Setibanya di halaman parkir RS, Angel dan Widuri turun dari mobil. Dengan hanya mengenakan celana kulot warna cokelat ⅞ dan kemeja putih lalu membawa clutch hitam, Angel ditemani oleh Widuri dengan rambut yang masih setengah basah usai berenang. Widuri terpaksa ikut dalam masalah ini. “Kayak apa sih orangnya si Bara itu?”“Pokoknya sok tahu, dingin, sombong, angkuh. Gak banget! Monster,” kata Angel kesal. “Hah? Masa sih? Tapi dia punya bisnis di bidang farmasi dan klinik, artinya dia mengerti perempuan kan? Ya maksudnya, dia paham dong siapa yang dia hadapi? Wanita,” kata Widuri. “Nyatanya? Enggak kan! Ya oke, dia berhak memutuskan apapun, tapi harusnya kan bilang dulu sama aku! Koordinasi dulu. Ini gak ada angin, gak ada hujan, dia gak pernah lho menyinggung soal pabrik. Dia cuma bilang kalau semua barang yang ada di klinik, semua ganti punya dia. Tapi dia gak pernah melarang kalau kami menjual di e-commerce. Dan gak pernah bilang soal pabrik. Ini? Tiba-tiba di siang bolong,” kata
Angel duduk di lorong rumah sakit sambil menanti sang atasan untuk mempertanyakan kebijakan sepihak yang dilakukannya. Kesal, tentu saja. Emosi sudah pasti. Akan tetapi, Angel malah melunak tiba-tiba, terlihat dari wajahnya yang lebih banyak melamun. “Yeee, kenapa sih? Ya udah yuk pulang aja. Gak enak kali, ngobrol di rumah sakit. Ayahnya lagi sakit, ibunya juga lagi repot. Gak usah sekarang. Masih ada hari esok,” ucap Widuri. “Besok aja ya?”“Iya, besok aja. Gak enak,” kata Widuri. Angel menuju ke arah meja perawat sambil melirik ke arah ruang ICU. Sudah cukup lama, 15 menit ditunggu, Bara belum kunjung ke luar dari ruangan. “Maaf Sus, boleh tanya?” ucap Angel sedikit berbisik pada perawat. “Oh iya, kenapa ya mbak?” tanya perawat. “Pasien atas nama Gunadi Bagaskara tadi, memangnya sakit apa? Maksudnya, kok bisa sampai ke ruang ICU? Stroke ya? Apa benar?”“Iya betul kena serangan stroke. Tapi kami gak bisa jelaskan detail, kecuali keluarganya,” kata perawat. “Kondisi pasien saa
Bara dan ibunya makan mie ayam di ruang tunggu pasien, di samping ruang ICU. Satu boks mie ayam didorong menjauh oleh ibunda Bara. “Kok gak habis Ma? Gak enak ya,” tanya Bara sambil mengunyah. “Mana enak makan sih? Mama itu banyak pikiran. Sampai kapan ayahmu begini? Kalau begini, seperti mati segan hidup tak mau,” kata ibunya Bara meneteskan air mata. “Ma … jangan bicara begitu. Papa harus tetap hidup! Papa harus melihat kehancuran rivalnya dulu,” kata Bara dingin. “Jangan begitu. Kalau terus menyimpan dendam, ayahmu bisa gak sembuh-sembuh. Kita harus ikhlas, harus legowo,” ujar sang ibu. “Tadi itu! Anaknya Tanuwijaya Ma!”“Tadi? Siapa?” tanya sang ibunda bingung. “Ya si Angel itu! Anaknya Tanuwijaya! Memang dia lama di luar negeri untuk kuliah. Sehingga saat kejadian Papa dan ayahnya berseteru, Angel tidak tahu menahu,” kata Bara menjelaskan. “Lho kok, bisa sekantor sama kamu? Mama jadi bingung,” tanya sang ibunda. “HAHAHA! Kan aku sudah pernah bilang, aku memang dendam ingi
Bara turun dari mobil dan melihat ke arah mobil Angel, dua mobil di sampingnya. Senyum kecil terpasang di wajahnya. Bara baru tiba sekitar jam makan siang. “Halo, siang,” kata Bara menyapa sekretarisnya. “Siang Pak. Sore ini ada klien dari Kalimantan, ingin datang menyampaikan presentasi konsep kerjasama mereka. Mereka suruh ke sini aja, atau bapak mau bertemu di luar?” tanya sekretaris Bara. “Jam berapa?” tanya Bara. “Sekitar jam 4 sore Pak,” kata sekretarisnya. “Saya gak mau sendiri. Coba tanya Angel, bilang bahwa ada klien nanti sore. Dia biasa pulang jam 5 kan ya,” tanya Bara sebelum masuk ke dalam ruangannya. “Iya Pak. Bu Angel biasa pulang jam segitu. Oke, nanti saya akan bilang bu Angel,” kata sang sekretarisnya. “Riri, anak buahnya dia sudah masuk?” ucap Bara. “Belum pak. Kata rekannya sih besok baru mulai masuk kantor,” kata sang sekretaris. Bara mengangguk dan masuk ke ruangannya. Jas krem hari ini membuatnya tampak teduh. Akan tetapi, matanya tetap tidak bisa membo
Dengan sigap Angel merapikan tas dan berkas-berkasnya di meja kerjanya. Ruangannya saat ini jauh lebih sempit dibanding yang sebelumnya. Dengan heels 7 cm, Angel berjalan menuju ke ruang rapat.“Ah perkenalkan, ini Angel, rekan kerja saya. Perusahaan kami saat ini menyatu atau merger,” kata Bara memperkenalkan Angel pada kliennya. “Oh baik, saya Wilson dan ini tim kami. Kami pengusaha lokal dari Kalimantan sedang membuat project bersama para mahasiswa dan investor asing. Kami berniat untuk mengajak kerjasama,” kata sang pengusaha. “Ahh kerjasama seperti apa ya,” tanya Angel seraya menjadi sorotan dan bidikan mata Bara yang melihat Angel begitu cantik sore ini karena sapuan makeup yang dipolesnya kembali, menjelang kepergiannya menyusul suaminya. Mereka membicarakan materi bisnis ditemani sekretaris Bara dan juga sejumlah tim sales. Angel sesekali menoleh ke arah Bara dan memberikan ide. Meski begitu, Angel juga gelisah dan selalu melihat jam tangan. Bara sadar bahwa Angel sudah ti
Angel menunggu sang suami yang sedang mandi. Beberapa pakaian dirapikan dan dikeluarkan dari dalam koper Nick. Mereka berdua sudah kembali ke rumah dari rumah mertua. Angel merapikan koper suami, menaruh pakaian kotor dan memisahkan pakaian bersih. Saat sedang merapikan pakaian suami, Angel melihat beberapa catatan pembukuan, bon-bon pembayaran dan juga beberapa nota. “Pembayaran katering 50 pax?”“Pembayaran MUA,” tutur Angel bicara sendiri. Salinan nota-nota itu ada di dalam buku agenda tebal milik Nick yang ada di salah satu selipan koper. Angel tidak sengaja mengambil buku agenda itu, kemudian melihat nota-nota itu. “Totalnya sampai Rp 40 juta,” ucap Angel dengan mengernyitkan dahi. Angel melihat ponsel Nick tergeletak di meja. Dia mencoba mengutak-atik ponsel suaminya, namun ternyata Nick memasang password kali ini. JEGREK!“Ngapain kamu ambil HP aku,” tanya sang suami dengan dibalut handuk di bagian pinggang. “Ah enggak. Sekarang HP kamu pakai password mas?”“Ya memang pa
Tok Tok Tok!"Bu, ibu ketuk kamar tamu? Ada apa bu?" kata ART menghampiri Angel. "Ah gak apa-apa. Hanya saja, suami saya semalam tidur di sini," kata Angel dengan wajah tak enak dan berusaha untuk tidak blak-blakan kalau mereka pisah ranjang. "Oh tapi tadi bapak sudah berangkat habis sarapan. Tadi sempat minta dibuatkan roti bakar," kata ART. "Oh ya? Suami saya sudah jalan?" tanya Angel tidak percaya. "Iya bu, sudah berangkat," ujar ART. "Pakai mobil yang mana ya," tanya Angel. "Pakai mobil yang besar, yang SUV. Yang dipakai bapak ke luar kota," kata ART. Nick masih memakai mobil Angel sekalipun Angel dicampakkan. Angel hanya terdiam namun tidak mau bicara banyak di depan ART. "Ya sudah mbak, terima kasih ya," kata Angel kecewa karena ternyata suaminya sudah berangkat lebih dulu. Angel kembali ke kamarnya dan mencoba menghubungi suaminya. Sekali tidak dijawab, sekali lagi dia mencobanya. "Halo! Aku masih nyetir," kata Nick singkat. "Mas, menepi dulu. Aku mau ngobrol," kata
Angel menemui Widuri di kantornya. Dari balik pintu, Angel mendengar semacam rintihan. “Ohhh … emhhhh, sayang. Ughh, enak di situ,” terdengar suara desahan dari luar pintu.SREET!Tak sengaja Angel mendorong pintu yang mengejutkan Widuri di dalam ruangan. Sang lawyer itu akhirnya membuka pintu ruangannya. “Astaga Angel!”“Aduhh, sorry ya aku ganggu kalian,” kata Angel tersenyum melihat Widuri merapikan rambut dan kemejanya. “Hehehe, aduh sorry ya. Maklum, lagi kangen-kangennya sama cowok aku. Hehehe,” kata Widuri menggandeng kekasihnya. “Hai Ngel, apa kabarnya,” tanya kekasih Widuri yang sudah mengenal Angel. “Aduh, lagi asyik ya. Aku datang bikin kaget aja nih. Kalian got a room lah! Cari kamar. Hehehe,” kata Angel menggoda keduanya. “Hahaha. Gak sempat nih. Aku harus kembali ke kantor, ada press conference dengan klien,” kata kekasih Widuri. “Okeee, hati-hati ya,” ucap Angel kepada kekasih sahabatnya itu. Angel masuk ke dalam ruangan dan senyum-senyum menatap Widuri. Sang sa
Angel melotot menatap Bara saat mendengar Bara menyatakan perasaannya. Sang perempuan berbadan dua itu sedikit memastikan apa yang sebenarnya Bara katakan. "Maksud kamu gimana mas? Aku gak paham," ujar Angel. "Ya maksudku sudah jelas Ngel. Bahwa aku sayang sama kamu. Entah kenapa, ini semua seperti proses. Jujur, awalnya aku sangat benci kamu dan ayahmu, namun setelah aku mengenal kamu lebih jauh, justru hidupku menjadi lebih baik, aku lebih banyak tersenyum. Kamu mengisi kekosongan dan mengusir rasa dendam itu Ngel," kata Bara menyatakan panjang lebar. "Apaan sih kamu mas ..."Angel mencoba menghindar dan menuju ke arah pintu ruang kerjanya. Bara lantas memegang bahu Angel. "Jangan marah Ngel, aku hanya menyatakan yang sebenarnya, yang aku rasakan," kata Bara. "Mas ... aku ini istri orang. Bahkan, aku sedang mengandung anak suamiku," kata Angel dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya mau tanya satu hal sama kamu Ngel," kata Bara. "Apa itu mas," sahut Angel. "Apakah kamu masih ci
Angel sudah jauh lebih baik hari ini. Dia sudah mulai bisa tersenyum saat masuk ke kantor. Sudah sepekan sejak Angel masuk rumah sakit dan dinyatakan hamil. "Ya baik! Deal ya pak! Kita jalankan kerja sama ini," kata Bara saat bersalaman dengan klien kemudian menoleh ke ruang kaca. Angel melintas dengan membawa tas tangan dengan penampilan yang sudah jauh lebih baik. Lantas kemudian Angel masuk ke dalam ruangannya. Bara bergegas menuju ke ruangan Angel. "Sehat Ngel?" tutur Bara tersenyum kecil. "Hei ... mas. Iya udah lebih baik," kata Angel tersenyum dan sudah jauh lebih tegar. "Syukurlah. Aku senang dengarnya. Gimana? Sudah lebih bisa rileks atau ..." "Ya, sudah mas. Aku sudah lama menginginkan anak ini," kata Angel memegang perutnya. "Iyaaa ... aku paham. Kalau kamu memang tidak sanggup, pulang gak apa-apa. Gak usah ke kantor," ujar Bara. UWEEKK! UWEEEK! Angel tiba-tiba mual. Dia lantas beranjak dari bangkunya lalu menuju wastafel. Bara cukup menunjukka
Nick bertanya kepada satpam di depan rumah Angel. Saat menurunkan kaca jendela, satpam tentu sudah mengenal majikannya. Saat mendekat, Nick mengajak satpam tersebut ngobrol. "Pak Nick gak masuk? Sudah lama sekali Pak Nick tidak pulang. Ibu lagi hamil katanya pak. Selamat ya," kata satpam enggan ikut campur. "Ah iya pak. Ya ... memang saya gak mungkin pulang. Mungkin bapak sudah tahu ..." kata Nick terlihat bimbang. "Iya pak. Yang sabar ya pak, saya ikut doakan yang terbaik," kata satpam. "Di dalam sedang ada tamu saya lihat," kata Nick menyelidik. "Ah iyaa... ada Pak Bara. Beberapa kali sering ke sini sejak bu Angel sering sakit dan hamil," kata satpam. "Ohhh ... sering datangnya?" tanya Nick. "Hemm ... ya sejak bu Angel masuk rumah sakit, dan pulang dari rumah sakit aja sih pak," kata satpam. Nick melihat ke arah mobil Bara. Dia mengangguk dan langsung pamit kepada satpam tanpa masuk. Lalu Nick memberikan sekantong plastik mangga dan bubur ayam untuk Angel. "Tolong kasih ya
Nick melihat istrinya pagi hari. Semalaman, Nick tidur di sofa. Wajah Riri cemberut dengan tanpa senyum sedikitpun. Nick bangkit dari sofa memegang bahu Riri dari belakang. "Jangan gitu dong sayang, jangan marah," kata Nick saat Riri tengah menyiapkan sarapan. "Apaan sih! Jangan sentuh sentuh aku," ucap Riri ketus. "Sayang ... aku kan memang masih suaminya Angel. Jadi wajar kalau kami memang tidur bareng. Dia aku kasih nakah batin," kata Nick mencoba merayu Riri. "Gila kamu ya! Berani-beraninya kamu berpikir seperti itu!" kata Riri. "Ya bukan berani-beraninya, saat itu memang Angel merayu aku, dan aku ....""TERGODA! AH KAMU EMANG DOYAN!" tukas Riri sambil mengacungkan pisau. "Sayang, please! Tolong mengerti," kata Nick. "Ya terus, kalau Angel sedang hamil anak kamu, terus, kamu gak jadi cerai? Terus nasib aku gimana? Terus jadi yang kedua seumur hidup? Hah!" "Ya gak begitu juga sayang ... Angel juga gak mau nerima aku lagi. Tapi, tentu memang kami belum bisa bercerai. Tapi ak
Pagi hari, Nick termenung di balkon apartemen. Riri dengan dress dan perut yang mulai terlihat, memberikan jus di pagi hari. Sang istri siri juga membawakan buah untuk suaminya. "Sayang, kok kamu melamun aja sih? Semalam pulang jam berapa? Aku udah tidur," kata Riri sambil memetik satu buah anggur. "Hemm iya, jam 11 malam," kata Nick sambil menatap ke arah sejauh mata memandang dengan dingin. "Oh gitu, kok gak bangunin aku sih? Terus, sekarang kamu ke kantor? Temani aku aja dong sayang," kata Riri langsung duduk di pangkuan Nick. "Aduh ..." kata Nick langsung mengelak lalu menghindar perlahan."Ada apa sih sayang? Kok kamu kayak sembunyikan sesuatu dari aku," kata Riri mulai curiga. "Hah? Gak apa-apa," kata Nick. "Pasti kamu mikirin Bu Angel kan? Jujur!" kata Riri. Nick hanya menggeleng dan menoleh ke arah Riri dengan dingin. Dia berdiri lalu memegang besi balkon sambil menatap jalan.Riri mulai resah, dan bingung dengan sikap suami yang dirampasnya. Lantas, Riri memeluk Nick d
TING TONG! ART membuka pintu. Bara yang datang, membawakan beberapa plastik berisi makanan. Pukul 7 pagi saat ini. "Pak Bara ... ada apa ya?" tanya ART sudah mengenalnya. "Angel ada? Sudah bangun?" tanya Bara ramah. "Non Angel lagi di area belakang, lagi minum jus di area kolam renang," kata ART. "Saya susul ya. Sudah makan belum dia?" tanya Bara lagi. "Tadi sih bu Angel katanya sedang mual. Jadi makanya minta dibikinin jus dan buah aja," kata ART. "Oh gitu, ya sudah, saya ke dalam ya," kata Bara seraya melangkah. Bara mengintip ke arah kolam renang. Terlihat Angel tengah menyantap buah sambil melamun. Tatapan matanya kosong dan memang sedang banyak pikiran. "Ehem! Morning," kata Bara tiba-tiba. "Ehhh ... mas Bara? Kok ada di sini," tanya Angel seraya berdiri menyambut atasannya. 'Ya kebetulan sebelum ke kantor sekalian lewat. Ada bubur sumsum dan kacang ijo nih. Mau yang mana? Belum sarapan kan," tanya Bara seraya memperlihatkan makanan yang dipegangnya. "Ya amp
Bara membantu Angel untuk pindah ke ruang perawatan. Pukul 19 malam ini, Widuri pamit saat Angel sudah lebih tenang. Bara tidak beranjak, seharian bersama Angel. "Bener, gak perlu aku temani?" tanya Widuri. "Gak perlu Wid. Gak apa-apa. Gak usah. Terima kasih. Kamu kan harus kerja lagi besok," kata Angel. "Besok aku akan ke kantor Nick. Akan aku bahas soal penundaan perpisahan kalian," kata Widuri. "Nanti ... kalau Mas Nick tanya, bilang aja, perceraian akan diurus setelah klinik laku terjual. Karena aku belum bisa juga bayar uang yang diminta oleh dia," ucap Angel sudah ikhlas. "Kenapa sih gak bilang kalau kamu hamil aja?" tanya Widuri. "Gak usah ... nanti aja. Aku gak mau berebut suami dengan Riri yang juga sedang hamil. Aku gak sudi dia bantu aku selama kehamilanku," ujar Angel kembali menangis. "Yang sabar ya Ngel," kata Widuri. Bara hanya menyimak obrolan mereka dengan mengupas kulit jeruk untuk Angel. Selanjutnya, Bara kemudian mengantar Widuri hingga ke pintu. "Mas Bara
"Iya halo, tante," tutur Bara menjawab telepon yang masuk. "Lho ini siapa?" tanya ibunya Angel di ujung telepon. "Saya Bara," kata Bara. "Lho Nak Bara. Sedang sama Angel ya? Kok teleponnya sama kamu?" tanya ibunya Angel bingung. "Tante ... ini ... Angel ... tadi pingsang. Sekarang sedang di rumah sakit," kata Bara. "APA? YA AMPUN! RUMAH SAKIT? KONDISINYA GIMANA? ADUHHH," kata ibunya Angel panik. "Tante tenang aja dulu. Angel sudah kami temani kok. Sejauh ini kondisinya sadar, sudah ditangani dokter," kata Bara. "Di rumah sakit mana? Nanti kamu chat tante ya! Biar tante dan om langsung ke sana. Kok bisa?" tanya ibunya Angel. "Tadi, Angel sempat bertengkar dengan Nick, tante. Di kantor. Ya setelah itu, Angel mungkin syok dan pingsan," kata Bara. "ITU ORANG LAGI GARA-GARANYA! SELALU AJA NYUSAHIN ANAK SAYA! YA SUDAH, TOLONG YA BARA. DI SANA ADA SIAPA?" tanya ibunya Angel. "Ada Santi kok tante, sekretaris saya. Widuri juga sebentar lagi datang, tadi sudah dikabari," kata Bara. "
Suara pertengkaran terdengar dari dalam ruangan Angel. Santi dan beberapa dokter hingga karyawan menguping dari luar. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi. "Kasihan ya Bu Angel, dengar-dengar sih, rumah tangganya di ujung tanduk," kata salah satu karyawan. "Aduh, itu ribut banget lho, lebih baik segera buka pintunya daripada terjadi apa-apa," kata salah satu dokter. "Eh apa benar, WIL atau selingkuhan suaminya itu adalah si Riri? Soalnya, gue sempat dengar begitu. Apalagi Riri juga kan dipecat ya," kata yang lainnya. "Sssst, jangan pada gosip. Gimana ini," ucap Santi mencoba mengetuk pintu terus. BRUKK!BRUUUK!"Jahat kamu mas! Kamu tega mengkhianati aku, apa salahku? Aku sudah berusaha mencoba pasang badan buat kamu di depan Papa Mama! Kenapa sih?! Tega banget," teriak Angel dari dalam. "YA KARENA KAMU GAK BISA KASIH AKU ANAK!"Tak Tok Tak TokSuara pantofel pria terdengar masuk ke dalam. Pria itu terhenti sejenak langkahnya begitu dia melihat karyawan dan sekretarisnya ber