"Seneng dong," jawab Aliza.
"Seneng buaaanget!" imbuh Alifa."Yee, papa juga seneng. Potong kuenya, potong kuenya."Lagu selmat ulang tahun berdendang merdu di kamar si kembar. Bahkan, yang lagi ulang tahun meskipun bangun tidur juga sudah excited ikut menyanyi. Tidak ada yang pendiam di anatara kedua putri Harsa itu, semuanya cerewet dan petakilan seperti Ayu."Pa, Adik Alil Aliq tidung?" tanya Aliza."Iya Sayang, Adik tidur. Ini kue pertama mau disuapin ke siapa?" Harsa tersenyum menatap secara bergantian ke arah mereka."Bunda!" celetuk Alifa."Kak Aliza pilih... Ibu!" teriak Aliza.Lagi-lagi Harsa bangga pada mereka. Untungnya yang dipilih kedua perempuan cantik itu. Harsa sebenarnya khawatir karena takutnya membuat yang satu iri jika yang dipilih ada dirinya. Untuk perkara seperti ini, Harsa selalu siapa jika memang sebaiknya mengalah."Masyaallah, entar"Mampus ketahuan Aliza!" batin Ayu. "Hehe, nggak apa-qpa. Ini punggung bunda kayak gatal gitu Sayang, coba Kak Aliza garuk!" pintar Ayu. "Mana? Tangan kaka masuk?" tanya Aliza. "Nggak usah Nak, dari atas baju aja," kata Ayu. Ayu segera menggendong Aliza dan melangkah serta menutup pintu secara perlahan. Nyiur dan Harus tidak tahu jika Ayu membawa Aliza keluar kamar mandi untuk ke kamarnya. "Bunda, Kakak pengen tidung cama Bunda," kata Aliza. "Boleh Sayang, tapi Adik Alifa tidur sama siapa?" tanya Ayu. "Ehmm, yah Bun. Kakak pengen cama bunda pumpung semua adik-adik tidun. Kaka mau cama bunda," rengek Aliza. Sesuatu yang disadari oleh orang tua. Anak pertama terlalu dirasa baik-baik saja padahal merek juga ingin seperti adik-adiknya. Hanya saja jiwa mengalahnya lebih menang. Jarang-jarang ada anak seperti Aliza yang mampu menyampaikan keinginannya itu dengan tenang. "Kak Aliza, oke
"Adik, angun? Tuyunin kakak, Pa," pinta Alifa."Adik, Adik jangan nangis!" Aliza berusaha memeluk Alifa."Huaaaaaa aaa aaaaa aa!" "Anak bunda!" Ayu menghampiri dan Alifa. Alifa langsung terdiam saat dirinya dipeluk oleh Ayu. Harsa bingung mau berkata apa, begitu pula Nyiur. Mau heran, tetapi Alifa memang lebih sensitif kepada Ayu daripada orang tua kandungnya sendiri. "Bun, Alifa mau hiks cama Bunda," kata Alifa dengan terisak."Ehmm, iya Sayang iya. Adik Alifa pengen tidur di mana? Kita tidur ya Sayang sudah malam, tadi itu Kakak Aliza habis dari kamar mandi mampir ke kamar Bunda, Kakak Aliza sayang Adik, Kakak Aliza nggak ninggalin Adik," kata Ayu berusaha menenangkan. Barangkali yang membuat cemburu adalah keberadaan Aliza di kamar Ayu. Mungkin penjelasan Ayu membuat Alifa lebih tenang. Akan tetapi, bagaimana dengan perasaan Aliza? Baru saja ia mengungkap apa yang diadakan, tetapi Ayu mem
"Ada apa? Nggak mau ah ya'g bikin mikir, Nyiur mau tidur aja sambil peluk Kakak." Nyiur kembali merebahkan diri dan memeluk Aliza. Harsa yang gemas langsung turun dari ranjang dan ikut tidur di samping Nyiur. "Saya juga mau peluk kamu." "Terserah, jangan bisikan yang bikin mikir!" "Cuma mau bilang, Mas sangat cinta sama kamu." CUPP. Kecupan mendarat, tangan Nyiur pun beralih dikalungkan pada leher Harsa dengan tubuh yang bergotong royong untuk bangun dan berpindah. Ya memang seperti itu poin positif dari seorang suami istri. Keluarga yang harmonis adalah satu-satunya rumus ketenangan dalam rumah tangga. Masalah ekonomi? masalah anak? Ini juga permasalahan. Akan tetapi, banyak yang tidak menyadari bahwa benteng dalam menghadapi hal tersebut adalah keharmonisan. Karena yang diucapkan dalam ikrar pernikahan itu adalah menerima nikah dan kawinnya, hubungan dalam gejolak mahkotanya, sedangkan perkara seperti adanya eko
"Nggak gitu maksudku, Mas. Pengen denger mulut Mas janji," kata Nyiur dengan manja. "Oke, saya janji. Saya janji nggak akan selingkuh, Sayang," ucap Harsa."Masa gitu ngomongnya?" Nyiur menggeser duduknya untuk lebih bersandar."Masih salah lagi?" tanya Harsa."Ya emang belum pernah benar dari tadi!" celetuk sewot Nyiur. Wanita kalau marah begini saati jam dan keadaan seperti ini mintanya apa? Harsa masih berpikir, apanya yang kurang tepat? Bukan perkara sudah berapa tahun menjalani pernikahan, tetapi kamus wanita memang terkadang pembaharuannya di luar nalar. Jika harusnya masih terus mendiamkan tentu ini akan menimbulkan perkara yang berkepanjangan. maksudnya bukan berkepanjangan yang berakibat sesuatu yang menyebabkan permusuhan di antara keduanya tetapi hal ini bisa melemahkan sesuatu yang seharusnya bisa mereka nikmati dengan baik. Nyiur masih tetap berada pada posisi marahnya. Di malam ters
"Setia kawan dong," jawab Nyiur. "Hahha, alasannya supaya Ayu tidak cemburu kan?" tanya Nyiur. "Lebih tepatnya nggak mau ada keributan di jari ulang tahun kembar. Eh ya ampun, emang sempat nggak ya Mas kalau ikut, tapi sorenya kan acara ulang tahun si kembar." Baru saja lupa bahwasanya sorenya ada acara untuk sang putri dan sedangkan baginya ada tawaran dari harta untuk ikut membaca Qosidah Burdah di lapangan. Harsa sendiri juga lupa Padahal mereka baru saja merayakan secara kekeluargaan. Serasa belum merayakan karena diterpa konflik kecemburuan para bayi tersebut. "Aduh, kenapa bisa lupa banget ya? Saya juga gak bisa ini, harus urus dekorasi dengan maksimal. Soalnya Saya tidak puas Kalau dekorasinya itu terbuat tanpa sepengetahuan saya meskipun ini sudah kita serahkan kepada si terhandalnya. Ya udah kita ikut lain kali aja." Harsa mengurut dadanya yang merasa buruk karena sampai lupa dengan hari tersebut. "Terserah
"Kakak pink," kata Alifa. "No! Adik ijo!" sahut Aliza. "Kak, ijo aja!" rengek Alifa. Pasti ujung-ujungnya ini nanti Alifah yang mengalah. nyuruh paham bahwa putrinya yang pertama ini tidak tega untuk melihat kembarannya moodnya ambyar karena ulah Dari Dirinya meskipun Terkadang juga kelepasan untuk saling bertengkar tetapi sangat sering Alifa yang mengalah akhirnya. di hari yang sangat istimewa ini ia tidak ingin salah satunya merasa terabaikan atau merasa bahwa dirinya itu yang selalu harus mengorbankan. "Ya udah, ijo aja Bu," kata Alifa. "Sayang!"'Nyiur memeluk keduanya. " Warnanya gak sama gak apa-apa, yang penting kan modelnya sama, jadi tetep serasi untuk kalian pakai bareng." "Gak apa-apa, Bu. Adik sukanya kakak juga pakai ijo." Alifa tersenyum dan menyentil pipi gemas kembarannya. "Adik mau ijo!" rengek nya lagi yang meminta pengakuan persetujuan dari Nyiur. harga dan Ayu
***"Sayang, ciee Adik Alil sama Adik Aliq senyum-senyum. Tahu mau ada pesta ya Sayang ya?" Harsa memangku kedua putranya setelah disusui oleh Ayu. "Ya iyalah Bi, pesta kan asyik hahaha," sahut Nyiur. "Kamu puas nggak dengan dekorasinya?" tanya Harsa. "Puas banget, Mas. Hmmm aku tadi nandain sesuatu di Qosidah Burdah." Ayu mengambil kitab tersebut. Harsa aku juga melihat Ayu melipat kitab tersebut saat setelah Ada sarapan bersama dengan kru yang berpartisipasi dalam pembuatan dekorasi ulang tahun Aliza dan Alifa. Saat itu kira-kira qasidah berita sampai di pasal 2. Pasal tersebut merupakan sebuah penjelasan di mana bahayanya sebuah halaman buku itu sangat sangat pintar mencari celah untuk merayu pada manusia. Ayu pun menunjuk pada pasal 2 bait ke-7 yaitu di sini yang dijelaskan atau didetailkan mengenai berkuasanya hawa nafsu. ibaratnya hawa nafsu itu seperti raja. ia sangat mudah berkuasa di
Aliza segera menuju panggilan dari Ayu. Ternyata Ayah memberikan sekotak coklat favoritnya. Alisa yang kehilangan itu tidak lupa langsung menyebut nama saudara kembarnya dan meminta izin kepada harus ada juga Ayu untuk segera membawa Kotak Coklat tersebut untuk dibagi bersama kembarannya. Mereka berdua setelah Aliza keluar dari kamar kembali ingin bernostalgia. Tidak ada habis-habisnya mereka mengingat masa sebelum mereka bersatu lagi. Masa di mana patah hati luar biasa sangat bisa mereka rasa dan mereka hanya bisa bersandiwara tersenyum dibalik apa saja semuanya yang terjadi. Bahkan yang mereka ceritakan ini kembali seperti saat di pantai waktu itu yaitu membicarakan Waktu mereka masih kecil. Dulu mereka itu sangat tidak lepas dari bermain petak umpet. Salah satu tempat andalannya adalah pohon karena dulu Pohonnya itu sangat rindang dan dedaunannya sampai bisa dibuat untuk bersembunyi di samping pohon tersebut. Ayu juga mudah m
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga