Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.ššš Thanks, I ā¤ļøu. Kalian ada di hati author Sunny.
Dengan terkejut Fasya menatap wajah raja."Seorang calon istri?" "Benar, Anakku.""Siapakah calon istri yang ayah usulkan untukku?""Putri Selena dari kerajaan Samargdyzh. Kudengar dia gadis yang cantik. Dia memang bukan ahli pengobatan seperti Alisya, tetapi dia seorang ahli beladiri. Setidaknya kamu tidak perlu mengkhawatirkan keselamatannya." Fasya mendengkus seolah mencela dirinya sendiri. Wanita kuat memang tidak merepotkan. Akan tetapi, jiwa lelakinya meronta. Jangankan melindungi istri, untuk memindahkan tubuhnya sendiri Fasya harus bersusah payah. "Ayahanda, tolong berikan waktu untukku berpikir.""Baiklah, aku akan memberikanmu waktu satu bulan untuk berpikir. Jika kamu tidak setuju dengan calon yang aku ajukan, kamu harus sudah mempunyai gadis pilihanmu sendiri." Keputusan Raja sudah bulat. Raja hanya ingin Fasya tidak larut dalam cintanya kepada Alisya. Karena sekali saja seseorang terhanyut dalam deras aliran cinta buta, dia akan mudah kehilangan akal sehatnya. "Hamba
"Ibunda ...." Dafandra menghela napas pelan."Tiga bulan tidaklah lama," lanjut Dafandra."Apa katamu?" tanya ratu keheranan. Umumnya pasangan pengantin baru memiliki gelora asmara yang membara. Jangankan tiga bulan tidak berjumpa. Satu hari tidak bertemu saja, rasanya sudah sangat menyiksa diri. "Kamu serius dengan ucapanmu?" tanya ratu sekali lagi."Ya, sangat serius." Sebenarnya Dafandra mengerti akan maksud kegelisahan ratu. Akan tetapi, hubungan Alisya dan Dafandra tidaklah sedekat itu. "Bagaimana jika kamu menginginkan Alisya saat itu?""Aku akan menahannya, itu sudah resiko pekerjaan. Ibunda tidak perlu khawatir, aku sangat mencintai istriku." Sebuah senyuman mengembang di bibir Dafandra. "Meski begitu, aku tetap memintamu untuk kembali satu bulan lagi. Setelah itu kamu bisa kembali lagi." Dafandra diam sesaat. Tidak ada gunanya berdebat dengan ratu."Baik, Ibunda." Pangeran itu tampak pasrah. Setelah mendapatkan restu dari ratu, Dafandra melakukan perjalanan dengan berku
"Pergilah ...." Lagi-lagi Dafandra mengabaikan Maulvi, tetapi gadis itu justru bergeming. Dafandra menghela napas panjang. Pangeran itu merasakan perubahan yang aneh di dalam tubuhnya. Secara perlahan namun pasti, sirkulasi darah di area kejantanannya meningkat. Keberadaan Maulvi yang tidak jauh dari Dafandra, membuat sang pangeran merasa gelisah. "Apa yang kamu campurkan dalam minumanku, Maulvi?" Tanpa memandang Maulvi, tangan kanan Dafandra memijat pelipis kanannya."Apa maksud Yang Mulia?" Pangeran itu tampak mengatur napasnya berkali-kali, berusaha menguasai diri agar gejolak dari dalam tubuhnya bisa meredup kembali. Semula hanya banyangan Alisya yang tiba-tiba muncul. Anehnya setelah itu sang pangeran sedikit terlena dan menikmati pijatan lembut di bahunya yang lelah. Padahal sebelumnya Dafandra telah menolak tawaran Maulvi. Seketika itu juga Dafandra teringat akan botol kecil pemberian Alisya. Serta merta pangeran itu mencari keberadaan botol itu di saku bajunya. Sayangnya be
"Ada apa ini?" Masih dengan keterkejutan jenderal besar mengajukan pertanyaannya. Seketika Belen bangkit dan memberi hormat kepada sang jenderal besar, begitu pula dengan Dafandra. Sembari menahan rasa nyeri kedua cucu mendiang Raja Faran menundukkan wajah di hadapan Takias. Sementara itu Maulvi terlihat tenang meski dalam hatinya juga cemas. "Kenapa tidak ada yang berbicara? Apa kalian bisu?!""Maafkan aku, Ayah. Saat aku melintasi ruangan ini aku mendengar suara gaduh seperti benda-benda berjatuhan. Karena aku penasaran, maka aku datang ke mari. Tidak disangka, aku melihat pangeran kedua tengah mendorong Maulvi dengan kasar. Karena itu aku memukulnya." Belen mulai berbicara karena dialah yang memulai perkelahian. Seketika itu juga sang jenderal memandang ke arah putrinya. "Apakah benar begitu?""Benar, Ayah." Jenderal besar menatap Dafandra yang masih mengatur napasnya. "Kamu kelelahan?" tanya jenderal besar."Iya, jenderal. Akan tetapi, rasanya lebih baik dari sebelumnya.""Ap
Seorang wanita berseragam pelayan menyerahkan sebuah botol kecil kepada Belen. Rupanya botol itu berada di saku baju kotor Dafandra. Pelayan yang bertugas mencuci pakaian telah mengamankan benda berharga itu. Akan tetapi, sayangnya dia terlupa untuk memberikan benda itu kepada Dafandra karena terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dia kerjakan. Tanpa bertanya apa pun pelayan itu segera pergi. Rasa takut untuk dipersalahkan membuat pelayan itu ingin segera kembali melakukan pekerjaannya yang melegakan. Belen segera memberikan botol itu kepada Dafandra. Serta-merta pangeran itu menelan sebuah pil berwarna hitam. Dilihat dari ekspresi wajah Dafandra, sudah pasti obat itu terasa pahit. "Kamu butuh minum?" Sebagai sepupu juga sahabat Dafandra, tentu Belen mengetahui ketidaksukaan pangeran itu akan rasa pahit."Seharusnya begitu." Belen mengambil segelas minuman di meja Dafandra. "Letakkan minuman itu atau aku akan kembali terangsang!" Dafandra menghela napas kesal."Astaga ...." Belen k
Dengan kesal Dafandra memukulkan tangan ke atas meja hingga membuat dokumen dan beberapa benda diatasnya bergetar. Wajah pangeran itu terlihat merah dengan napas yang terdengar keras. Arys dan Kalfani yang berada di dalam ruangan Dafandra hanya terdiam. Mereka tidak bisa menyalahkan sang tuan yang marah karena gosip gila yang tengah menimpanya. "Aku meminta kalian untuk menyelidiki permasalahan ini secara diam-diam. Jangan sampai pergerakan kalian diketahui oleh jenderal besar ataupun Belen." Kedua pasukan elit Dafandra mengangguk mengerti. Bukan berarti Dafandra mencurigai keterlibatan Belen atau pamannya dalam skandal ini. Akan tetapi, sebagai keluarga terdekat Maulvi, tentu mereka akan berpikir seribu kali jika akan mempersalahkan Maulvi di pengadilan kerajaan. Mereka pasti akan meredakan gosip dengan cara yang lebih menguntungkan bagi mereka. Apalagi jika bukan pernikahan Maulvi dan Dafandra? Banyak orang beropini dan menganalisis tanpa melakukan penyelidikan. Hanya saja, jika
"Sentuhan seorang istri?" Ratu justru tertawa mendengar ucapan Maulvi."Apa kamu lupa pangeran kedua telah mempunyai seorang istri?""Hamba tidak lupa, Ratu. Akan tetapi, pada usia pangeran kedua saat ini seorang lelaki sedang mengalami puncak gairah seksual. Terlebih lagi pangeran kerap kali pergi meninggalkan istana untuk tugas menjaga negeri ini. Jadi saya rasa pangeran kedua merasa kesepian, hingga saya menyebutnya menginginkan sentuhan seorang istri.""Penjelasanmu cukup masuk akal. Akan tetapi, bagaimana kamu yakin dia menikmati pijatanmu sedangkan dia berada dalam pengaruh obat perangsang?" Sekilas ratu memandang Alisya kemudian dilanjutkan dengan menatap tajam ke arah Maulvi."Yang Mulia memang berada dalam pengaruh obat perangsang, tetapi kesadarannya masih utuh. Buktinya, Yang Mulia masih bisa berpikir jernih dan menahan dirinya. Hamba rasa pengaruh obat perangsang berbeda dengan pengaruh sihir.""Maaf, Ratu. Hamba ingin berbicara." Tiba-tiba Alisya ikut angkat bicara setelah
Lagi-lagi sebuah anak panah melesat kencang dan menancap pada sebuah titik merah di tengah lingkaran. "Astaga, serigala betina itu benar-benar gila!" Fasya terkekeh ketika mendengar dirinya di sangkut pautkan dengan skandal Maulvi dan adik tirinya. Sejujurnya Kim sedikit terkejut melihat reaksi tuannya. Pasalnya, hubungan pangeran mahkota dan pangeran kedua memanglah buruk. Akan tetapi, untuk menjebak adik tirinya dengan sebuah obat perangsang, hal itu belum pernah terpikirkan oleh Fasya sekali pun. Fasya yang tengah berlatih panahan meminta Kim untuk kembali mengambilkan sebuah anak panah kepadanya. Di saat hidupnya dipenuhi dengan kegelisahan, biasanya pangeran mahkota akan bermain-main dengan busur dan anak panahnya. Olah raga ini memang membutuhkan fokus yang tinggi. Oleh karena itu, pikiran Fasya akan beristirahat sesaat dari segala permasalahan dalam hidupnya. Untuk ke sekian kali anak panah yang Fasya tembakan mengenai sasaran dengan membelah anak panah yang telah menancap t
Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!
"Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat
Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.
Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ā¤ļøā¤ļøā¤ļø
Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b
Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan
"Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe
"Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan