Falcon langsung menghubungi pengawal yang menunggu di mobil. Dia mengintip dari jendela kaca yang pecah dan memperkirakan sumber tembakan.“Ada yang mencoba membunuh Jenderal di ruang rumah sakit. Perkiraan arah tembakan, dari gedung apartemen di seberang jalan. Cari!” perintahnya dengan wajah memerah. Falcon sama sekali tak menduga hal seperti itu akan terjadi.Dari pintu, penyiar dan kameramen mereka dan mendengarkan semua kata-kata yang diucapkan di dalam ruangan. Mereka menyorot dokter yang tewas dengan dahi tertembus peluru.Daniel menutup layar kamera itu dan menatap keduanya dengan tajam. “Demi keselamatan kalian sendiri, pergilah dari sini dan simpan semua rahasia ini. Orang yang menembak tak akan tinggal diam jika hal ini meledak ke permukaan!” Tangannya dengan cepat merampas kamera dan menghapus bagian rekaman di dalam ruang rawat. “Pergi dan sembunyikan kamera ini. Berlakulah layaknya seorang pengunjung rumah sakit biasa. Jangan memancing orang untuk bersikap jahat.”Peny
Jack berpikir keras, siapa yang bernama Gold Finger. “Mungkinkah dia adalah sniper tadi?” gumam Jack. Falcon terdiam mendengarnya. “Itu mungkin saja. Akan kucari sniper dengan nama itu!” katanya cepat. Tak lama Daniel kembali dengan seorang pengawal lagi. Melihat perawat itu siuman, dia menoleh pada Jack. “Amankan dia. Kalau dia tak mau bekerja sama, buang saja. Gold finger sendiri yang akan mebunuhnya!” ujar Jack santai. “Saya akan bekerja sama dengan Anda. Tolong, jika ingin memindahkan saya, bisakah putri saya dibawa serta? Tak ada orang lain yang akan menjaganya jika saya tak kembali!” Perawat itu menunjukkan wajah memohon. “Aku tidak peduli!” ujar Jack dingin. Daniel mendekat bersama dengan seorang pengawal. Dengan cepat, tangannya memukul tengkuk wanita itu. Membuatnya jatuh pingsan dengan cepat. Lalu mereka membawanya pergi lewat jalur rahasia yang disebutkan oleh pimpinan rumah sakit. Tak sampai satu jam kemudian, Tuan Edward Hamilton bangun dari tidur ya sambil mengelu
Seorang pria berwajah tampan usia sekitar empat puluhan, masuk dan menunduk hormat pada Edward Hamilton. Tangannya memegang tas laptop dengan erat. Kakinya melangkah masuk tanpa ragu sedikitpun. Jack bisa menilai orang itu dalam sekali lihat. Type pekerja keras yang sangat menghargai potensi diri serta ketampanannya. Pria yang sangat percaya diri! “Saya datang begitu mendapat panggilan, Tuan Hamilton,” sapanya hangat. “Bagaimana keadaan Anda sekarang?” Sikapnya sangat natural dan tidak dibuat-buat. Tanda dia memang dekat dengan pria tua itu. Jack bisa lihat bagaimana Edward Hamilton bersinar matanya melihat pria itu datang. “Aku senang bisa melihatmu sebelum aku menutup mata!” Jack muak mendengar kata-kata yang menurutnya berlebihan itu. Jadi dia berusaha untuk tidak mempedulikan kedua orang itu. “Anda akan berumur panjang, Tuan Hamilton. Anda akan sehat lagi dan penjahatnya pasti akan tertangkap!” kata pria itu dengan mengulas senyumnya yang memang enak dilihat. “Hasting!” pang
Jack mengerutkan dahinyamendengar ucapan Hasting dalam konferensi pers. Dia menoleh pada Edward Hamilton. “Kapan kau memeriksa DNA ku?” tanya Jack heran.“Saat kau setahun. Saat itu kau sedang sakit keras. Daniella menelepon Aaron memintanya datang dengan tangis ketakutan kehilanganmu. Aku meminta rumah sakit itu bekerjasama untuk memeriksa DNA-mu dari sampel darah yang tersedia.”Jack menggelengkan kepala heran. “Bahkan setelah semua bukti, kau masiih saja menuduh dan menghina mommy!” Suaranyasangat jengkel.“Pamela meracuniku. Namun, yah ... aku tak perlu membela diri. Mungkin aku sendiri malu untuk mengakui telah berbuat kesalahan. Dan Aaron sudah menikahi Pamela!” Edward tak mau berbelit-belit lagi.“Apa kau yakin kalau Olsen adalah cucumu?” Jack menaikkan sebelah alisnya saat bertanya.Edward Hamilton sedikit terkejut. Dia tak pernah meragukan Olsen sedikit juga. “Jika peringatan Aaron saat itu benar, bukankah seharusnya aku mencurigai Olsen?” batin Edward Hamilton.Melihat bahwa
Seisi ruangan memperhatikan seorang pria tampan yang wajahnya sangat mirip dengan Aaron Hamilton. Namun, Jack jauh lebih tampan dan sangat gagah. Dia berdiri dengan percaya diri di depan semua. Meskipun begitu, mereka tetap memandangnya dengan sinis.Pakaian Jack yang sangat sederhana untuk standar orang-orang yang sedang mengikuti rapat umun perusahaan, membuatnya dipandang sebelah mata. Brodie mengutuk dirinya sendiri karena tidak mempersiapkan hal itu sebelumnya.“Apa kau punya pendidikan bisnis?” tanya seorang pria. Wajah sinisnya tidak ditutupi sama sekali, meski Brodie memandangnya dengan tatapan tajam.“Tidak. Saya hanya sekolah di ketentaraan,” jawab Jack sambil tersenyum. Dia duduk dengan santai di kursinya.Setelah itu Brodie ikut duduk, menyusul Hasting dan Stefano Gerald.“Kalau kau yang memegang tampuk pimpinan, maka perusahaan ini hanya akan langsung kolaps!” seru yang lain mengejek.Suara-suara berdengung mulai terdengar, menunjukkan ketidak puasan mereka atas keputusa
Siang hari, urusan Jack di kantor itu sudah selesai. Dia siap untuk kembali, karena sudah mendengarkan rencana kerja Brodie. Jack hanya perlu mengawasinya dari jauh.“Aku sudah mengambil ini tadi.” Falcon menunjukkan sebuah bungkusan kecil di balik jaketnya.“Terima kasih. Kukira itu mungkin akan dibutuhkan, jadi aku meminta Hunter untuk mengirimnya ke sini. Ternyata mereka sudah puas melihatku meyingkirkan Pamela!" Jawab Jack.“Mau ke mana kita?” tanya Falcon.Menanyai Pamela. Brodie sudah mengirim orangnya untuk membawa Pamela ke satu tempat. Kita ke sana dulu, lalu pulang,” sahut Jack.“Kau tak ingin ke rumah sakit lagi?” tanya Falcon lagi.“Tidak. Tadi Brodie juga sudah menyiapkan pengawal profesional di rumah sakit, untuk menggantikan orang kita,” Jack menggeleng dan berjalan menuju lift. Falcon, Stefano, dan seorang pengawal kepercayaan Brodie, mengikuti.Jack harus buru-buru pulang. Di rumah, keadaan keuangan mereka sangat sulit. Dia harus membawa uang penghasilan pertamanya d
Jack sama sekali tak peduli dengan luapan kemarahan Pamela. Dia memberi perintah terakhir sebelum pergi. “Periksa ikatan seluruh tubuhnya. Kalau perlu beri duct tape agar dia tak bisa bergerak dan bersuara sama sekali! Mulutnya berbisa, merayu siapa saja untuk berkhianat!”“Baik!” Penjaga di sana segera menjawab perintah, setelah melihat kode instruksi dari bawahan Brodie.“Saya akan pastikan dia tak bisa ke mana-mana!” Orang itu mengantar Jack dan Falcon hingga keluar pintu.“Terima kasih.” Jack mengangguk dan masuk ke mobil kembali. Lalu iring-iringan mobil Jack dan pengawalnya segera pergi dari sana.Di perjalanan, Jack mengirimkan rekaman suara Pamela pada Brodie Baker. “Kirim dia ke penjara!” perintahnya“Ahh ... akhirnya pulang juga,” ujar Jack. Dia menyandarkan tubuhnya yang lelah, di samping Stefano yang sudah tertidur pulas kelelahan.***Suasana pagi yang sejuk di perkebunan anggur di bukit itu, tak mampu mengusir kehangatan di ruang makan. Tom dan Tuan Fredd bercerita bahwa
Jack menyipitkan mata pada Hunter, dan pria itu langsung mengetahui arti pandangan itu. “Aku akan jelaskan hal itu, nanti. Sekarang orang ini bagaimana?”“Kalian belum menginterogasinya?” tanya Jack.“Belum!” sahut Hunter. “Kami langsung membawanya ke sini saat dia pingsan!” tambahnya lagi.“Apakah kau membawa bukti-bukti yang kau temukan di sana?” tanya Jack lagi.“Ya!” Hunter memutar tubuh utuk mengambil sebuah tas belanja dari tangan Phoenix. “Ini semua yang kami temukan di sana!”Sekarang tas belanja itu ada di atas meja Jack. Pria itu mengangguk. “Singkirkan dulu dia. Setelah malam, kita interogasi!” perintah Jack.“Baik!”Hunter dan yang lainnya bergegas keluar dari ruangan Jack membawa Leland. Entah ke mana akan mereka bawa pria itu. Namun, Jack tidak peduli. Dia merasa sedikit lega karena Leland akhirnya berhasil ditangkap. Diintipnya sedikit isi dari tas belanja yang isinya tak seberapa itu. JAck mengernyitkan dahi.“Hanya ini?” batinnya.Diambilnya ponsel dan mengabari Tuan
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng