Beranda / Young Adult / DERSIK / Chapter 177

Share

Chapter 177

Penulis: Fitri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-30 18:18:29

Suara riuh dari penonton membuat suasana menjadi sangat ramai.

Fia kembali menjentikkan jarinya, dan di sinilah mereka. Di depan rumah laki-laki yang menjadi tempat pergadaian anak dari wanita tadi.

Di depan pintu rumah itu, ada sosok wanita tadi dengan raut wajah bahagia.

“Tuan!” panggil wanita tadi dengan senyum mengembang indah.

Tok.. tok... tok...

“Tuan!” panggil wanita tadi dengan raut wajah tak sabaran.

Tak lama pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok laki-laki tadi dengan raut wajah tanpa minat.

“Ini tuan, hutang suami saya” ucapnya sambil menyerahkan sekantong koin ke arah laki-laki tadi.

“Hm” balas sang lelaki dan menerima uang tadi dengan senyum puas.

“Di mana anak saya?” tanya sang wanita dengan raut wajah tak sabaran.

“Ck” decak kesal sang lelaki.

“Ju! Bawa bayi itu ke sini!” ucap laki-laki tadi dengan nada suara keras.

Dari arah belakang datanglah sosok pria dengan bayi di gendongannya.

“Anak ibu!” ucap sang wanita dengan senyum semringah.

Berbeda dengan sang wanita, p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DERSIK   Chapter 178

    Fia kembali menjentikkan jarinya dan mereka berada di dalam gubuk yang di tempati oleh sepasang suami istri tadi.Dari dalam gubuk terjadi perkelahian antara mereka berdua, suami istri tadi tak ada yang mau mengalah. Mereka saling membentak satu dengan yang lain. Entah apa masalahnya, yang pasti mereka berdebat sangat hebat.Nyai Arawinda menatapa sepasang suami istri tadi dengan sorot mata datar. Tanpa ada niatan, dia menatap mereka.Perkelahian tadi semakin hebat. Mungkin karena kesal dan geram, sang suami mengambil selendang yang ada di atas meja. Dengan raut wajah marah sang suami mencekik wanita tadi dengan selendang di tangannya.Mata sang istri sampai membola dan beberapa kali mencoba meraih tangan suaminya, dia berusaha melepaskan lilitan di lehernya tapi tak bisa karena kekuatan sang istri yang tak seberapa di bandingkan dengan kekuatan suaminya.Cukup lama sang suami mencekik leher istrinya dengan selendang, hingga tangan sang istri terjatuh di atas tanah dengan lemah.Sang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • DERSIK   Chapter 179

    Fia mulai berjalan mengikuti langkah orang tadi dengan raut wajah penasaran. Langkahnya sangat hati-hati, takut ketahuan akan sosok di depannya.Fia masih mengikuti langkah orang tadi hingga sampailah dia di depan anak tangga bagian pojok. Di sana orang tadi mulai menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya secara tiba-tiba.Bagaikan ada pelekat di kakinya, Fia tak bisa melangkahkan kaki dari tempatnya saat ini.Dengan perlahan sosok tadi mulai mengangkat kepalanya, dengan jelas Fia melihat senyum sinis di bibir orang tadi.“Yara?” ucap Fia dengan raut wajah tak percaya.“Bodoh” ucap Yara dengan senyum sinis setelahnya dia berbalik badan dan berlari menaiki anak tangga, meninggalkan sosok Fia yang masih berdiam diri di tempatnya.“Bodoh? Apa maksudnya?” tanya Fia dengan raut wajah heran dan menatap ke arah depan dengan tanda tanya besar.Beberapa menit kemudian Fia sadar dari lamunannya dan mulai berjalan menaiki anak tangga dengan langkah pelan. Tangga di bagian pojok ini cukup

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • DERSIK   Chapter 180

    Sosok itu masih fokus memakan bangkai tadi, bahkan mulut kecilnya itu dengan lahap memakan daging busuk itu.Fia menatap ke sosok tadi dengan sorot mata jijik dan rasanya ingin memuntahkan isi perutnya.Dengan perlahan Fia mulai berjalan mundur dengan perasaan jijik dan mual. Tapi sepertinya kehadirannya telah di sadari oleh sang tuyul, nyatanya sang tuyul mulai menghentikan acara makannya dan mengedipkan mata beberapa kali. Tak lama kepala yang tadinya menunduk mulai terangkan dan dengan perlahan mulai menengok ke arah Fia berada.Saat melihat ke arah Fia, tuyul tadi mulai meletakkan bangkai tadi di atas lantai dengan perlahan.Mulut yang penuh akan darah menyugikan senyum dan tak lama suara tawa khas tuyul pun keluar dari mulutnya. Saat mulut tadi terbuka, gigi kecil tapi runcing yang berada di dalam mulut pun terlihat dan tak lupa darah yang terlihat di gigi dan mulutnya, menambah kesan jijik tersendiri. Fia menatap ke sosok tadi dengan raut wajah menahan mual.Sosok tadi mulai ban

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • DERSIK   Chapter 181

    “Akan kucoba” balas Fia dengan nada suara pasrah.Fia mulai menghentikan langkahnya dan matanya menutup dengan sangat rapat. Mengendalikan gejolak jijik di benaknya.Tanpa Fia sadari, sosok tuyul tadi sudah berada di depannya dengan senyum lebar.“Kakak tertangkap” ucap sang tuyul sambil memegang tangan Fia dengan senyum puas.Fia sedikit menegang saat merasakan sentuhan di kulitnya, dengan perlahan dia mulai membuka matanya.“Lepas” ucap Fia setenang mungkin.“Kakak sudah kena, jadi kakak yang harus jaga” balas sang tuyul dengan gelengan cepat.“Saya masih ada urusan, lepas” ucap Fia dengan sorot mata tak berminat.“Tapi..” ucap sang tuyul dengan raut wajah sedih.“Berhenti bermain, saya masih ada urusan yang lebih penting” balas Fia dengan datar.“Baik” balas sang tuyul dengan raut wajah lesu.Mendengar jawaban sang tuyul ada rasa lega tersendiri dari dalam tubuh Fia. Dengan perlahan sang tuyul mulai melepaskan genggamannya dan berjalan menjauh dari Fia.Dengan senyum lega Fia mena

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31
  • DERSIK   Chapter 182

    Fia kembali melanjutkan langkahnya dan sampailah dia di depan anak tangga menuju ke lantai tiga. Dengan perlahan dia mulai menaiki anak tangga tadi dan tanpa dia sadar matanya menatap ke arah gudang kecil yang ada di bawah anak tangga.Di sana dia melihat sosok besar hitam dengan bola mata merah bagaikan kelereng. Fia menatap ke arah sosok tadi dengan raut wajah tanpa minat.Sosok tadi menatap ke arah Fia dengan mata merahnya. Tanpa memedulikan sosok tadi, Fia kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.Dengan waspada Fia menatap ke sekelilingnya hingga langkahnya terhenti saat melihat perisai transparan di depannya.“Apa ini?” gumam Fia sambil menatap penghalang tadi. Dengan perlahan tangan Fia mulai terangkat dan semakin dekat dengan perisai tadi. Saat ujung telunjuknya menyentuh penyekat tadi, jarinya terasa tersengat aliran listrik.“Akh!” kejut Fia sambil menarik tangannya menjauh dari sana.Dengan raut wajah penuh tanya Fia menatap ke arah perisai tadi. Cukup lama Fia mena

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • DERSIK   Chapter 183

    Di sebuah ruangan yang cukup luas, terlihat seorang gadis yang terikat di kursi dengan keadaan pingsan. Tak lama mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dengan perlahan, kerutan di dahinya hadir saat tak bisa menggerakkan tangan dan kakinya. “Apa-apaan ini?” ucap sang gadis dengan raut wajah panik dan mencoba melepaskan lilitan di tubuhnya dengan sekuat tenaga. Tapi tak ada efek sama sekali kepada lilitan di tubuhnya, bukannya mengendur lilitan tadi malah mengikatnya bertambah kencang. “Akhh!” jerit Fia dengan kesal karena terikat di kursi dengan tak berdayanya. Dengan lesu Fia menundukkan kepalanya dan tak lama pintu ruangan yang tadinya tertutup mulai terbuka dengan kasarnya. Brak! Fia menatap ke asal sumber suara dengan raut wajah datar. Di depannya ada sosok Rita dengan senyum sinisnya. “Halo manusia bodoh” ucap Rita dengan senyum mengejek. “Lepas ‘in gue sialan” maki Fia dengan sorot mata tak bersahabat. “Mau lepas? Coba sendiri kalau bisa” balas Rita dengan senyum menge

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • DERSIK   Chapter 184

    Rita yang melihat sosok kecil tadi mulai mengambil langkah tapi baru saja dia berjalan beberapa langkah ke arah Fia, langkahnya harus terhenti saat sosok Fia sudah terlepas dari ikatan tali yang melilitnya. Rita berjalan mundur beberapa langkah hingga kembali ke tempat semula.“Habis kau sekarang” ucap Fia dengan raut wajah permusuhan.“Benarkah?” ucap Rita dengan senyum sinis.Dengan gerakan santai Rita mengangkat tangannya dan menggerakannya dengan cukup aneh. Dengan kerutan di dahinya Fia menatap ke arah Rita penuh tanya.“Kau kira bisa menghabisiku secepat ini?” ucap Rita dengan senyum sinis.Tak lama, tangan Yara, Disa dan Yuan terangkat, berniat menyerang Fia. Fia yang melihat itu pun sedikit terkejut dan membolakan matanya. Menatap ke arah Yuan dengan raut wajah bingung dan cemas. Tak mungkin dia melawan Yuan, dia tak akan bisa.Mereka semakin dekat dengan Fia, setelah sampai di dekat Fia mereka mulai mengelilinginya dengan balok kayu di tangan mereka, entah dapat dari mana.“

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • DERSIK   Chapter 185

    Rita tersenyum senang saat melihat sosok Fia mulai cemas.“Jika kau tak mau terjadi apa-apa dengan temanmu itu, lakukan apa yang aku ucapkan” ucap Rita dengan senyum puas.Fia menatap ke arah Sasa dengan raut wajah bimbang dan dengan raut wajah sedikit frustrasi Fia menyetujui perkataan Rita barusan.“Baiklah” ucap Fia sambil menatap ke arah Rita. Mendengar perkataan Fia barusan membuat Rita tersenyum senang.“Berlutut dan menghadap ke arah ku” ucap Rita dengan senyum remeh.Dengan gerakan pelan Fia mulai mengikuti perkataan Rita barusan, dia mulai berlutut di hadapan Rita dengan raut wajah tak ikhlas.“Bagus” ucap Rita sambil menatap ke arah Fia dengan senyum puas.Fia menutup matanya dengan erat untuk menahan gejolak amarah yang hinggap di hatinya.“Marah eh?” ucap Rita dengan senyum mengejek saat melihat sosok Fia menutup matanya dengan erat.Tanpa Fia sadari, ada seseorang menatap dengan puas saat melihat sosok Fia berlulut di depannya. Dia mulai mengganti raut wajah ketakutan den

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08

Bab terbaru

  • DERSIK   Chapter 198 (Tamat)

    Sudah satu minggu setelah kejadian itu, dan Fia sudah tak sesedih kemarin dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Yara.Dia juga sesekali mampir ke rumah Yara untuk menjenguk mama Yara atau di ajak adik Yara untuk mampir ke rumah. Dengan senang hati Fia menerima ajakan adik Yara.Satu yang membuatnya heran, kenapa orang tua Sasa tak pernah sekali pun mencari keberadaan sang anak yang hilang bagaikan tertelan bumi? Dan ternyata Fia mendapat satu fakta yang tak terduga, Sasa adalah anak dari papanya dengan selingkuhannya, sebab itu mereka tak peduli dengan sosok Sasa, bahkan saat ini orang tua Sasa sedang menyiapkan sidang penceraian mereka.Fia yang mendengar cerita itu hanya memasang raut wajah sedih dan prihatin.Tapi, walau orang tua tak mencarinya, masih ada Alvin yang menanyai keadaan Sasa dan menanyakan kondisi Sasa kepada Fia. Seperti menanyakan ‘Sasa di mana ya? Bagaimana kondisinya? Kenapa dia menghilang tanpa memberi kabar?’ dan di jawab Fia dan Yuan dengan mengangkat b

  • DERSIK   Chapter 197

    Yuan yang melihat tingkah lucu Fia hanya memasang raut wajah gemas dan senyum geli.“Ayo” ucap Yuan sambil menatap Fia dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.“Iya” balas Fia dengan lesu dan dengan malas Fia membuka pintu mobil. Fia keluar dan di sambut oleh Yuan dengan senyum kecil.Yuan memegang tangan Fia dengan lembut dan membawanya ke arah pintu rumah. Mereka memasuki rumah Fia dengan kerutan di dahinya.Bagaimana tidak, di depan mereka sudah berkumpul keluarga Fia. Fia yang melihat keluarganya yang sedang canda tawa hanya memasang raut wajah datar dan sorot mata ke tidak sukaan.Yuan yang tahu akan pikiran Fia hanya bisa menguatkan pegangannya di tangan Fia dan memberi usapan kecil di punggung tangannya.“Fia, sini sayang” ucap salah satu bibinya dengan senyum mengembang indah.Fia yang mendengar panggilan dari sang bibi hanya diam membisu dan masih di tempatnya dengan raut wajah datar.“Fia?” kata sang bibinya lagi dengan kerutan di dahinya.“Ada apa ini?” tanya Fia den

  • DERSIK   Chapter 196

    Pemakaman Yara berjalan dengan sangat hikmat, banyak orang yang meneteskan air mata saat melihat peti Yara memasuki lian lahat.Fia mengikuti acara pemakaman dengan raut wajah datar dan sorot mata kesedihan. Dia berada di samping mama Yara. Mama Yara yang memintanya untuk di sampingnya dan Fia hanya menurut tak bisa membantah. Dengan langkah pelan keluarga Yara mulai menjauh dari mekan Yara. Mama Yara sudah mengajak Fia untuk pulang tapi Fia menolaknya, dia ingin menetap di sini untuk beberapa saat.Fia menatap ke arah gundukan tanah di depannya dengan sorot mata kepedihan. Dia masih merasa bersalah dengan Yara, tak jauh dari tempatnya berdiri ada sosok Disa yang menatap ke arah gundukan di depannya dengan air mata yang masih mengalir.Fia menatap ke arah Disa dengan senyum kecil dan berjalan ke arah Disa dengan perlahan.“Ayo” ajak Fia sambil memegang pundak Disa dengan senyum kecil di bibirnya.Disa menatap ke arah Fia sebentar dan kembali menatap ke gundukan tanah tadi setelahnya

  • DERSIK   Chapter 195

    Hari pemakaman Yara, Fia datang dengan Yuan di sampingnya. Dia sudah membulatkan tekatnya, entah di terima atau tidak kehadirannya di sana. Niatnya untuk mengantarkan Yara ke peristirahatan terakhirnya, sebagai bentuk terima kasih dan penyesalan.Fia berjalan memasuki ambang pintu rumah Yara, saat dia masuk matanya sudah melihat banyak orang di sana dan tak lupa peti jenazah Yara yang di kelilingi oleh keluarganya. Sanak saudara berhilir mudik dan bergantian melihat wajah Yara untuk terakhir kalinya. Sosok Yara terlihat sangan memukau di hari terakhirnya sebelum di kebumikan.Fia mulai berjalan memasuki rumah Yara dengan Yuan di belakangnya. Mereka berdua memakai baju berwarna hitam polos tanpa ada corak seperti yang lainnya.Saat Fia memasuki rumah Yara, ada beberapa pasang mata yang menatap ke arahnya tapi tak dia anggap.Dengan langkah pelan, Fia mendekat ke arah peti Yara, saat langkah kakinya semakin dekat dengan peti Yara berada tiba-tiba langkahnya terhenti saat sosok mama Yara

  • DERSIK   Chapter 194

    “Semua ini di sebabkan oleh saya” ucap Fia setelah menguatkan dirinya untuk jujur.Saat mendengar perkataan Fia barusan, membuat pandangan mama Yara langsung tertuju ke arah Fia.“Apa maksudmu?” tanya Mama Yara dengan sorot mata tak bersahabat.“Yara meninggal karena saya, dia mengorbankan nyawanya untuk saya,” ucap Fia terhenti sejenak untuk mengambil nafasnya karena dadanya terasa sesak.“Dia melindungi saya dari tusukan yang seharusnya saya terima, seharusnya saya yang berada di posisi Yara” ucap Fia dengan tertunduk dalam.Mama Yara yang mendengar perkataan Fia hatinya merasa marah, bahkan tangannya terkepal sangat erat. Dengan langkah cepat dia berjalan ke arah Fia dan menamparkan begitu keras untuk melampiaskan kemarahannya.Plak!Sang suami yang melihat tingkah sang istri merasa sedikit terkejut dan mencerna semua kejadian tadi, ucapan Fia tadi kembali mengulang di otaknya.“Pembawa sial!” ucap Mama Yara di depan wajah Fia.“Mah!” ucap sang suami saat sadar akan keterkejutannya

  • DERSIK   Chapter 193

    Lama Fia dan Yuan berpelukan hingga Fia melepaskan pelukan itu, dengan raut wajah sembab Fia menatap Yuan.“Makasih” gumam Fia dengan senyum tulus.“Hm” balas Yuan sambil mengelus rambut Fia dengan senyum simpul.“Ayo” ajak Yuan sambil menggenggam tangan Fia dan menuntunnya masuk ke dalam ruangan tadi.Di dalam ruangan ada sosok Disa yang menangis sesegukan sambil menatap sosok Yara yang terbaring kaku di depannya.Fia berjalan mendekat ke arah Yara dan menggenggam tangannya pelan.“Maaf” ucap Yara dengan lirih dan sorot mata sedih.‘Maaf, semua ini gara-gara gue Yar. Andai dulu lu gak deket sama gue, andai lu gak ngelindungi gue pasti lu masih ada di sini’ batin Fia dengan senyum getir.“Gue bener-bener minta maaf” ucap Fia penuh sesal.Suara hening mulai mengisi ruangan tadi, Disa yang menangis dalam diam sedangkan Yuan dan Fia menatap ke sosok Yara dengan raut wajah sedih.Tak lama, suara langkah kaki terdengar di dalam ruangan tadi. Dengan refleks mereka melihat ke sumber suara, d

  • DERSIK   Chapter 192

    Mereka masih di posisinya, dengan pemikiran masing-masing. Sedangkan Ridwan sedikit menjauh untuk memberi kabar orang tua Yara akan kondisi anaknya. Setelah memberi kabar orang tua Yara , Ridwan mulai memberi kabar keluarganya tentang keberhasilan Fia. Kabar yang di beri tahukan Ridwan membawa kebahagiaan di keluarganya.Beberapa menit kemudian pintu UGD mulai terbuka, terlihat sosok berjas putih keluar dari ruangan dengan raut wajah penuh penyesalan.“Bagaimana keadaan teman saya dok?” tanya Disa sambil berjalan mendekat ke arah sang dokter. Dalam diam Fia berjalan mengikuti langkah Disa.“Kami sudah melakukan yang terbaik tapi Tuhan mempunyai jalan yang lebih baik. Maaf, Tuhan berkehendak lain, teman adik dinyatakan meninggal karena telat akan penanganan yang seharusnya dia terima. Teman adik terlalu banyak kehilangan darah” ucap sang dokter dengan raut wajah lesu, karena pasiennya gagal untuk dia selamatkan.“Gak, dokter pasti salah” ucap Disa dengan raut wajah tak percaya dan memu

  • DERSIK   Chapter 191

    Fia mulai membuka matanya dan menatap ke arah Disa dengan raut wajah serius.“Dis” panggil Fia tanpa emosi.“Iya?” balas Disa dengan raut wajah heran.“Pegang batu ini dan baca mantra yang tertulis di sini” ucap Fia sambil menatap ke arah Disa dengan raut wajah masih sama.“Kenapa?” tanya Disa dengan raut wajah heran.“Ini kunci keluar dari sini” balas Fia apa adanya.“Oke” balas Disa dan mulai berjalan mendekat ke arah Fia. Tanpa membutuhkan waktu lama Disa mulai membaca mantra yang ada di batu tadi. Mantra tadi tertulis dengan aksara Jawa, dan entah kenapa Disa dengan lancar mengucapkannya, setiap kata terdengar sangat jelas.Tak lama cahaya di batu tadi semakin terang, cahaya yang tadinya putih berubah menjadi abu-abu. Tak lupa ada juga beberapa kunang-kunang yang hadir mengelilingi mereka.Fia yang melihat pemandangan di depannya sedikit menatap dengan sorot mata memuja. Tak lama, cahaya tadi mulai redup dan mereka sudah berada di luar gerbang sekolah.“Kondisinya semakin memburuk

  • DERSIK   Chapter 190

    Fia yang mendengar jeritan Sasa hanya menatapnya dengan raut wajah tanpa emosi.“Fia tolongin gue” ucap Sasa dengan raut wajah memohon ke arah Fia.“Gue gak bisa” balas Fia dengan acuh tak acuh.“Gue minta maaf, gue ngaku gue salah. Gue mohon bantu gue, lepasin gue dari rantai ini” ucap Sasa dengan air mata yang menetes melewati pipinya.“Gue gak bisa, itu bukan kemampuan gue” balas Fia apa adanya.Tak lama dari itu Fia mulai mendengar jeritan tak jauh darinya.“Yara!” ucap Disa saat baru saja bangun dari pingsannya, dan saat dia membuka mata pandangan pertamanya adalah sosok Yara dengan darah di tubuhnya. Dengan raut wajah panik Disa menatap ke arah Yara.“Yar, aku minta maaf jangan kayak gini” ucap Disa sambil menepuk pipi Yara beberapa kali.“Dia akan mati kalau gak ambil tindakan dengan cepat” ucap Fia dengan raut wajah tanpa emosi.“Yuan, boleh minta tolong? Tolong gendong Yara, karena gak mungkin kalau gue atau Disa yang gendong” ucap Fia sambil menatap ke arah Yuan dan di anggu

DMCA.com Protection Status