BESOKNYA CHAT PANJANG NYIUR DAN HARSA TERLAKSANA Nyiur: "Kenapa tadi waktu di meja makan Mas kayak menghindar dari aku?" Harsa: "Masa gitu aja kamu baper, sih! Jelas-jelas ayamnya emang di dekat baru." Nyiur: "Lanjutkan." Kali ini mereka tidak bersandiwara. Nyiur benar-benar kecewa dengan sikap Harsa tadi pagi ketika di meja makan sampai Harsa berangkat. Begitu pula dengan Harsa, Ia sedang mengerjakan pekerjaan yang termasuknya rumit dan tergugah untuk emosi, jelas ini membuatnya sangat mudah untuk marah. Harsa: "Jangan besarkan permasalahan kecil, Sayang!" Meskipun demikian sudah terlanjur berkata yang seenaknya sendiri, dalam hati Harsa tetap menjadi orang yang sangat tulus untuk Nyiur. Konsentrasinya menjadi ambyar karena memikirkan ucapannya yang sudah menyakiti Nyiur. Nyiur: "Kalau mau marah, lanjutkan saja Mas marahnya." Harsa: "Saya nggak marah." Nyiur: "Yang penting gak lupa tanggung jawab. Harsa: "Ya." Nyiur: "Anak-anak kangen Mas." Harsa: "
Harsa: “Menjadi yang pertama itu istimewa. Kamu yang berhasil buka segel.” Nyiur: “Aaaah! Udah gak mood chat aku, Mas. Buka segelnya iya memang bareng aku, tapi bersatunya kulit? Udah dipuaskan terlebih dahulu dengan Ayu. Harsa: “Sayang, kalau urusan ini yang menang tetap yang buka segel. Saya paling sedih kalau kamu udah masuk ke kawasan rendah diri.” Memang benar bahwasanya rasa rendah diri yang diungkapkan oleh Nyur itu sangat sakit untuk dirasakan Harsa. Pikirannya itu langsung tertuju pada dirinya yang seperti tidak mampu menjadi seorang suami yang benar-benar bisa melakukan tanggung jawab tersebut terhadap sang istri Karena posisinya ini bukan pernikahan yang biasa saja, tetapi pertanggungjawabannya juga lebih besar dalam sebuah poligami. Pikirannya itu langsung tertuju pada dirinya yang seperti tidak mampu menjadi seorang suami yang benar-benar tidak bisa melakukan tanggung jawab tersebut terhadap sang istri karena posisinya ini bukan pernikahan yang biasa saja, tetapi
"Cukup diam, terpejam. Ingat-ingat apa yang saya katakan tadi," kata Harsa. Ayu pun menurutinya. "Oke." "Gimana? Paham?" "Hmm, iya paham Mas. *** Hujan di luar sana memberi kehangatan untuk pasangan suami istri itu di dalam kamarnya. Seberapa besar orang membenci hujan, padahal hujan adalah sesuatu yang terjadi dalam alam ini untuk memberi kemenangan tersendiri. Seberapa besar orang membenci pernikahan, padahal pernikahan adalah satu hal yang menghiasi kehidupan. Rasa benci dan suka itu timbul dari beberapa faktor. Banyak orang merelakan rasa sukanya rasa nyamannya demi menghindari sesuatu yang memang harus dilakukan, karena jikalau dilakukan maka akan timbul perkara yang mungkin kemungkinannya jauh lebih buruk dari apa yang terjadi jika ia menuruti rasa suka tersebut. Rasa benci dan suka juga tidak bisa disalahkan terhadap satu orang. Sebuah permasalahan terjadi entah itu tentang suka atau tentang benci itu ada komponen yang membawanya juga untuk terbang ke arah sa
Ada banyak hal yang ingin mereka obrolkan sebenarnya. Ternyata, Ayu juga tidak betah menahan lapar. Mereka segera mengisi perut terlebih dahulu dan memberi jeda untuk menonton sebelum tidur. Perut lapar mengalahkan rasa nyaman yang telah mereka bentuk. Mereka tidak tahu bahwasanya Nyiur juga berada di samping mereka. Nyiur sedang menyetrika baju, sedangkan Harsa dan Ayu fokus makan berdua. Nyiur tidak menganggap itu sesuatu yang berlebihan karena memang hari itu Harsa waktunya bersama Ayu. Melihat mereka bahagia hati Nyiur juga ikut bahagia. Sebenarnya pemberontakan terbesar oleh Nyiur terhadap perilaku Harsa itu sangat jarang jika dilihat dari kecemburuannya terhadap Ayu, tetapi ia membuat marah atau emosi bahkan cemburunya bisa meledak itu ketika ada suatu dampak yang sangat berpengaruh terhadap anak-anaknya. Ada sesuatu yang membuat heran, tetapi hal tersebut justru sangat menguntungkan dan membuat mereka bahagia. Tiba-tiba saja Zalfa dan Zulfikar yang sangat nanti untuk menye
“Innalilahi, ada apa di dapur?” tanya Ayu. “Nggak tahu, Sayang. Masa iya ada kucing?” tanya Harsa. Mereka berdua langsung ke dapur. Ternyata, ada Nyiur yang tidak sengaja memecahkan gelas kesayangan Ayu. Ayu pun tidak sesabar nyiur, ia merajuk akut dan langsung ke kamar. “Ge-gelas aku, gelas kesayangan aku dipecahin Mas!” rajuk Ayu. “Maaf ya Ay, aku nggak sengaja. Nanti aku ganti ya,” kata Nyiur. “Ya gak bisa! Bilang aja kalau cemburu dan sengaja pecahin gelas kesayangan aku yang dikasih Mas Harsa waktu habis nikah! Perempuan gak tahu diri sih gak cukup satu kali untuk mencoba jahat!” Ayu berteriak dan segera berlari ke kamar. “Mas, aku beneran nggak sengaja.” Mata Nyiur berkaca-kaca. Harsa memeluk Nyiur. “Iya, saya percaya kok. Jangan dimasukin hati kata-katanya Ayu. Saya akan berusaha untuk memahamkannya.” *** Harsa mendekap sang istri yang menangis geram di atas bantal. “Sayang.” “Nyiur tuh jahat banget! Aku nggak bisa nahan emosi. Dia sangat menyebalkan!”
"Mas Harsa barusan ngomong apa!" Ayu tiba-tiba terbangun, lebih tepatnya belum terlalu tidur. "Haha, kamu belum tidur? Natap kamu mejamin mata itu sungguh membuat saya terpana, Sayang," kata Harsa. "Hemm, lanjut jelasin aja Mas. Ayu lupa per pasalnya Qosidah Burdah apa aja?" pinta Ayu. "Oke, My Sunshine," jawab Harsa. Ayu tidak terlalu mendengar jelas ucapan Harsa mengenai Harsa yang berhubungan itu. Ia mengurungkan keinginan tersebut dan melanjutkan perkacapan romantisnya membahas Qosidah Burdah. "Ini." Harsa kembali membuka lembaran bagian per pasal dan menjelaskan juga maksud-maksudnya. "Kalau yang lagi kita bahas ini masih yang pasal 2, temanya cocok banget dengan keadaan kita, yaitu tentang bahaya hawa nafsu. Baitnya ada 16." Tak henti-hentinya mereka saling bertatap. Mengemban amanah yang sangat penuh dengan berbagai macam kejutan. Tatapan yang mendalam dari Harsa membuat jantung Ayu berdegup kencang sembari mengurut batin dan menarik bibir melantunkan rasa syuku
"Gak apa-apa. Kita cerita di kamar aja, yuk!" ajak Ayu. "Sayang, ada apa? Ngomong ya, apa karena rumah pohonnya sudah jelek? Pengen yang baru? Mau diganti?" tanya Harsa. Wajah Ayu memang tidak seperti biasanya. Ia bisa dikatakan sebagai orang yang tidak menentu, bisa tiba-tiba ingin itu ingin ini hanya saja dengan raut wajah yang biasanya tidak seperti itu. Sudah jelas bahwa ada suatu permasalahan yang berkaitan dengan rumah pohon tersebut karena setelah memandang rumah pohon tersebut Ayu terlihat menjadi begitu sedih. Namun, karena sang istri selalu menolak, Harsa pun menuruti untuk bercerita untuk melanjutkan bercerita di dalam kamar. "Mau lanjut yang mana?" tanya Harsa. "Identitas Sholawat Burdah," jawab Ayu. "Baik, ini kan panjang ... kamu tidur aja kalau ngantuk, Mas nggak maksa kamu untuk mau mendengarkan," kata Harsa. Ayu pun mengangguk. Biasanya Harsa meminta untuk istrinya mendengarkan dengan keseriusan meskipun itu juga sebuah candaan dan tetap memberi keb
"Egois Mas Harsa!" teriak Ayu. "Hahaha ... udah inget sekarang ... maksudnya kaca ibadah itu ya sebagai sesuatu hal yang sifatnya kayak nyindir kita, memberi pantulan. Contohnya larangan menahan hawa nafsu itu yang ada di pasal dua. Memberi tamparan kan sebagai pengingat kita? Lagi tentang lemarinya ilmu, itu artinya dalam qosidah tersebut menampung banyak ilmu, Sayang. Gimana? memahamkan tidak? Soalnya jujur saya sedang tidak terlalu konsentrasi akibat teekagum-kagum dengan pesona istri kecil saya ini wkwk." Harsa terkekeh memandang sang istri. "Hhahahha, udah memahamkan kok," jawab Ayu. "Nggak nyangka, kamu bisa bikin saya segila ini mencintai kamu." *** "Nyiur Sayang, kenapa tangannya memar begini?" tanya Harsa. "Kena pojokan meja, Mas," jawab Nyiur. "Sampai luka loh, Sayang. Udah diobati belum?" Harsa memperhatikan tangan sang istri. "Belum, anak-anak rewel lagi, baru aja mau diam waktu kamu masuk, Mas. Sekarang bisa asyik main tuh anak. Hhh, makin paham menga
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga