Amanda sudah sama sekali tidak tenang begitu mendekati tanggal satu, dia tidak bisa duduk atau berdiri dengan jenak lagi. Ujung jari telunjuknya yang bercat kuku merah cantik terlihat mengetuk-ngetuk gelisah pada tepian gelas koktail kristal yang sudah hampir dua jam baru dia minum setengahnya. Amanda sedang berkumpul bersama keluarga besar Ardi, hari ini ibu mertuanya sedang berulang tahun. Semua saudara Aldi dan iparnya juga sedang berkumpul bahkan yang tinggal dari luar negeri juga datang.
Ini adalah kali pertama Amanda dan Ardi berkumpul dengan keluarga besar setelah masalah pelik mereka dan Ardi yang kehilangan satu ruas jari kelingkingnya. Tentu hal tersebut juga tidak luput menjadi pertanyaan di tengah saudara-saudaranya. Ardi berbohong jika Jarinya terkena gerinda. Meski terdengar agak janggal karena Ardi bukan tipe orang yang akan berurusan dengan alat pertukangan tapi mereka semua pilih percaya saja walaupun setelah itu tatapan mereka jadi aneh. Amanda merasa sanga
TUK JANGN LUPA VOTE UNTUK MENDUKUNG CERITA INI
Tanggal satu akhirnya tetap tiba, Amanda kembali datang menemui Dom. Kali ini Amanda langsung dipersilahkan masuk tanpa diantar pengawal. Ketika Amanda tiba Dom terlihat sedang bicara dengan dua orang anak buahnya dan langsung dia perintah untuk pergi begitu melihat Amanda yang sudah berdiri di ambang pintu. Amanda sempat berpapasan dengan dua orang pria bertubuh tinggi besar itu ketika mereka keluar. Diam-diam Amanda mulai menghapal masing-masing wajah yang dia temui di rumah tersebut. Amanda tidak mau kecolongan dan tidak akan tinggal diam jika ada salah satu dari mereka yang berani berkeliaran di sekitar putrinya. "Senang melihatmu datang tepat waktu," sambut Dom dengan seringai kesombongannya yang tidak terbaca. Entah dia benar-benar senang atau untuk sekedar mengejek. Amanda tetap berjalan mendekati pria tinggi besar itu tanpa rasa gentar meski wajarnya dia takut karena tatapannya sama sekali tidak ramah. "Jika ini hutang aku ingin ada perhitungannya!" t
Dom benar-benar mengirim makana ke kamarnya meski pria itu sudah tidak kembali. Amanda cuma memandangi makanan di hadapannya dengan pikiran yang sebenarnya sedang tidak berani dia jabarkan. 'Satu tahun' pikir Amanda, satu tahun dirinya akan menjalani ini demi putri, sumi, dan keluarga kecilnya. Amanda tidak yakin apa dirinya akan sanggup sementara mengingat perbuatan mereka seperti tadi saja rasanya Amanda tidak sanggup untuk menatap Ardi lagi. Dom memang terkutuk, tapi Amanda juga mulai berpikir jika ini menjadi pilihannya maka dia harus segera bisa berdamai dengan kondisi ini dan mencari celah karena dia tidak mau kalah dan sia-sia. Amanda telah menyetujui kesepakatannya, sesuatu yang telah di putuskan hanya tinggal dijalani. Ponsel Amanda tiba-tiba berbunyi dan muncul pesan dari Ardi. [Apa kau sudah menjemput sisi?]
Ketika kembali meminum pil KB-nya pagi ini Amanda masih sama sekali tidak curiga jika Ardi sudah mengetahuinya. Ardi juga pergi ke kantor seperti biasa tidak menanyakan apa-apa. Amanda mengantar sampai ke pintu dan memberi ciumannya sebentar. Amanda juga harus segera mengantarkan Sisi ke sekolah, mulai sekarang dia harus lebih ekstra menjada putrinya. Begitu sampai di halaman parkir sekolah, Amanda terus meperhatikan orang-orang di sekitarnya. Amanda sudah menghapal semua wajah anak buah Dom dan yakin akan segera mengenalinya jika melihat mereka di manapun. Amanda sangat waspada dan tidak lupa berpesan pada guru di sekolah putrinya agar tidak mengijinkan siapapun menjemput atau menemui Sisi. Amanda memang jadi semakin paranoid tapi sebenarnya dia hanya seorang ibu, dan ibu manapun pasti juga akan bertindak sepertinya jika tahu putrinya sedang ikut dalam bahaya.
Sepulang dari mengantar Sisi di acara ulang tahun sepupunya, Amanda sekalian mampir di apotek untuk membeli pil dan alat kontrasepsi pria. Entah bagaimana caranya Amanda ingin memaksa Dom untuk memakainya. Walaupun bukan mau Amanda tapi nyatanya dia tetap merasa seperti seorang istri yang sedang menyembunyikan perselingkuhan. Akhir pekan artinya tinggal tiga hari lagi dan Amanda masih kesal kenapa Dom bisa seenaknya. Begitu sampai di rumah ternyata Ardi juga sudah pulang. "Bagaimana pestanya?" sambut Ardi sambil merentangkan lengang untuk membiarkan putri mereka melompat naik ke gendongannya. "Aku juga mau ulang tahun?" rengek Sisi. "Itu masih enam bulan lagi." "Apa itu lama?"
'Ketika menatap mata Dom sepertinya Amanda mengetahui sesuatu, sesuatu yang akan dia simpan sendiri setelah ini!' Amanda mengikuti perintah Dom dengan patuh ketika pria itu mengajaknya pindah ke kamar, tapi bukan berarti Anda tidak memperhatikan. Amanda mulai memperhatikan semuanya, tidak boleh lengah. Amanda sama sekali tidak bodoh, dan sebenarnya dia mengenal lelaki itu lebih dekat dari pada urat di nadinya. Amanda mendengar suara deras dari air shower di kamar Dom, pria itu mandi sendiri karena Amanda menolak diajak mandi setelah kembali disetubuhi. Amanda lelah dan butuh waktu sejenak sebelum kembali berpakaian. Sampai di sini Amanda juga semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan. Dom tidak akan bisa menipunya lagi, Amanda hanya perlu mencari celah karena tahu dia tidak akan menang jika langsung menyerangnya dari depan, Dom tidak
Ardi mengembalikan kotak kecil itu ke dalam tas Amanda tapi Ardi masih tetap belum bisa berhenti memikirkan benda itu sampai mereka makan malam. Ardi mengajak Amanda makan malam di restoran yang dipilih Amanda. Amanda juga sengaja pergi dengan memakai gaun seolah mereka benar-benar sedang pergi kencan berdua. Walaupun Amanda terlihat sangat cantik dan menyenangkan tapi pikiran Ardi malah jadi semakin risau karena tahu istrinya semakin pandai menyembunyikan rahasia darinya. Ardi kemudian bertanya mengenai acara amal. "Bagaimana dengan acara amalnya?" "Sepertinya akan diundur sampai bulan depan." "Jadi tidak jadi pertengahan bulan ini?" "Kami berencana membuat acara yang lebih besar di sebuah hotel. Tapi kami harus mencari sponsor,
Meski masih masuk dalam takaran kebohongan tapi paling tidak kadarnya sudah berkurang setengahnya setelah Amanda tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi mengkonsumsi pil KB-nya. Hubungan Amanda dan Ardi juga semakin membaik. Amanda memiliki harapan jika pinjaman Ardi disetujui dia tidak perlu lagi melayani keinginan DOM, dia tidak perlu mengkhianati suaminya. Amanda rela menjalani kondisi yang tidak nyaman ini bukan karena takut miskin tapi karena memang sudah bersangkutan dengan nyawa orang-orang yang dia cintai. Semua orang akan memiliki insting untuk mempertahankan diri dengan cara apapun jika terancam. Setelah tidak memiliki kecurigaan terhadap Amanda Ardi juga semakin tenang dan bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan baik. Ardi tinggal menunggu kabar persetujuan atas pinjamannya. Hanya itu cara yang dia punya untuk menyelamatkan keluarga kecilnya bersama Amanda.
"Sungguh Dom, semua omong kosong ini berakhir jika sampai Ardi tahu aku bersamamu!" desis Amanda sambil menjentikkan jari telunjuknya yang kaku. Dom sama sekali tidak perduli dia tetap menyetir tanpa menoleh Amanda. Amanda sama sekali tidak bisa berpikir karena masih terlalu kalut. Kali ini dirinya mungkin masih bisa lolos tapi bagaimana dengan lain kali, tadi itu sudah nyaris saja membuatnya mati. Dom baru menghentikan mobilnya di sebuah plataran kosong yang sepi dan jauh dari mana-mana. Amanda langsung melihat ke sekeliling, nampak seperti bekas pelabuhan yang terbengkalai. Pagar kawat yang sudah terseok miring dan sebagian Ambruk mencuat, tong-tong berkarat yang dibiarkan tergeletak dimakan cuaca. Sinar mata hari masih sangat terik meskipun sudah lewat tengah hari, Amanda mendengar suara camar dan melihat lantai beton di depa
"Jadi kau tidak menikahi Silvie?" Amanda tetap ingin memastikan."Sebenarnya papa yang ingin menjadikan Moly cucunya dengan legal, agar Molly mendapatkan hak Flin dalam perwalianku bukan Silvie."Tentu Dom juga tidak mau Moly berada dalam perwalian Silvie dengan semua yang akan diwariskan keluarga Dexter padanya."Amir yang mengatur semuanya, dia juga yang memalsukan tandatangan Flin.""Aku seperti mengalami mimpi buruk yang panjang karena memikirkannya." Amanda merasa sangat bodoh akibat selalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu. "Ketika Silvie mengatakan pernah kau nikahi, sungguh aku tidak rela berbagi suamiku dengan siapapun." Amanda mengakui kelabilannya dengan terus terang. "Mungkin aku memang manusia paling egois, karena tidak pernah membayangkan seperti apa perasaanmu ketika aku bersama Ardi.""Aku sudah memaafkan semuanya." Dom tidak mau mengungkit masa lalu lagi."Sungguh aku sangat egois." Amanda tetap merasa bersalah."Sudah kukatakan berulang kali, jangan pikirkan
Setelah bencana kecelakaan yang mengerikan, Amanda mengalami pendarahan hebat sampai kehilangan calon bayinya. Kondisi Amanda sangat kritis hingga sempat dinyatakan meninggal karena jantungnya sudah berhenti berdetak.Sisi menjerit histeris, Ardi ikut menangis sambil memeluk putrinya yang harus tetap ia kuatkan meski dia sendiri sedang hancur. Ardi lebih tidak sanggup ketika harus menyaksikan Dom. Dom sudah seperti orang gila, dia ikut naik ke atas ranjang untuk memeluk tubuh Amanda yang telah lemas tidak bernapas dan terus berbisik di telinganya seolah wanita itu masih hidup.Dom memeluk Amanda ke dalam dadanya yang hangat dan terus memeluknya erat-erat sampai tidak ada yang berani mendekat, karena dia akan sangat marah."Tolong baringkan istri Anda Tuan ..." bujuk dokter yang menangani Amanda agar Dom merelakan istrinya."Dia milikku!" tegas Dom."Istri Anda sudah tidak bernapas, baringkan pelan-pelan dan biarkan dia beristirahat dengan tenang.""Tidak ada yang boleh mengambilnya!
Dom masih berpegangan pada tiang jembatan dengan satu lengan, membuatnya nampak seperti bergelayut hendak terjun ke sungai. Dom merasakan terpaan angin dari rumpun bambu di tepi sungai. Rasanya masih sama persis, seolah memang baru kemarin dirinya dan Amanda berenang di sana. Bertindak ceroboh dengan sangat tidak bertanggung jawab. Sejak dulu Dom memang tidak pernah berpikir jika akan ada gadis seperti Amanda yang akan menyukainya. Amanda masih sangat muda ketika mengaku jatuh cinta padanya, tapi dia bisa memegang komitmen tersebut dan tidak pernah keberatan untuk ikut diajak hidup susah. Amanda juga telah memberi Dom anak-anak yang luar biasa. Sisi, Flin, dan Evan adalah napas Dom untuk tetap hidup."Apa yang kau rasakan sekarang Sayang?" tanya Dom dalam gumamannya sendiri sebagai suami yang sedang rindu.Dom sudah begitu rindu melihat kembali senyum Amanda yang sangat sembrono tapi juga selalu berhasil membuatnya bahagia. Bagi Dom, Amanda tetap akan menjadi gadis muda ceroboh, suk
Amanda berkendara di jam menjelang istirahat siang, sebenarnya arus lalulintas belum terlalu padat ketika sebuah mobil box berukuran besar menghantamnya dari belakang hingga suaranya seperti ledakan.Mobil Amanda terpelanting beberapa meter dan terguling seperti bola di atas aspal sampai ringsek membentur tiang listrik di tepi trotoar. Arus lalu lintas seketika ikut macet, kecelakan tersebut menciptakan kehebohan karena mesin mobil Amanda mulai terbakar. Dua orang pengemudi ojek online berusaha menarik tubuh Amanda yang terjepit dashboard, posisinya agak sulit. Untung mereka berhasil mengeluarkan tubuh Amanda sebelum mobil mewah tersebut meledak terbakar. Amanda mengalami pendarahan hebat dan langsun di larikan ke rumah sakit.Dom yang datang paling dulu, kemudian Sisi menyusul bersama Ardi. Mereka baru mendapat kabar setelah hampir satu jam kemudian."Papa ..." Sisi langsung berlari menghampiri Dom dan menangis.Dom memeluk erat putrinya yang gemetar."Buda sudah ditangani, berdoa da
Jika selama ini Amanda cuma ingin kembali bisa hidup dengan normal, sepertinya dia sudah mendapatkannya. Amanda memiliki suami yang sangat mencintainya, anak-anak yang sehat serta menyenangkan, kehidupan yang sejahtera dan lingkungan pergaulan. Amanda sudah kembali aktif bersosialisasi dengan rekan-rekannya, sekarang dia juga mendapat dua teman baru dari Monica, yaitu Elice dan Nabila. Mereka berempat sepertinya bakal menjadi sahabat yang sangat cocok. Monica yang paling lantang layaknya ketua geng, Elice yang selalu berpandangan luas, Nabila yang sangat baik hati, dan tentunya Amanda yang masih sering labil serta butuh nasehat dari sahabat yang tepat. Kebetulan kali ini mereka sedang berkumpul di salon milik Monica. "Maaf kemarin acaranya agak kacau." Amanda merasa tidak enak karena kedatangan Silvie yang menyabotase pembukaan yayasan sosialnya dan mengaku ke semua rekan-rekan Amanda sebagai istri sah dari Flin Dexter. "Siapa sebenarnya wanita tidak tahu malu itu?" Monica baru s
Tubuh manusia sejatinya sudah diciptakan dengan sangat sempurna dan telah disertai dengan sistem kekebalan tubuh alami. Tubuh bukan sekedar mampu melawan virus yang masuk sebagai benda asing dengan antibodi, tapi tubuh manusia juga memiliki kemampuan untuk memperbaiki kembali sel yang rusak secara alami. Semua fungsi yang dikendalikan oleh sistem otak sangat canggih, semua bekerja atas perintah otak. Misalnya ketika otak mendeteksi keberadaan virus masuk ke dalam tubuh maka dia akan meningkatkan suhu tubuh untuk membunuh virus, itulah kenapa saat sakit tubuh bisa menjadi demam yang sebenarnya merupakan upaya tubuh untuk melawan virus. Kurang lebih seperti itu pula yang terjadi pada Dom, tubuhnya menjadi panas ketika melakukan perlawanan.Rekayasa genetika buatan sebenarnya cuma merupakan bentuk pengembangan dari kemampuan dasar manusia. Para ilmuwan telah mengambil bagian dari sampel terbaik agar mendapatkan kualitas super dari persilangan genetika yang mereka inginkan. Mereka mengem
Amanda terus memperhatikan suaminya yang sedang berbaring tenang menutup mata dengan napas teratur dan wajah tanpa dosa. Dom memiliki tulang hidung tinggi, alis tebal, dan bibir berisi yang terkatup rapat meski sedang tertidur lelap. Amanda tetap belum bisa melupakan semua perkatan Silvie kemarin. Walaupun Dom menandatangani surat pernikahan Silvie atas nama Flin Dexter, tapi faktanya tetap tangan Dom yang melakukannya dan memutuskan.Rasanya Amanda tetap tidak rela mengetahui Silvie juga merasa berhak memiliki suaminya. Amada bisa berbagi dengan anak-anak, dia juga sangat mencintai Moly sama halnya dengan Dom yang pastinya juga ingin bisa memiliki gadis itu sebagai putrinya dengan legal, tapi Amanda tidak rela jika harus berbagi suami dengan Silvie.Yang membuat Amanda semakin tidak tenang adalah ketidak jujuran Dom mengenai pernikahanya dengan Silvie. Meski sekarang Dom tidak mengingat apa-apa mengenai Silvie dan tidak bisa Amanda tanya mengenai pernikahan tersebut, tapi kenapa seja
Amanda tahu semua rekan-rekannya mulai bergosip tidak sedap sejak kehadiran Silvie yang mengaku sebagai istri Flin Dexter. Karena selama ini yang mereka dengar Amanda juga sudah dinikahi oleh Flin Dexter, triliuner yang juga akan membiayai yayasan milik Amanda."Jadi sebenarnya Amanda yang merebut suami orang atau justru dia yang mulai diselingkuhi oleh suaminya dengan istri muda?" bisik salah seorang teman arisan Amanda pada yang lainnya."Entahlah, menurutku dia tidak kalah cantik dari Amanda."Silvie memang sangat cantik dan seksi, dia juga tidak kalah percaya diri dari Amanda. Persaingan yang sepertinya juga akan sengit karena Amanda jelas bukan tipe yang akan tinggal diam jika suaminya diusik hama pengganggu."Lihat saja mereka juga kelihatan tidak akur, pasti karena Amanda memang merebut suaminya dan sekarang dia datang ke mari untuk mempermalukan Amanda!"Walaupun Amanda senang tinggal di negara kelahirannya, tapi terpaan gosip tetap jadi wabah yang sulit untuk dihindari, apa la
Dom benar-benar mandi di bawah derasnya guyuran air shower masih dengan pakain lengkap."Apa aku mengganggu tidurmu?" Dom terhenti untuk menatap Amanda yang sudah berdiri di ambang pintu bilik shower."Kau mandi di tengah malam!" Amanda masih heran hingga sulit berkata-kata."Aku hanya gerah dan ingin mandi."Padahal kamar mereka sudah memakai pendingin ruangan dan sama sekali tidak panas. Pikir Amanda mustahil jika Dom sampai kegerahan."Aku mencemaskanmu." Amanda serius dengan kecemasanya setelah berbagai kejanggalan yang terjadi pada suaminya."Tidurlah lagi aku akan menyusul."Amanda malah mendekat dan terkejut ketika meraba lengan serta dada suaminya. "Kau deman!" "Aku tidak apa-apa hanya panas," jawab Dom masih tidak terlalu menghiraukan keanehan yang terjadi pada dirinya."Apa kau juga masih belum ingat apa-apa?" Amanda cuma ingin kembali memastikan dan lelaki itu menggeleng.Ada perasaan yang ikut melembut di dada Amanda ketika menatap suaminya. Dia adalah Evan yang pernah sa