Bara menunggu dengan sabar dan merasa percaya diri bahwa dirinya tidak mungkin salah karena memang itu adalah kamarnya sendiri yang sudah ditinggalinya sejak apartemen ini pertama kali didirikan olehnya.“Hmph! Dasar wanita ceroboh! Lihatlah baik-baik, ini adalah kamarku! Kamu pasti tidak bisa membuka pintunya, kan? Ha-ha-ha! Cepat minta maaf sekarang!” tegas Bara tanpa ragu-ragu seolah-olah sudah bisa menebak hasil akhirnya.Semua orang yang mendengarnya merasa kalau wanita cantik tersebut pasti sedang salah kamar apalagi ketika Bara dengan percaya diri mengatakan tentang kepemilikan kamar tersebut sebagai miliknya.“Tampaknya, wanita itu memang salah kamar. Seharusnya dia segera minta maaf setelah ini!”“Benar juga! Harusnya ketika baru pertama kali datang itu harusnya perlahan-lahan mengamati sekeliling sejenak sebelum langsung asal-asalan menuduh orang lain!”“Wanita cantik memang terkadang sulit sekali kalau dinasehati apalagi diatur-atur oleh orang lain. Sungguh malang sekali pa
Semua orang termasuk wanita cantik menatap Bara dengan tatapan yang aneh sekali. Tidak ada lagi rasa simpati yang sebelumnya sempat ada di hati beberapa orang.“Hmph! Dasar laki-laki hidung belang rupanya! Pantas saja wanita cantik itu merasa tidak nyaman dengan pria aneh itu!”“Tuh, kan?! Sudah aku duga kalau instingnya wanita cantik itu memang tidak pernah salah ketika mendeteksi keberadaan pria hidung belang seperti itu!”“Benar juga! Wanita cantik memang peka sekali ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Pria hidung belang itu benar-benar tidak punya rasa malu sedikit pun. Seharusnya dia langsung pergi karena malu. Jika itu aku, sudah pasti lari saat ini juga!”“Betul sekali!”“Haruskah kita ikut membantu wanita cantik itu mengusir pria hidung belang yang wajahnya jelek sekali itu?”“Ada benarnya saran kamu ini! Ayo semuanya, mari bersama mengusirnya!”Berbagai macam obrolan yang menyindir Bara dan memuji aksinya wanita cantik kian menguat yang membuat Bara merasa semakin t
Pikirannya Bara sudah tak jelas arahnya dan mulai termenung dalam pikirannya sendiri dengan ekspresi wajah yang semakin aneh ketika melihat sosok wanita cantik di depannya.Bara benar-benar seperti tupai melompat yang sudah kehilangan arahnya dengan cepat membuat pikirannya menjadi kabur dari pandangan matanya dan semakin redup ketika dia mulai merasakan rasa nyeri.“Hmm? M–mengapa Anuku mulai terasa sakit sekali? E–eh? Beneran sakit sekali!” batin Bara sudah kehilangan kesabarannya yang mana mulai merasakan rasa sakit yang begitu mendalam.Bara mulai membuka kedua matanya lebar-lebar hingga melotot dan hampir seperti ikan yang benar-benar sedang sekarat sebab rasa sakit di Anunya sudah benar memuncak hingga tak lagi mampu dikendalikannya.Dengan berat hati, dia melihat senyuman indah wanita cantik di depannya semakin lebar seolah-olah sedang menikmati penderitaan yang saat ini kian dirasakan oleh Bara secara membabi buta.Bara benar-benar tak habis-habisnya berpikir kalau semua ini p
Dengan begitulah, Bara dipukuli habis-habisan hingga sulit bagi siapa pun untuk menghentikannya lagi. Bara hanya bisa menerima kenyataan kejam dalam kehidupannya saat ini.Semua orang tampak menikmati diri mereka sendiri-sendiri ketika melakukan aksi tidak bermoral bersama-sama dengan menyiksa Bara yang sudah tak mampu berkutik lagi.“Hmph! Rasakan ini wahai pria hidung belang yang menjijikkan! Beraninya kamu mempermainkan seorang wanita cantik dan kami semua di sini, hah?! Ini adalah akibatnya yang sudah sepatutnya kamu terima!”“Ha-ha-ha! Benar sekali! Ini adalah akibatnya ketika seseorang tidak bisa menjaga sikapnya terutama indera penglihatannya serta kemampuan lisannya dalam berbicara yang lebih baik.”“Saya dari tadi sudah tak nyaman setiap kali mendengarnya berbicara kasar kepada Nyonya cantik itu. Sekarang, sudah waktunya untuk melampiaskan kekesalanku atas sikap menyimpangnya.”“Terimalah saja takdirmu wahai pria aneh yang bejat. Pria terkutuk sepertimu memang tak layak untuk
24 Agustus, Tahun 2030Malam hari di sebuah rumah yang berada tepat di persimpangan jalan.“Alya! Mengapa kamu selingkuh dariku? Mengapa?!” bentak seorang pria dengan raut wajah yang sangat marah.Hari itu sangat gelap dan hening. Namun, suara teriakkan pria itu menjadi sorotan hanya dalam beberapa detik saja.“Selingkuh? Aku hanya mencintai lelaki yang jauh lebih pantas untukku daripada kamu!” bantah Alya dengan tegas tanpa malu sambil terus mengemas barang-barangnya.Bang!“Tidak tahu diuntung! Inikah balasanmu kepadaku yang sudah berkorban untukmu selama ini, hah?!” Pria itu semakin menyentak dengan ganasnya hingga memukul lemari yang ada di dekatnya.“Bara! Tutup mulutmu! Kamu sendiri yang memang melakukan semua itu untukku dengan senang hati. Jangan kau ungkit tindakanmu sendiri yang tidak pernah aku minta sama sekali!”Alya dengan gigih membantah semakin ganas. Dia mempercepat mengemas beberapa barang-barangnya dan langsung memasukkan semuanya ke dalam kopernya.Bara yang meliha
“Oh ya? Tampaknya kita akan mendapatkan keluarga baru lagi!” sahut Bara kecil yang masih berusia 12 tahun.“Hmm…, kira-kira dia cantik atau gak ya? He-he-he!” ungkap pemuda sebelumnya dengan jahil.“Hadeh! Kamu ini selalu aja ngomong aneh seperti itu,” ungkap Bara berjalan dengan santai di taman bermain itu.“Anak-anak! Ayo pulang, sudah waktunya mandi sore!” tegas seorang pengurus panti asuhan itu.Semua anak-anak termasuk Bara dengan cepat pergi dari taman bermain itu meski tampak tak rela.Mereka sudah biasa bermain di tempat itu sesuai dengan jam yang sudah ditentukan. Jelas semua anak-anak itu tidak bisa menolak sistem yang berlaku di panti asuhan itu.Bara dan teman-temannya lekas pulang dan pergi mandi sore. Beberapa canda dan tawa masih saja terjadi di kala mereka mandi bersama.Tak butuh waktu lama, mereka semua sudah segar semua dengan aroma wangi terpancar dari atas rambut hingga ujung kaki.“Hmm? Itu siapa?” tanya seseorang yang tampak melihat sosok yang baru dikenalnya.“
Sikap Alya yang begitu dewasa dan pengertian itu membuat Bara semakin begitu mencintai istrinya itu karena sangat menghargai dirinya.***27 Juni, Tahun 2030Dua bulan yang lalu!Tepat di sebuah gedung bangunan di dalam wilayah Universitas Danoa. Terdapat banyak orang berkumpul dengan pakaian wisuda.Hari itu adalah acara wisuda para sarjana jenjang S2. Bara sudah berpakaian rapi dengan ponsel yang siap digunakan untuk mengabadikan momen indah itu.“Istriku memang luar biasa. Sudah cantik, pintar lagi!” batin Bara dengan begitu emosional menghadapi situasi yang mendebarkan itu.Sang istri tercinta pun akhirnya dipanggil namanya hingga naik ke atas podium. Bara sontak maju dan berada di garda paling depan siap untuk memotret wajah bahagia sang istri.“Alya! Lihat kamera!” tegas Bara sedikit lantang.Alya dengan senyuman manisnya menghadap ke arah kamera itu. Bara langsung memotret wajah cantik itu entah berapa kali dia lakukan.Setelah sesi itu selesai, acara wisuda berlanjut sebagai m
Kriek!Pintu kamar perlahan dibuka dengan lembut dan hati-hati. Keringat dingin mulai muncul keluar dari pori-pori di dahinya. Bara melihat lampu kamar yang sudah gelap itu.Sang istri sudah tertidur hingga suara ngorok mengguncang langit dan bumi. Bara tetap waspada meski tidak ada tanda-tanda kesadaran dari Alya yang tergeletak di atas kasur itu.“Di mana tasnya?” batin Bara melirik ke seluruh seluk beluk kamar itu.Aha!Bara langsung melihat tas yang sangat tidak asing itu. Dia mendekat dengan perlahan seperti tupai yang sedang ingin mencuri kacang milik tetangganya.Dia kembali tenang melihat sang istri tidak kunjung sadar. Bara membuka resleting tas itu dengan begitu hati-hati tak ingin ada kesalahan sedikit pun.Glek!Seteguk air ludah dia telan perlahan. Tas yang begitu biasa itu menjadi sumber ketegangan bagi Bara.“Huh…, sudah waktunya!” Bara tampak lega dan langsung mengambil CCTV mini yang canggih dari dalam kantong sakunya.Dia mengambil dan meletakkan CCTV itu ke dalam ta
Dengan begitulah, Bara dipukuli habis-habisan hingga sulit bagi siapa pun untuk menghentikannya lagi. Bara hanya bisa menerima kenyataan kejam dalam kehidupannya saat ini.Semua orang tampak menikmati diri mereka sendiri-sendiri ketika melakukan aksi tidak bermoral bersama-sama dengan menyiksa Bara yang sudah tak mampu berkutik lagi.“Hmph! Rasakan ini wahai pria hidung belang yang menjijikkan! Beraninya kamu mempermainkan seorang wanita cantik dan kami semua di sini, hah?! Ini adalah akibatnya yang sudah sepatutnya kamu terima!”“Ha-ha-ha! Benar sekali! Ini adalah akibatnya ketika seseorang tidak bisa menjaga sikapnya terutama indera penglihatannya serta kemampuan lisannya dalam berbicara yang lebih baik.”“Saya dari tadi sudah tak nyaman setiap kali mendengarnya berbicara kasar kepada Nyonya cantik itu. Sekarang, sudah waktunya untuk melampiaskan kekesalanku atas sikap menyimpangnya.”“Terimalah saja takdirmu wahai pria aneh yang bejat. Pria terkutuk sepertimu memang tak layak untuk
Pikirannya Bara sudah tak jelas arahnya dan mulai termenung dalam pikirannya sendiri dengan ekspresi wajah yang semakin aneh ketika melihat sosok wanita cantik di depannya.Bara benar-benar seperti tupai melompat yang sudah kehilangan arahnya dengan cepat membuat pikirannya menjadi kabur dari pandangan matanya dan semakin redup ketika dia mulai merasakan rasa nyeri.“Hmm? M–mengapa Anuku mulai terasa sakit sekali? E–eh? Beneran sakit sekali!” batin Bara sudah kehilangan kesabarannya yang mana mulai merasakan rasa sakit yang begitu mendalam.Bara mulai membuka kedua matanya lebar-lebar hingga melotot dan hampir seperti ikan yang benar-benar sedang sekarat sebab rasa sakit di Anunya sudah benar memuncak hingga tak lagi mampu dikendalikannya.Dengan berat hati, dia melihat senyuman indah wanita cantik di depannya semakin lebar seolah-olah sedang menikmati penderitaan yang saat ini kian dirasakan oleh Bara secara membabi buta.Bara benar-benar tak habis-habisnya berpikir kalau semua ini p
Semua orang termasuk wanita cantik menatap Bara dengan tatapan yang aneh sekali. Tidak ada lagi rasa simpati yang sebelumnya sempat ada di hati beberapa orang.“Hmph! Dasar laki-laki hidung belang rupanya! Pantas saja wanita cantik itu merasa tidak nyaman dengan pria aneh itu!”“Tuh, kan?! Sudah aku duga kalau instingnya wanita cantik itu memang tidak pernah salah ketika mendeteksi keberadaan pria hidung belang seperti itu!”“Benar juga! Wanita cantik memang peka sekali ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Pria hidung belang itu benar-benar tidak punya rasa malu sedikit pun. Seharusnya dia langsung pergi karena malu. Jika itu aku, sudah pasti lari saat ini juga!”“Betul sekali!”“Haruskah kita ikut membantu wanita cantik itu mengusir pria hidung belang yang wajahnya jelek sekali itu?”“Ada benarnya saran kamu ini! Ayo semuanya, mari bersama mengusirnya!”Berbagai macam obrolan yang menyindir Bara dan memuji aksinya wanita cantik kian menguat yang membuat Bara merasa semakin t
Bara menunggu dengan sabar dan merasa percaya diri bahwa dirinya tidak mungkin salah karena memang itu adalah kamarnya sendiri yang sudah ditinggalinya sejak apartemen ini pertama kali didirikan olehnya.“Hmph! Dasar wanita ceroboh! Lihatlah baik-baik, ini adalah kamarku! Kamu pasti tidak bisa membuka pintunya, kan? Ha-ha-ha! Cepat minta maaf sekarang!” tegas Bara tanpa ragu-ragu seolah-olah sudah bisa menebak hasil akhirnya.Semua orang yang mendengarnya merasa kalau wanita cantik tersebut pasti sedang salah kamar apalagi ketika Bara dengan percaya diri mengatakan tentang kepemilikan kamar tersebut sebagai miliknya.“Tampaknya, wanita itu memang salah kamar. Seharusnya dia segera minta maaf setelah ini!”“Benar juga! Harusnya ketika baru pertama kali datang itu harusnya perlahan-lahan mengamati sekeliling sejenak sebelum langsung asal-asalan menuduh orang lain!”“Wanita cantik memang terkadang sulit sekali kalau dinasehati apalagi diatur-atur oleh orang lain. Sungguh malang sekali pa
“Hmm? Ada apa ini?”“Tampaknya ada yang sedang berselisih di antara mereka!”“Oh…, apakah mereka satu keluarga?”“Kayaknya sih tidak! Saya yang pertama kali datang mendengar percakapan singkat di antara keduanya. Singkatnya, wanita tersebut menuduh si pria kekar itu sebagai preman. Alhasil, keduanya saling beradu mulut karena pria tersebut marah dituduh sebagai preman!”“Preman? Memang pantas kalau pria itu dituduh sebagai preman. Maksud saya, dia mempunyai tubuh kekar dan wajah jelek seperti itu. Bukankah semua orang akan berpikiran yang sama kalau berada di posisi wanita cantik itu?”“Bagaimana mungkin dengan alasan seperti itu bisa dibenarkan? Kalau salah tuduh, siapa yang akan tanggung jawab, kan?”Berbagai reaksi dari orang-orang sekitar membuat situasi yang sengit menjadi semakin ricuh dengan adanya berbagai macam obrolan di antara mereka yang membuat Bara merasa tak nyaman.“Hadeh! Tampaknya aku terlalu berlebihan. Sudahlah, aku pergi dari tempat ini dahulu saja. Kalau diterusk
“Jangan bohong kamu! Jelas sekali kalau kamu pastinya preman yang dikirim oleh mantan suamiku, kan?! Kalau Anda tidak pergi sekarang juga, saya akan berteriak sekeras mungkin!” tegas wanita cantik tersebut yang membuat Bara semakin bingung.“Preman? Utusan mantan suaminya? Omong kosong macam apa ini?!” batin Bara yang benar-benar tidak habis pikir kalau dirinya yang baru saja keluar dari kamarnya sendiri langsung dituduh dengan hal-hal yang tidak dimengerti olehnya sama sekali.Meski begitu, Bara tetap saja tenang sekali menyikapinya seolah-olah ini bukan perkara besar baginya. Lagi pula, tempat ini adalah apartemen miliknya sendiri.Bara paham betul dengan prosedur dan penanganan masalah seperti ini dan solusinya adalah berdiskusi dengan baik agar tidak ada lagi kesalahpahaman yang tidak diinginkan.Sayangnya, ketenangan Bara seakan meremehkan tekad dan ancaman dari wanita cantik di hadapannya itu yang sudah benar-benar merasa terancam dan tidak bisa berpikiran jernih.“Cepat pergi s
“Huuh! Tampaknya aku hanya bisa terus melangkah maju dan mulai membiasakan diri dengan semua kesuksesan yang telah kuraih hingga saat ini. Semuanya terasa begitu hebat dan di saat bersamaan terasa sangat menekanku. Entah apakah ini baik atau buruk untuk masa depanku nantinya?!”Bara kembali bergumam sambil terus melihat pemandangan di luar jendela kamarnya dari ketinggian yang cukup membuat manusia di bawahnya mendongak tak berdaya.“Kesombongan dalam diriku tak kunjung muncul bahkan setelah mencapai semua ini. Mungkinkah aku memang ditakdirkan menjadi pemeran protagonis yang baik hatinya? He-he-he!” gumam Bara dengan aneh memuji dirinya sendiri beberapa kali.Kebiasaan ini tidak datang sekali atau dua kali saja. Bara hampir rutin melakukan semuanya sendiri di setiap harinya selama lebih dari lima tahun ini.Entah apa alasan utamanya Bara melakukan itu. Namun, kemungkinan besar karena Bara benar-benar ingin mengalihkan kebenciannya terhadap keluarga Harko menjadi lebih positif.Setida
Semua itu terjadi begitu cepat bahkan tidak sempat bagi semua korban Panti Asuhan Daniar yang bisa melihatnya secara langsung sebab luka-luka mereka yang masih parah.Untungnya, kasus tersebut segera viral di media sosial yang mengundang berbagai rasa simpati. Tentu saja semua itu karena Bara mempostingnya di media sosialnya yang memang aktif di sana sebagai konten kreator.Terlepas apakah orang-orang di media sosial benar-benar bersimpati atau tidaknya, bantuan keuangan yang diberikan benar-benar menjadi solusi instan bagi semua orang Panti Asuhan Daniar.Belum lagi viralnya kasus ini juga membebani keluarga Harko yang menjadi dalang utamanya. Mereka dipaksa untuk membayar sejumlah uang ganti rugi yang tentu saja tidak kecil nominalnya.Sebuah karma yang memang sudah ditakdirkan pantas mengenai kepada mereka yang berbuat jahat kepada yang lainnya tanpa ada rasa malu atau penyesalan sedikit pun.Bara cukup lega dengan segala bantuan finansial tersebut yang menurutnya benar-benar sanga
“Benar sekali! Walau kendaraan motorku terlihat baik-baik saja dari luarnya, tapi kerusakan yang nyata terjadi di dalamnya! Mungkinkah hal yang sama juga terjadi di dalam keluarga Harko saat ini?!” gumam Bara tiba-tiba mengoceh tidak jelas.Pikirannya yang liar mulai menebak-nebak kemungkinan lainnya. Kemungkinan yang tidak mungkin muncul begitu saja tanpa adanya persiapan sama sekali.“Jika semuanya sesuai rencana, keluarga utama pasti sudah mendapatkan apa yang mereka mau dan langsung membuang Alya ketika waktunya tiba. Ada hal lainnya yang tidak aku ketahui saat ini, tapi hanya memikirkan kemungkinan ini saja sudah beberapa kali masuk akal dibandingkan tidak sama sekali!” gumam Bara begitu bersemangat.Tidak pernah Bara merasakan sensasi bersemangat seperti ini. Sensasi yang menurut Bara beberapa kali lebih terasa kuat dibandingkan dengan ketika dia menikah untuk pertama kalinya.Perasaan yang dirasakan benar-benar seperti aliran air segar yang begitu deras mengalir di dalam otakny