“Sayang, maksud kamu apa?” Harsa masih kaget. “Kamu ngelindur? Astaghfirullahaladzim!” Ayu tadi memang terbangun, tetapi ternyata cuma ngelindur. Entah mimpinya apa, sampai kuat sekali mendorong Harsa dan ponselnya sampai terlempar ke lantai. Ponsel Harsa tidak terlalu rusak, hanya saja layarnya pecah-pecah. CUPP Harsa mengecup kening sang istri. Itu suatu hal yang ingin membuat Harsa naik darah sebenarnya mengenai ponsel yang pecah. Namun, kali ini emosinya bisa ia tahan dan justru dia terheran-heran dengan sang istri. “Kok bisa? Hahhaa. Emang orang kalau takdirnya lucu, spek pelawak. Tidur ngelindur pun bisa membuat saya tersenyum. Makasih Ya Allah dah dikasih wanita setulus ini petakilannya, setulus ini lawaknya. Paket komplit,” gumam Harsa. Harsa segera mengambil ponsel tersebut. Sejenak ia perhatikan ponselnya dan ia coba untuk membuka apa yang ada di dalamnya dan ternyata masih bisa semuanya. Benar sesuai dugaannya, yaitu hanya layarnya saja yang rusak, isinya aman.
“Apa, Sayang? Ada apa?” Harsa mengusap kepala sang istri. “I-itu! Di jendela ada orang bawa belati!” Ayu masih tetap menenggelamkan kepala. “Mas periksa dulu ya.” Harsa gegas melihat keadaan. Sayangnya, saat Harsa ke sana tidak ada apapun. Karena hari yang larut malam, apa mungkin hanya halusinasi saja seperti terbayang-bayang? Namun, kata belati mengingkatkan Harsa pada kejadian yang dulu sempat terjadi di rumahnya. *** Nyiur: “Mas, aku nemuin hal aneh.” Harsa: “Ada apa, Sayang?” Nyiur: “Masa tiba-tiba ada belati di kamar😭. Jelas barang itu kita nggak punya di rumah. Ya kalau pisau biasa emang aku suka bawa ke kamar, ini tiba-tiba ada belati Mas.” Harsa: “Coba kamu foto.” Nyiur: “Ini Mas (Foto)” Harsa: “Innalillah, di sini pun ada kejadian begitu Sayang. Mas jadi gak tenang, apa dibatalkan saja ya kerja sama ini?” Nyiur: “Loh, ada kejadian bagaimana? Mas di hotel kan?” Harsa: “Nyiur lihat orang bawa belati dari balik jendela, tapi waktu Mas periksa t
Mau turun mobil saja dramanya sampai 1 jam. Harsa sudah membujuk dan meminta maaf, tetap saja istrinya itu tidak mau. Sebenarnya dengan menghadapi yang seperti ini amarah Harsa sendiri juga melunjak. Kata-katanya untuk membentak sudah berada di ujung lidah, pada saat ini hawa nafsunya masih bisa dikendalikan. Semerbak angin di Malaysia pun sedikit memberi ketenangan. Keluar menghirup udara segar dan tiba-tiba saja teringat dengan keluarga yang di rumah. Sampai-sampai saat Ayu sudah bisa ditata dan dikendalikan, justru Harsa tidak fokus dan menjawab dengan menyebut Nyiur. Dengan hal tersebut kembalilah Ayu untuk marah lagi kepada sang suami. “Mas Harsa,” panggil Ayu. “Iya Nyiur Sayang,” jawab Harsa tanpa sadar yang diucapkan nama istri pertama. “Apa! Benci dah! Mas, suka banget ya kalau aku marah! Suka kalau aku darah tinggi! Suka bikin aku sengsara!” bentak Nyiur. Harsa gegas masuk mobil dan memeluk istrinya. “Sayangku Ayu Renjana, jangan begini dong. Maaf mulut saya typ
“Masuk gimana maksud kamu?” tanya Harsa. “Ya, Jinan masuk jadi istri ketiga. Entahlah Mas, tiba-tiba pikiran aku tengil banget, Mas. Masa mikirnya tentang belati itu bakal ada sebuah penyelesaian mirip dengan masalah restu yang mengakibatkan aku jadi istri kedua? Hahaha aneh ya, tapi Ayu resah.” Ayu terkekeh sembari bersandar pada sang suami. “Nggak gitu konsepnya, Sayang. Hahaha, pasti terbawa suasana habis baca chat dari Zebra. Bentar Mas labrak dulu orangnya.” Harsa gegas mengambil ponselnya lagi. Zebra dan Harsa. Dua sahabat yang sangat sering berdialog dengan Bahasa Jawa meskipun saat membicarakan perkara resmi atau sesuai isi hati juga tetap menggunakan Bahasa Indonesia. Zebra ini kegiatannya lebih ke ustadz sebenarnya, hanya saja sekarang sedang Harsa tugaskan untuk membantu mengurus kerja sama project besar tersebut. Harsa: “Ze, awakmu kudu tanggung jawab.” Zebra: “Iyo aman.” Harsa: “Apane sing aman? Bojoku mikir berat gara-gara baca chatmu.” Zebra: “Lah, tanggung
“Masih ada, Sayang,” jawab Harsa. “Apa?” tanya Harsa. “Namanya tertakdir dengan namamu di buku nikah,” goda Harsa. “Ahaha, baguslah Alhamdulillah, moga nggak bersanding di pengadilan!” Ayu sudah mulai tertawa. Harsa pun ikut tertawa. Pengadilan agama, sewaktu istrinya menyebut kata tersebut rasanya entah mengapa sangat sakit di hati. Sebenarnya, di balik ketenangan yang Harsa berikan terhadap Nyiur maupun Ayu, ia juga berpikir bagaimana dengan keadaan masa depannya. Bagaimana jikalau suatu saat ia tidak mampu, ia harus memilih salah satu di antara kedua istrinya dan berakhir di pengadilan. Karena faktanya sebuah pernikahan juga tidak semudah yang dibayangkan. Satu istri saja sudah membutuhkan perjuangan yang sangat amat besar apalagi ini dua. Membagi satu hati untuk dua wanita itu tidak mudah. Bahkan Harsa sendiri juga bingung terhadap dirinya. Akan kah yang dilakukan setiap harinya ini memberi pahala atau kah ini menumpuk dosa? Jika menjawab dari pertanyaan istri per
Kembali ke zaman di mana seorang perempuan selalu benar dan laki-laki terkesan salah. Akan tetapi, hal ini juga Harsa kurang menyadari. Karena dari tadi yang ditatap istrinya itu adalah dia sendiri. Lelaki yang Ayu maksud itu adalah Harsa. Ayu membiarkan suaminya itu terus merayu dirinya. Ia cuek dan lebih baik makan apa yang telah ia pesan tadi daripada memandang suaminya, tetapi diri sendiri tidak menyadari kalau dipandang. Sekarang bergantian, Harsa yang tidak makan, tetapi ia yang memandang sang istri. Setelah selesai makan pun, Ayu ke kamar mandi sangat lama sampai-sampai Harsa menyusul. Bisa-bisa ya mereka kembali ke hotel lagi kalau seperti ini. Ayu dari tadi sebenarnya menahan amarah menahan sesuatu yang ingin membuatnya sangat marah-marah, tetapi karena suaminya berlaku demikian, ia sekarang menjadi sangat ingin marah. Ingin meneriaki suaminya itu dengan teriakan yang sangat kencang, sayangnya ini tidak sedang di pantai atau tempat yang sekiranya sepi, jika di tempat dem
“Perceraian bukanlah misi saya,” jawab Harsa. ‘Ya tahu, tapi pernah kepikiran nggak?” desak Ayu. “Dicerna dengan baik dong Sayang mengenai apa yang saya ucapkan,” jawab Harsa. Ayu terdiam lagi, merasa kurang puas dengan jawaban dari sang suami. Harsa pun tidak bicara apa-apa juga, ia terus memandang sangat istri dengan tersenyum sampai Ayu mau mendongak dan juga ikut tersenyum. Tatapan Harsa yang mana yang tidak membuat Ayu meleleh. *** Pagi hari setelah kepulangan harusnya dari Malaysia ia langsung ke kamar Nyiur dan membahas tentang belati. Rajutan kerinduan di antara keduanya juga sangat tampak. Sekalipun meninggalkan Malaysia saat itu juga merupakan perkara yang sangat berat. Sebelum mengarah pada pembahasan tentang belati mereka terlebih dahulu saling mengungkapkan Kerinduan dan rasa kasih sayangnya. “Mas mau memulai penyelidikan dari mana?” tanya Nyiur. “Penyebaran mata-mata dan menambah keamanan buat jaga rumah ini,” jawab Harsa. “Mas udah kasih tahu tim tersebut?”
“Baik, Daddy,” jawab Harsa. Mereka merayakannya itu sengaja di rumah sakit karena mengingat pernikahan mereka juga berada di sana, untuk bersama Nyiur maupun bersama Ayu. Sekarang ini adalah ulang tahun Harsa yang ke 24. Karena sekarang berada di tahun 2023 dan Harsa lahir pada tanggal 24Juni 1999. Orang tua dari Nyiur telat untuk datang, tetapi mereka masih bisa merayakan bersama-sama di rumah sakit. “Mas bangga tidak?” tanya Ayu. “Iyalah. Ada kejutan yang sangat meriah. Ada keturunan saya yang singgah di rahim kamu, ada kejutan ini juga di tempat saya menikahi kalian berdua. Masyaallah, sungguh indah.” Harsa dan lainnya saling mengungkap senyum. “Sayang, Alifa Aliza juga ikutan? Mau jadi Kakak nih kalian!” Harsa memeluk kedua peri kecil itu setelah memeluk Ayu dan Nyiur. “Alhamdulillah, terkabul ya keinginan kita. Berharap jarak anak dari Ayu dan Nyiur tidak jauh.” Zalfa dan yang lain juga saling bercanda ria. Ternyata ia dikerjai oleh seluruh keluarga. Setelah acara di s
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga