"Mas, kamu marah sama aku karena ada suaminya Vita?" Sandra menyusul Dimas ke kamar ketika Gunawan sudah pulang.Sejak tadi Dimas memilih diam dan Sandra menjadikan situasi itu sebagai kesempatan. Dengan gesit, dia duduk di samping Dimas yang sedang memegang tangan kecil Xavier."Kamu cemburu?""Nggak. Dia kan punya istri, gak mungkin lah goda istri orang."Nyes! Jawaban dari Dimas terdengar sarkas di telinga Sandra. Dia merasa tersindir karena telah memiliki suami, tetapi masih bermain api bahkan dengan lelaki beristri pula. Namun, mereka sudah terlalu jauh dan Sandra merasa sulit untuk kembali."Iyalah, Mas. Mas Gun itu istrinya cantik. Kamu belum pernah ketemu sama Vita, kan? Kata Mas Gun, nanti Vita dibawa ke sini nanti."Lagi, tidak ada jawaban karena Dimas sedang mencoba mengontrol emosi. Suami mana yang tidak marah dan cemburu melihat istrinya tertawa bersama lelaki lain, sedangkan saat berdua justru lebih banyak marah. Dimas sudah berusaha sabar serta memberikan yang terbaik u
"Mbak Za!" panggil Nila yang baru pulang dari ketemuan. Sekarang dia sudah resmi pacaran dengan Falen, sepupu jauh Akmal. Zanna yang berdiri di anak tangga ke tiga menghentikan langkah kakinya, kemudian menoleh. "Kenapa?" "Udah denger kabar baru belum?" "Kabar apa?" Nila pun menceritakan pada Zanna bahwa tadi dia bertemu Dimas di jalan lantas menceritakan bahwa pernikahannya dengan Sandra telah kandas. Sekarang Dimas tinggal di rumah sendirian tanpa ponsel ataupun televisi. Seperti di zaman dahulu, terutama karena para tetangga mulai cuek padanya semenjak menikah lagi. Kemalangan yang berduyun-duyun menghampiri semua Nila ceritakan pada Zanna dengan raut wajah bahagia. Dia berbalik melawan kakak sendiri karena takut diputuskan oleh Falen. Nila juga memberitahu Zanna bahwa untuk makan pun, Dimas harus berpikir dua kali. Hidup dalam kemalangan seharusnya membuat Zanna bersorak pada dunia. Namun, wanita itu masih memasang air muka datar. "Dimas siapa yang kamu bicarakan?" "Loh, Mba
"Kenapa nyari aku, Za?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Gunawan. Tentu saja dia gugup karena tahu bahwa Vita dan wanita di hadapannya saling mengenal. Poin utama adalah Sandra telah merusak rumah tangganya."Atha sudah meninggal, jadi aku mau ketemu langsung sama kamu. Nggak usah gugup, aku ke sini sendirian.""Lalu?""Bayi Sandra dirawat oleh Vita, itu berarti dia nggak bebas ke mana-mana lagi. Anak hasil perbuatan kotormu dijaga istri sah. Menakjubkan!" Zanna menepuk tangan tiga kali dengan tatapan yang sulit diartikan.Gunawan semakin tidak tenang, dia mengepalkan kedua tangan. Namun, siapa yang berani memukul Zanna terlebih saat melihat dua bodyguard-nya? Gunawan hanya bisa menggerutu di dalam hati sebagai luapan amarah."Ayo, aku harus ketemu Sandra." Zanna melirik jam tangannya. "Masih ada waktu kurang dari dua jam, bilang aja sama Vita kalau kamu lembur.""Kenapa mau ketemu Sandra?""Dia abis melahirkan, tentu aku harus ngasih ucapan selamat, 'kan?"Gunawan mendesah pelan,
"Kok, bisa? Emang kamu nggak nyadar apa gimana?" Zanna pura-pura panik."Sebenarnya sadar, Mbak. Emang siapa yang bisa menolak pesona Falen? Aku sadar, Falen enggak. Dia dipaksa minum sama temannya sampai mabuk. Daripada digoda gadis lain, mending aku bawa ke ruangan yang entah kamar siapa. Tahu-tahunya Falen malah nyium aku, terus ya gitu.""Aduh, terus yang tahu siapa aja?"Nila menggeleng lemah. Dia mengaku bahwa hal itu masih menjadi rahasia karena Falen memintanya untuk tutup mulut atau resiko mereka putus. Nila juga memberitahu Zanna bahwa lelaki itu akan bertanggungjawab kalau sampai dirinya hamil.Sebenarnya Nila berharap tidak ada sesuatu yang lebih parah lagi dan dia sangat yakin bahwa berhubungan suami istri sekali itu memiliki peluang kecil saja untuk bisa hamil, seperti Zanna contohnya. Hal itulah yang membuat Nila mau dijamah kekasihnya.Tidur dengan Falen juga membuat Nila merasa ada. Dengan demikian, sulit bagi lelaki itu meninggalkannya. Segala sesuatu memang memiliki
"Sesuai keputusan aku sama Mas Akmal, Bu Tika dan Nila bisa bebas dari sini karena Dimas sudah bayar setengah dari utangnya kek Kak Alyssa." Zanna berucap tegas pada dua perempuan yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Melipat kedua tangan di depan dada, posisi kaki menyilang serta memberi tatapan dingin."Dimas dapat uang dari mana?""Itu bukan urusan aku, intinya kalian sudah bebas dan harus pergi dari sini."Bu Tika dan Nila saling pandang, padahal tadi malam mereka berencana untuk tetap tinggal sampai gadis itu resmi menikah dengan Akmal karena tidak punya tempat tinggal lagi. Tidak, meskipun tanpa suara, anak dan ibu itu saling mengerti isyarat yang ditunjukkan.Satu detik kemudian, Nila menjatuhkan diri ke lantai, menatap sendu pada wanita yang pernah menjadi kakak iparnya. Kedua tangan saling mengatup. "Mbak, kami rela tinggal di sini untuk tiga atau empat bulan lagi. Apa kami punya salah?""Ini keputusanku dan tidak bisa diganggu gugat.""Atau minimal sampai Mbak Alyssa
"Semua sudah terpantau, Bu Za. Sekarang Nila sibuk mencari pekerjaan. Bagaimana rencana selanjutnya?" Zanna tersenyum mendengar informasi dari bodyguard-nya. Baru dua hari, tetapi katanya ibu dan anak itu sudah tidak betah. Apalagi pemilik kost garang dan pandang bulu. Setiap malam mereka akan terusik oleh musik dangdut dari penghuni kost sebelah, tetapi mereka enggan menegur karena tahu dia adalah preman pasar. "Biar saja dia cari pekerjaan, kalau sudah dapat, kamu datangi tempat kerjanya dan minta mereka memecat Nila satu atau dua hari ke depan. Mengerti?" "Tapi gimana kalau mereka menolak karena butuh karyawan, Bu?" Zanna memejamkan mata menahan amarah. Bodyguard-nya bertubuh kekar dan tinggi, tetapi pikiran pendek. Setelah cukup tenang, dia pun menjawab, "Sogok mereka. Satu juta juga mau itu sekalian bawakan gadis yang nyari kerja. Pokoknya lakukan sesuai perintah." "Siap, Bu." Setelah kepergian lelaki berkacamata hitam itu, Zanna duduk santai di rumah. Hari ini dia enggan pe
Hampir sepanjang malam, Zanna terus gelisah, padahal sejak tadi suaminya sudah lama terbang ke alam mimpi. Terkadang miring ke kanan, beberapa detik kemudian balik ke kiri. Sekarang Zanna justru mengambil posisi telentang, menatap langit-langit kamar dalam cahaya temaram.Sepasang suami istri yang unik. Zanna sangat suka kegelapan, tetapi Akmal justru tidak bisa tidur tanpa cahaya. Untung ada lampu tidur sebagai solusi. Namun, bukan itu yang membuat Zanna gelisah, galau, merana saat ini.Menjelang magrib tadi, wanita berambut ikal itu menonton You-Tube secara acak. Pertama dia menghabiskan satu episode Drama Cina, lalu berakhir pada sebuah ceramah dari salah seorang ustaz. Sebuah nasihat yang disampaikan tentang rasa sabar dan ikhlas menerima setiap ujian dari Yang Maha Kuasa.Hal itu membuat Zanna bertanya-tanya, apa memang dirinya kurang sabar sehingga berhasil menumbuhkan dendam di dalam hati? Salahkah dia sejak awal karena balas memperlakukan mantan suami dan keluarganya seperti y
Nila terus memutar otak agar mantan kakak iparnya mau menerima. Kebetulan Alyssa belum pulang dan tentu menjadi kesempatan besar bagi keduanya. Hanya sebentar karena sesuai janji dari Falen bahwa mereka dibiarkan tinggal di rumahnya. Bukankah itu bagus? Beberapa detik berpikir, Nila mengambangkan senyum diam-diam, memegang tangan kanan Zanna yang langsung ditarik kasar. Gadis itu tidak berputus asa demi mencapai tujuan. Tepat di hadapan Zanna, dia bertekuk lutut. "Mbak, kami rela melakukan apa saja di sini asal diberi tempat berteduh dari panas dan hujan. Mbak mau membalaskan dendam, silakan. Aku sadar telah salah di masa lalu dan anggap saja ini penebusan." "Kamu yakin?" Nila terpaksa mengangguk sambil mengepalkan kedua tangan karena emosi. Zanna sendiri tertawa sumbang lantas meminta mereka berdua masuk lewat pintu belakang karena kondisi basah kuyup. Setelah berganti pakaian, mereka kembali berdiri di hadapan wanita berwajah oriental itu yang tengah duduk melipat kaki di sofa b
“Mencintai itu insan. Rasa luka itu insan. Namun, masih mencintai di kala terluka adalah malaikat.”—Maulana Jalaluddin Rumi____________________________Cinta sejati tidak selalu lahir dari pertemuan indah yang melahirkan kenangan paling romantis. Cinta sejati bisa juga bermula dari kisah kelam, saling menghunus pedang, saling membunuh dengan harapan menang.Itu pernah terjadi di masa lalu dan dialami oleh banyak pasang manusia. Bukan hanya cinta jadi benci, tetapi benci jadi cinta pun ada. Itu kenyataan, bukan sebatas dongeng yang sering diceritakan oleh para manusia pecinta buku.Seperti Rosaline. Perempuan bergelar janda kembang itu senantiasa mengunjungi mantan suaminya bahkan kerap kali membantu Zanna untuk mengurus Alvino. Sejak dua hari yang lalu, keajaiban turun atas kemurahan hati Sang Pencipta. Lelaki itu membuka mata, keadaannya pun kian membaik. Sekarang tengah berada di ruang perawatan.Saat waktunya makan siang dan Zanna masih mengurus pekerjaan, Rosaline langsung mengam
"Minggir!" teriak Alvino sekeras mungkin di antara derasnya hujan.Enam manusia itu langsung menoleh bersamaan. Salah satu dari mereka tertawa kencang ketika yang lain mengunci pergerakan perempuan itu. Jika Alvino taksir, mungkin sekitar tiga puluh tahun.Seorang lelaki memakai ikat kepala merah di tengah. Sial. Mereka kembali bertemu. Namun, saat ini mungkin tidak ada gadis pembawa traffic cone karena sedang menuju rumah bersama kakaknya.Situasi yang sama untuk tujuan yang berbeda. Apakah ada yang memahami perasaan Alvino saat ini? Tentu saja dia ingin menyelamatkan perempuan itu. Dia paling tidak bisa melihat kekacauan apalagi mengingat bahwa dulu sang bunda pernah menderita.Tolong-menolonglah dalam kebaikan. Begitu nasihat yang selalu ayahnya tekankan."Kamu mau jadi pahlawan?!" bentak lelaki itu. Tubuhnya lebih tinggi dan kekar daripada Alvino sendiri.Dalam derasnya hujan, rasa takut mendominasi. Amarah membara di dalam dada menepis rasa dingin yang seharusnya membuat mereka s
Pada tahun itu, dia tidak melakukan kesalahan. Hanya keadaan yang memaksanya pergi; mengikuti takdir yang berjalan.Melepaskan sosok yang dicintai adalah pengorbanan besar—terutama jika demi kebaikanmu—lalu berjuang untuk lepas dari rasa sakit.Membunuh perasaan sendiri?Oh, tidak. Wajahmu telah terlukis indah di hatinya, tidak akan terlupakan, kecuali hati itu telah mati .... Kamu percaya dengan apa yang aku katakan?Jangan! Terkadang aku mengatakan sesuatu yang tidak pantas dibenarkan.~ Rosaline_________________Janda muda yang masih berstatus gadis itu menyempatkan diri untuk mengunggah status di Insta-gram ketika menepikan mobil karena minta oleh Xavier. Lelaki yang hatinya tengah menangis pilu itu ingin mengademkan siri di alfa dengan membeli minuman kesukaan juga beberapa roti.Sudah bukan hal baru apabila mendapat masalah, maka Xavier akan mengademkan diri, berusaha untuk memendam sendiri serta meninggalkan makan sekalipun terasa lapar. Rosaline sendiri duduk merenung du dala
“Keindahan yang kamu miliki telah terlukis dalam hati, Tuan. Aku tidak akan melupakannya kecuali hati ini telah mati.”—Rosaline.____________________________"Kamu yakin?" Rosaline mencekal pergelangan tangan sang kakak yang baru saja menyambar kunci mobil.Lelaki tampan, hidung bangir dan tubuh jangkung itu telah siap. Cukup memakai kemeja dan celana jeans serta tatanan rambut rapi tanpa lupa menyemprot parfum pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Sudah hampir pukul delapan malam dan dia harus segera ke sana karena Jenni bilang belum memberi tahu kakak dan papanya.Dia ingin pura-pura terkejut sehingga mereka tidak tahu bahwa malam itu ada rencana yang harus disusun. Lagi pula, semuanya sesuai saran dari Rena yang telah memahami betul bagaimana sifat Lucky dan papanya. Malam itu ... bisa menjadi jalan mereka bersama."Xavier!" panggil Rosaline lagi. Dia geram karena merasa diabaikan."Iya, yakin. Aku sudah bicara sama Jenni, kan? Tidak ada pilihan lain. Ini ibarat kesempatan terakhir da
“Cinta dan benci adalah dua hal yang tidak bisa bersatu seperti minyak dan air dalam satu wadah. Mustahil ada cinta kalau berselimutkan benci, mustahil membenci kalau ada cinta sekalipun pujaan hati melakukan sebuah kesalahan. Jika benih cinta mulai tumbuh, maka rasa benci seketika memudar. Begitupun sebaliknya, cinta akan terkikis apabila benci sudah mulai mendominasi.”—Bintu Hasan.____________________________Waktu bergerak begitu lambat bagi Xavier karena belum menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang masih bersarang di otak. Pikiran terusik. Keinginannya untuk mempersunting Jenni semakin bulat agar tidak ada lagi alasan untuk berpisah. Sayang sekali, setitik keraguan tentang restu justru makin menyebar.Serupa virus yang menjangkiti sesuatu untuk merusaknya. Begitu juga prasangka buruk, merusak pola pikir. Xavier menghela napas panjang. Dia menyempatkan diri curhat pada Rosaline tadi dan juga ibu angkatnya. Mereka setuju untuk membuat jalinan cinta itu menyatu dengan kua
“Oh, Tuhan ... selamatkan aku dari kerinduan yang terus tumbuh.”—Jenni._______________________________Aku lelah. Rasanya terlalu pusing menjalani kehidupan setelah kejadian beberapa hari ini. Aku pikir, pulang ke rumah hanya untuk mengenang tentang Mama Naf dan Mama Lisa, berdamai dengan Papa dan juga Kak Lucky.Entah bagaimana akhir kisah cinta yang terjalin cukup lama ketika mereka justru berbalik menentang. Tidakkah cukup ketulusan Xavier—terlukis di kedua matanya—menjadi jawaban?Ini berat. Sepanjang perjalanan tadi, Kak Rena hanya sibuk meracau. Aku tidak tahu bagaimana akan memberi respon, selain kami belum terlalu dekat semenjak aku tinggal di Makassar, dia juga belum tentu benar-benar berpihak.Bercerita tentang dendam dari masa lalu, semoga Tuhan mengampuni dosa kami. Aku sudah sering mendengar cerita dari mereka ketika berkumpul di rumah. Tentu saja yang dibahas adalah hal menarik, tetapi terkadang Kak Alvino meminta saran pada Kak Lucky dan Kak Rena.Aku penasaran, pura-p
Hati atau raga, mana yang lebih penting?Kalimat itu terngiang-ngiang. Ya, tadi Xavier mengiriminya sebuah pesan, tepat ketika azan asar berkumandang merdu di semua tempat peribadatan umat muslim.Jam masih menunjuk angka lima sore dan Akmal tetap setia menunggu adiknya selesai mengurus pekerjaan yang katanya tinggal sedikit. Pembicaraan mereka tentang dua anak manusia yang saling mencintai harus terhenti karena ada panggilan dari orang penting dan Akmal bisa memahami hal demikian.Bagaimana jika ternyata Ricky menolak untuk memberi restu setelah tahu bahwa putrinya jatuh cinta pada seorang anak yang di dalam dirinya mengalir darah seorang Sandra? Siapa pun—termasuk Akmal sendiri—pasti memiliki rasa khawatir jika ternyata di kemudian hari terjadi hal-hal buruk.Sebut saja tentang pembalasan dendam. Dari wajah saja sudah tergambar dengan jelas bagaimana perangai Xavier. Garis wajah tegas menunjukkan bahwa prinsipnya tidak mudah digoyahkan, mungkin pengecualian jika dia sedang dilanda b
"Cinta itu bukan sebatas siapa yang paling berkorban, tetapi juga berjuang. Jika masih bisa diusahakan bersama, mengapa harus melangkah mundur?"—Bintu Hasan.________________________________Harapan itu menjelma menjadi sepasang sayap yang mengepak indah, melambung begitu tinggi saat kata-kata romansa lahir dari mulut-mulut mereka yang mengaku cinta, baik tulus ataupun tidak.Ketika sayap dipatahkan dengan satu atau banyak akibat, maka sulit untuk terbang sebelum luka kembali pulih. Sakit? Tentu saja. Seketika dunia terasa seperti penjara di mana anak manusia tidak lagi bisa melangkah ke mana pun dia ingin.Malam-malam meskipun dipenuhi dengan jutaan bintang serta cahaya dewi malam, tetap terlihat mendung. Tidak, mata tidak patut disalahkan, hati lah yang menjadi penyebabnya. Seseorang yang sedang dirundung duka, dia pasti menganggap bumi seolah-olah berhenti berputar.Tidak ada perbedaan besar antara kaum Adam dan Hawa. Mereka sejatinya sama. Akan tetapi, sebagian lain begitu mampu m
PoV JenniMungkin memang benar bahwa kita tidak boleh memaksakan cinta karena sesuatu yang dipaksakan selalu berakhir menyakitkan. Aku Jenni, anak bungsu dari dua bersaudara. Terlahir dari keluarga ... sulit dijelaskan apalagi sampai menggambarkan dengan kata-kata indah.Tidak ada yang indah, semua hanya kesemuan, menyakiti hati kami anak-anaknya. Andai saja boleh membuka suara, sudah lama kuminta Mama Naf untuk berpisah dari papa karena melihat bagaimana lelaki bergelar suami dan ayah itu lebih condong pada istri muda.Ini bukan tentang siapa yang melahirkan karena pada hakikatnya Mama Naf mengambil banyak peran penting dalam hidup. Lupakan tentang keluarga, aku pun selalu kalah dalam masalah cinta dan semoga kali ini memenangkannya.Jatuh cinta pada sosok lelaki yang aku kenal dari grup Whats-App karena diajak kenalan, mengobrol singkat. Sebenarnya aku tidak cinta, tetapi dia mengutarakan rasa dan katanya sudah lama dipendam. Entah seberapa lama, tetapi bagi aku baru sebentar.Sebag