Lunar dan sania sudah bersiap-siap pergi ke daratan, lunar menghela nafas panjang berharap tidak terjadi apa-apa nantinya dan raccel memahaminya, kali ini dia benar-benar takut jika berjumpa dengan dinar, jika mereka bertemu mungkin dendam lama akan terjadi lagi.
mereka mengendap dibalik rerumputan yang sudah tak terurus,
"kemana semua orang, kenapa tidak ada penjaga? dan sepi sekali" ucap sania penasaran
"sst...diam saja ayo kita terus jalan" ujar lunar sambil membungkukkan badannya melewati gerbang rumah, benar tidak ada siapapun disana, semua sudah tampak tak terurus, tapi semua lampu menyala disana, suasananya sangat berbeda
mereka melewati jalan samping didekat kebun mawar, mereka berencana melewati pintu samping, dan rumah itu terlihat gelap, mereka berusaha untuk membuka pintu itu dengan paksa tetapi belum semnpat berhasil mereka dikejutkan oleh cahaya senter yang tak sempat mereka elakkan
"hei...siapa disana? jangan bergerak? kalian i
"nona, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya sania melihat lunar berjalan menjauhi rumah itu dengan langkah gontai"kita harus kesana, mereka sengaja menjauhkan aku dengan raccel dan aku ingin anakku kembali" ujar lunarmereka berjalan menjauhi rumah dan sangat kesal dan marah bercampur aduk didalam hatinya, mereka benar-benar ingin memisahkan lunar dengan raccel anaknya satu-satunya, dan rasa ingin merebut kembali raccel dari mereka menjadi keputusan final yang sedang difikirkan lunar"tapi nona, 2 hari lagi nona akan menikah, bagaimana?" tanya sania lagi"tenang saja, aku akan tetap melangsungkan pernikahan itu setelah semuanya selesai aku ingin menyusul mereka ke selatan, aku harus membuat perhitungan dengan mereka, dan tidak akan kumaafkan" ucap lunar kesalmereka kembali keistana lautan, tetap saja semua masih sibuk dengan persiapan pernikahan, lunar berusaha menghilangkan rasa sedihnya agar tidak terlihat oleh ratu mereka langsun
Nguuuunggg.....bunyi berdenging membahana di lautan dalam, semua bergetar seperti gempa, lunar kaget dan langsung berenang keluar, semua sesuatu yang sudah dipersiapkan untuk pernikahan runtuh begitu saja, semua panik dan berenang kesana kemarilunar berenang mencari sania dan akhirnya mereka bertemu dan begitu juga dengan ibu dan ayahnya sang raja lautan"ada apa ini tiba-tiba alaram berbunyi? apa kamu baik-baik saja?" tanya ayahnya cemas pada lunar., karena memang lunarlah satu-satunya penerus darah murni, selain mereka yang ada disana saat itu"aku tidak apa-apa ayah" ucap lunar ketakutan dan kecemasan menjadi satu, dia teringat akan raccel dan mulai menangis ketakutan"ibu bagaimana ini? apa yang terjadi?" tanya lunar menangis sambil memeluk ibunya yang juga menangis"jangan fikirkan itu dulu, kita harus menjauh dari sini secepatnya, ayo semua cepat keluar dari sini" ujar raja sambil memandu semua orang keluar dari palung kerajaan laut. semua b
lunar berlari diikuti sania dibelakangnya yang selalu menegurnya, tetapi lunar benar-bnenar bukan dirinya lagi saat itu, dia sudah menmpakkan sosok pembunuhnya sama seperti saat itu, saat dia membunuh orang tua dinar "hentikan....,!!" teriak lunar membuat seisi ruangan menggelegar, dion yang melihat itu sangat terkejut dan menumpahkan darah itu dari tangannya yang akan diberikan pada ibunya, dion sangat kesal "siapa kamu? beraninya kamu mengangguku dan berada dipulauku?" tanya dion sangat marah tetapi lunar tidak mendengarkan itu dan tidak memberi penjelasan apa-apa, dia langsung menyerang dion dan langsung mencabik-cabiknya seketika, bahkan dion tidak sempat untuk melarikan diri sedikitpun, dion sudah tergeletak didepan wanita yang tergolek lemah diatas tempat tidur itu, tubuh dion sangat menggenaskan dan darah bercucuran sana sini memvuat sania menutup mulutnya, dan tentu saja semua duyung dan raja juga melihat itu dari bawah karena semua disana sanga
"wakil dion...apa sudah selesai, aku sangat pusing" ujar suara raccel mengagetkan semua orang "raccel...kamu sudah sadar nak, ini ibu, bangunlah ini ibu" ujar lunar "i..ibu...? bagiamana ibu ada disini?" tanya raccel sambil duduk dan memegang kepalanya dan langsung kaget melihat semua ramai disana dan tak ada yang dia kenali selain lunar dan sania, dan melihat kekacauan itu dengan dion yang sudah tercabik cabik "ibu..ada apa ini? kenapa wakil dion...?" tanya raccel ketakutan "tidak apa-apa sayang, dai berusaha menyakitimu jadi ibu tidak sengaja melukainya" jawab lunar pelan memberikan pengertian pada raccel yang mulai ketakutan "a..apa? itu tidak mungkin ibu, dia memang menculikku, dia hanya ingin sedikit darahku, dan dia sangat baik padaku" ucap raccel ketakutan dan menjauhi ibunya "nak...maafkan ibu, ibu tidak sengaja" ujar lunar mendekati raccel lagi "kenapa ibu? kenapa harus membunuh? tidak bisakah ibu memberitahunya
Malam itu terasa sangat mencekam, bahkan keindahan purnamapun sudah tak menenangkan lagi, darah mengalir dimana-mana membuat raccel mual tak biasa melihat pemandangan itu, melihat lekat-lekat dion yang sudah tercabik-cabik, sungguh malang jika benar yang disana itu ibunya berarti dia juga duyung kan, dan berdarah murni sepertiku karena ibunya duyung, tetapi kenapa tidak darah dia saja yang diberikan pada ibunya itu, fikiran itu sunggh sangat membingungkan raccel, atau apakah dion bukan anak kandung nya?raccel menepis semua fikiran itu saat ini, berusaha melupakan kejadian malam ini, berharap wanita tua itu bangun saja agar dia bisa menjelaskan siapa dion sebenarnya. raccel berbalik menyaksikan ibunya mulai menyayat tangannya sendiri untuk mendapatkan secangkir darah untuk wanita itukasihan...ya begitulah yang dirasakan raccel, tetapi ibunya harus melakukan itu, dan setelah darah itu diminumkan pada wanita itu, raja membereskan mayat wakil dion terlebih dahulu dan mem
"kakek, kita harus bagaimana? sudah sehari semalam kita mencari tapi mereka bahkan tidak meninggalkan jejak sama sekali" ujar dinar frustasi "kita akan terus mencarinya, aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya, tolong temukan dia dengan cepat,!" ujar kakek dengan suara lemah karena dia tidak bisa tidur sedikitpun "baiklah kek, kakek istirahat saja dirumah, biar aku saja yang pergi dengan para wakil" ujar dinar lagi "tidak, aku harus ikut, aku tidak bisa istirahat sebelum bisa menemukannya kembali" ungkap kakek sedih dengan kantung mata yang menghitam mereka mulai bersiap-siap mencari keluar daerah sana dan pergi mencari keperairan lainnya, seperti pulau-pulau kecil yang biasa mereka akses, tapi ada satu pulau terlihat diradar mereka yang tak berpenghuni tetapi memiliki bangunan diisana, itu membuat mereka penasaran, kenapa selama ini pembangunan disana tidak diketahui, sedangkan pulau kecil itu masih bagian dari pulau besar milik kakek, han
"hm...wakil rayan, apa mungkin ada orang didalam sana?" tanya dinar sambil berbisik mengintip dari balik pohon ara"kita tidak tau apa yang ada disana sebelum kita melihatnya sendiri kan, kalau begitu ayo kita masuk" ajak wakil rayan degan berani"baiklah...ayo" ujar dinar berlari sambil mengendap-endap kedepan, dan mendapatkan jalan untuk masuk kegedung itu, tapi tak disangka-sangka didalam ternyata sangat indah, sangat hidup, lampu hias berjejeran didinding, semua ruangan wangi bunga, tapi entah bunga apa itu dinar tidak tau karena selama ini dia banyak mencium mawar saja.mereka melewati banyak ruangan yang pintunya tertutup rapat, tidak ada satupun yang sedikit terbuka, mereka juga sangat takut untuk membukanya satu persatu"hm..tuan dinar, sebaiknya kita cari dibagian depan saja, diruangan depan pasti lebih lebar dan leluasa untuk kita melihat sekitarnya" ucap wakil rayyan"ide bagus, ayo kita maju" jawab dinarmereka sudah sampai
lunar tampak berjalan bergandengan dengan raccel, tampaknya mereka sudah berbaikan, melenggang mendekati suara keributan ayahnya "ada apa? kenapa sangat berisik" ujar lunar sambil menoleh kearah depan dan terkejut dengan apa yang dia lihat, begitu juga dengan raccel dia sangat terkejut, dinar sampai datang kesini pasti dia sangat mencemaskan raccel dan begitu juga kakek "dinar....syukurlah kamu menemukanku" ujar raccel berlari sambil memeluk tubuh dinar yang darit tadi mematung, wakil rayanpun tertegun dan menggeser badannya kebelakang, seketika keberaniannya menciut "raccel...apa mereka yang membawamu kesini?" tanya dinar menatap wajah saudaranya itu "tidak, ceritanya sangat panjang dinar, aku dibawa kesini oleh seseorang" ungkapnya "lantas bagaimana mereka semua ada disini?" tanya dinar penasaran "aku akan menceritakan itu nanti, apakah kakek baik-baik saja?" tanya raccel "ya, dia sangat mengkhawatirkanmu, dia ikut sebentar l