas ... sebenarnya ada apa? Kenapa ayahku pulang begitu melihat ayahmu? Ada apa mas? Ternyata memang sudah saling mengenal ya," kata Angel terengah-engah penasaran
Angel menatap Bara dengan mata berkaca-kaca. Mereka saling diam dan hening usai membicarakan ayah masing-masing. "Makanya, aku sebetulnya sudah lama ingin mengatakan ini. Tapi aku tidak sanggup. Coba posisinya dibalik, jika ayahmu yang ada di posisi ayahku. Apakah mau?" tukas Bara. "Mas, sungguh aku tidak tahu. Mungkin ayahku juga tidak tahu," sahut Angel. "Tak mungkin tak tahu. Pasti tahu. Dia tadi bilang kalau dia tahu ayahku sempat sakit. Tapi mungkin dia tak peduli. Ayahmu sudah merasa puas setelah mendapatkan apa yang diinginkan. Bahkan sampai ekspansi perusahaan ke Singapura. Bayangkan, untung saja ada perusahaan keluarga Mama yang akhirnya kami kembangkan. Jika tidak, kami mungkin sudah bangkrut entah bagaimana," kata Bara dengan mata yang merah. "Jadi ... " tutur Angel menggantung. Bara menatap Angel dengan hening. Angel menggeleng kecil dan tidak menyangka. "Apakah kamu dendam juga sama aku mas?" tanya Angel blak-blakan. "Kenapa kamu tanya begitu," ucap Ba
Angel melotot menatap Bara saat mendengar Bara menyatakan perasaannya. Sang perempuan berbadan dua itu sedikit memastikan apa yang sebenarnya Bara katakan. "Maksud kamu gimana mas? Aku gak paham," ujar Angel. "Ya maksudku sudah jelas Ngel. Bahwa aku sayang sama kamu. Entah kenapa, ini semua seperti proses. Jujur, awalnya aku sangat benci kamu dan ayahmu, namun setelah aku mengenal kamu lebih jauh, justru hidupku menjadi lebih baik, aku lebih banyak tersenyum. Kamu mengisi kekosongan dan mengusir rasa dendam itu Ngel," kata Bara menyatakan panjang lebar. "Apaan sih kamu mas ..."Angel mencoba menghindar dan menuju ke arah pintu ruang kerjanya. Bara lantas memegang bahu Angel. "Jangan marah Ngel, aku hanya menyatakan yang sebenarnya, yang aku rasakan," kata Bara. "Mas ... aku ini istri orang. Bahkan, aku sedang mengandung anak suamiku," kata Angel dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya mau tanya satu hal sama kamu Ngel," kata Bara. "Apa itu mas," sahut Angel. "Apakah kamu masih ci
Angel sudah jauh lebih baik hari ini. Dia sudah mulai bisa tersenyum saat masuk ke kantor. Sudah sepekan sejak Angel masuk rumah sakit dan dinyatakan hamil. "Ya baik! Deal ya pak! Kita jalankan kerja sama ini," kata Bara saat bersalaman dengan klien kemudian menoleh ke ruang kaca. Angel melintas dengan membawa tas tangan dengan penampilan yang sudah jauh lebih baik. Lantas kemudian Angel masuk ke dalam ruangannya. Bara bergegas menuju ke ruangan Angel. "Sehat Ngel?" tutur Bara tersenyum kecil. "Hei ... mas. Iya udah lebih baik," kata Angel tersenyum dan sudah jauh lebih tegar. "Syukurlah. Aku senang dengarnya. Gimana? Sudah lebih bisa rileks atau ..." "Ya, sudah mas. Aku sudah lama menginginkan anak ini," kata Angel memegang perutnya. "Iyaaa ... aku paham. Kalau kamu memang tidak sanggup, pulang gak apa-apa. Gak usah ke kantor," ujar Bara. UWEEKK! UWEEEK! Angel tiba-tiba mual. Dia lantas beranjak dari bangkunya lalu menuju wastafel. Bara cukup menunjukka
Nick bertanya kepada satpam di depan rumah Angel. Saat menurunkan kaca jendela, satpam tentu sudah mengenal majikannya. Saat mendekat, Nick mengajak satpam tersebut ngobrol. "Pak Nick gak masuk? Sudah lama sekali Pak Nick tidak pulang. Ibu lagi hamil katanya pak. Selamat ya," kata satpam enggan ikut campur. "Ah iya pak. Ya ... memang saya gak mungkin pulang. Mungkin bapak sudah tahu ..." kata Nick terlihat bimbang. "Iya pak. Yang sabar ya pak, saya ikut doakan yang terbaik," kata satpam. "Di dalam sedang ada tamu saya lihat," kata Nick menyelidik. "Ah iyaa... ada Pak Bara. Beberapa kali sering ke sini sejak bu Angel sering sakit dan hamil," kata satpam. "Ohhh ... sering datangnya?" tanya Nick. "Hemm ... ya sejak bu Angel masuk rumah sakit, dan pulang dari rumah sakit aja sih pak," kata satpam. Nick melihat ke arah mobil Bara. Dia mengangguk dan langsung pamit kepada satpam tanpa masuk. Lalu Nick memberikan sekantong plastik mangga dan bubur ayam untuk Angel. "Tolong kasih ya
Nick melihat istrinya pagi hari. Semalaman, Nick tidur di sofa. Wajah Riri cemberut dengan tanpa senyum sedikitpun. Nick bangkit dari sofa memegang bahu Riri dari belakang. "Jangan gitu dong sayang, jangan marah," kata Nick saat Riri tengah menyiapkan sarapan. "Apaan sih! Jangan sentuh sentuh aku," ucap Riri ketus. "Sayang ... aku kan memang masih suaminya Angel. Jadi wajar kalau kami memang tidur bareng. Dia aku kasih nakah batin," kata Nick mencoba merayu Riri. "Gila kamu ya! Berani-beraninya kamu berpikir seperti itu!" kata Riri. "Ya bukan berani-beraninya, saat itu memang Angel merayu aku, dan aku ....""TERGODA! AH KAMU EMANG DOYAN!" tukas Riri sambil mengacungkan pisau. "Sayang, please! Tolong mengerti," kata Nick. "Ya terus, kalau Angel sedang hamil anak kamu, terus, kamu gak jadi cerai? Terus nasib aku gimana? Terus jadi yang kedua seumur hidup? Hah!" "Ya gak begitu juga sayang ... Angel juga gak mau nerima aku lagi. Tapi, tentu memang kami belum bisa bercerai. Tapi ak
Pagi hari, Nick termenung di balkon apartemen. Riri dengan dress dan perut yang mulai terlihat, memberikan jus di pagi hari. Sang istri siri juga membawakan buah untuk suaminya. "Sayang, kok kamu melamun aja sih? Semalam pulang jam berapa? Aku udah tidur," kata Riri sambil memetik satu buah anggur. "Hemm iya, jam 11 malam," kata Nick sambil menatap ke arah sejauh mata memandang dengan dingin. "Oh gitu, kok gak bangunin aku sih? Terus, sekarang kamu ke kantor? Temani aku aja dong sayang," kata Riri langsung duduk di pangkuan Nick. "Aduh ..." kata Nick langsung mengelak lalu menghindar perlahan."Ada apa sih sayang? Kok kamu kayak sembunyikan sesuatu dari aku," kata Riri mulai curiga. "Hah? Gak apa-apa," kata Nick. "Pasti kamu mikirin Bu Angel kan? Jujur!" kata Riri. Nick hanya menggeleng dan menoleh ke arah Riri dengan dingin. Dia berdiri lalu memegang besi balkon sambil menatap jalan.Riri mulai resah, dan bingung dengan sikap suami yang dirampasnya. Lantas, Riri memeluk Nick d
TING TONG! ART membuka pintu. Bara yang datang, membawakan beberapa plastik berisi makanan. Pukul 7 pagi saat ini. "Pak Bara ... ada apa ya?" tanya ART sudah mengenalnya. "Angel ada? Sudah bangun?" tanya Bara ramah. "Non Angel lagi di area belakang, lagi minum jus di area kolam renang," kata ART. "Saya susul ya. Sudah makan belum dia?" tanya Bara lagi. "Tadi sih bu Angel katanya sedang mual. Jadi makanya minta dibikinin jus dan buah aja," kata ART. "Oh gitu, ya sudah, saya ke dalam ya," kata Bara seraya melangkah. Bara mengintip ke arah kolam renang. Terlihat Angel tengah menyantap buah sambil melamun. Tatapan matanya kosong dan memang sedang banyak pikiran. "Ehem! Morning," kata Bara tiba-tiba. "Ehhh ... mas Bara? Kok ada di sini," tanya Angel seraya berdiri menyambut atasannya. 'Ya kebetulan sebelum ke kantor sekalian lewat. Ada bubur sumsum dan kacang ijo nih. Mau yang mana? Belum sarapan kan," tanya Bara seraya memperlihatkan makanan yang dipegangnya. "Ya amp
Bara membantu Angel untuk pindah ke ruang perawatan. Pukul 19 malam ini, Widuri pamit saat Angel sudah lebih tenang. Bara tidak beranjak, seharian bersama Angel. "Bener, gak perlu aku temani?" tanya Widuri. "Gak perlu Wid. Gak apa-apa. Gak usah. Terima kasih. Kamu kan harus kerja lagi besok," kata Angel. "Besok aku akan ke kantor Nick. Akan aku bahas soal penundaan perpisahan kalian," kata Widuri. "Nanti ... kalau Mas Nick tanya, bilang aja, perceraian akan diurus setelah klinik laku terjual. Karena aku belum bisa juga bayar uang yang diminta oleh dia," ucap Angel sudah ikhlas. "Kenapa sih gak bilang kalau kamu hamil aja?" tanya Widuri. "Gak usah ... nanti aja. Aku gak mau berebut suami dengan Riri yang juga sedang hamil. Aku gak sudi dia bantu aku selama kehamilanku," ujar Angel kembali menangis. "Yang sabar ya Ngel," kata Widuri. Bara hanya menyimak obrolan mereka dengan mengupas kulit jeruk untuk Angel. Selanjutnya, Bara kemudian mengantar Widuri hingga ke pintu. "Mas Bara
"Iya halo, tante," tutur Bara menjawab telepon yang masuk. "Lho ini siapa?" tanya ibunya Angel di ujung telepon. "Saya Bara," kata Bara. "Lho Nak Bara. Sedang sama Angel ya? Kok teleponnya sama kamu?" tanya ibunya Angel bingung. "Tante ... ini ... Angel ... tadi pingsang. Sekarang sedang di rumah sakit," kata Bara. "APA? YA AMPUN! RUMAH SAKIT? KONDISINYA GIMANA? ADUHHH," kata ibunya Angel panik. "Tante tenang aja dulu. Angel sudah kami temani kok. Sejauh ini kondisinya sadar, sudah ditangani dokter," kata Bara. "Di rumah sakit mana? Nanti kamu chat tante ya! Biar tante dan om langsung ke sana. Kok bisa?" tanya ibunya Angel. "Tadi, Angel sempat bertengkar dengan Nick, tante. Di kantor. Ya setelah itu, Angel mungkin syok dan pingsan," kata Bara. "ITU ORANG LAGI GARA-GARANYA! SELALU AJA NYUSAHIN ANAK SAYA! YA SUDAH, TOLONG YA BARA. DI SANA ADA SIAPA?" tanya ibunya Angel. "Ada Santi kok tante, sekretaris saya. Widuri juga sebentar lagi datang, tadi sudah dikabari," kata Bara. "
Suara pertengkaran terdengar dari dalam ruangan Angel. Santi dan beberapa dokter hingga karyawan menguping dari luar. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi. "Kasihan ya Bu Angel, dengar-dengar sih, rumah tangganya di ujung tanduk," kata salah satu karyawan. "Aduh, itu ribut banget lho, lebih baik segera buka pintunya daripada terjadi apa-apa," kata salah satu dokter. "Eh apa benar, WIL atau selingkuhan suaminya itu adalah si Riri? Soalnya, gue sempat dengar begitu. Apalagi Riri juga kan dipecat ya," kata yang lainnya. "Sssst, jangan pada gosip. Gimana ini," ucap Santi mencoba mengetuk pintu terus. BRUKK!BRUUUK!"Jahat kamu mas! Kamu tega mengkhianati aku, apa salahku? Aku sudah berusaha mencoba pasang badan buat kamu di depan Papa Mama! Kenapa sih?! Tega banget," teriak Angel dari dalam. "YA KARENA KAMU GAK BISA KASIH AKU ANAK!"Tak Tok Tak TokSuara pantofel pria terdengar masuk ke dalam. Pria itu terhenti sejenak langkahnya begitu dia melihat karyawan dan sekretarisnya ber