"Kamu gak kerja?" tanya Ria setelah beberapa waktu menyadari bahwa Tian tidak beranjak sedikitpun dari ruangannya.
"Seharusnya kerja. Tapi aku gak bisa meninggalkan kamu sendirian sementara tidak ada keluargamu yang berkunjung dari kemarin." Penjelasan Tian membuat Ria mendengus.
"Mereka memang seperti itu. Membuang aku ke rumah sakit dan rela mengeluarkan uang puluhan bahkan ratusan juta untuk menyerahkan kepengurusan aku dengan pihak rumah sakit," jawab Ria dengan diakhiri tawa yang miris.
"Gapapa Yan kalau kamu mau kerja. Aku ada Nia dan suster jaga lainnya yang standby di sini," ujar Ria mempersilakan Tian untuk pergi bekerja. Ria tahu bahwa jadwal GMC tidak mungkin kosong dalam jangka waktu satu minggu lebih kecuali memang mereka sedang off.
"Sebenarnya Ri, kalau aku pergi dari rumah sakit aku gak bisa kembali mengunjungi kamu." Tian mengungkapkan alasan sesungguhnya ia tidak beranjak sedikitpun dari ruangan ini.
Hartanto duduk termenung di ruang kerjanya. Ia sedang mencerna situasi yang sedang dihadapinya saat ini. Kedatangan Ria barusan tentu saja mengejutkan, terlebih penyerangan yang dilakukan dengan kedua tangan Ria sendiri terhadap putranya.Iya, Hariadi adalah putra Hartanto yang kelima. Alasan Hartanto hadir saat rapat di green house karena anaknya sendiri yang mengundang dan memintanya hadir agar meramaikan proyek tersebut. Pertemuan yang ternyata awal dari segala permasalahan yang menimpa keluarga Hariadi terutama.Hartanto kala itu tidak tahu jika putranya memperpanjang urusan dengan Ria di ruang kerjanya. Ia baru mengetahui belakangan ini dari anak buahnya yang mencari awal mula permasalahan yang dihadapi Hariadi. Ia mau tidak mau turun tangan membantu anaknya menyelesaikan masalah tersebut karena Hariadi yang nampak sangat menderita.Sayangnya anaknya yang bodoh ini dan merasa bahwa kekuatannya sangatlah besar, memilih lawan yang salah. Har
"Saya gak suka pegang uang cash, kalian harus selalu menyediakan uang tersebut dalam nominal yang cukup besar untuk melakukan transaksi yang tidak dapat menggunakan debit," jelas Ria pada para pengawal baru di depannya yang diketuai Fikri.Setelah dua hari Ria menghilang dari peradaban, ia kembali pada rutinitasnya. Banyak yang harus diselesaikan di pusat. Ria bahkan tidak melakukan check out dari rumah sakit, dapat dipastikan Nia sangat marah mengetahui hal tersebut.Setelah insiden penyerangan pada Hariadi di kediaman Hartanto, Ria memang sempat bermalam di rumah Hartanto karena ia sangat lelah secara jiwa dan raga. Ia tertidur di kamar tamu sampai larut malam dan memutuskan untuk melanjutkan tidur panjangnya sampai keesokan pagi.Paginya ia memilih kembali ke Rajawali dan merombak suasana apartemennya. Sempat terbesit ingin membeli unit baru di tempat lain tapi ia masih belum menemukan fasilitas selengkap Rajawali. Setiap sudut di apartemenn
"Hallo, lo sibuk gak?" tanya Ria pada seseorang di ujung sana. "Open table yuk. Di Afterhour PIK," ajak Ria tanpa basa-basi. "Ok, see you." Mematikan sambungan telepon dan mengangkat kedua tangannya ke atas. Melakukan sedikit peregangan akibat bekerja non stop dari pagi hingga pukul 11 malam. Ria berhasil menyelesaikan semua pekerjaannya yang terbengkalai selama dua minggu. Tidak begitu terbengkalai sebenarnya karena Dika dan Wira mengambil alih sementara waktu. Selama menyelesaikan pekerjaannya, Ria tidak berbicara sedikitpun. Mau bicara dengan siapa? Fikri sudah ia usir dari ruangannya karena tidak bermanfaat. Iya, Ria kesal dan marah pada lelaki tersebut yang hanya diam saja memperhatikan Ria kerja. Mengajaknya berbicara pun tidak, apalagi menyediakan makanan untuknya. Fikri bahkan tidak mengingatkan terkait waktu kerja Ria yang sudah berlebihan. Benar-benar tidak berfungsi. Ria turun ke basement dengan casing
Tok. Tok. Tok."Non, bangun. Gak kerja kah?" tanya Bi Inah dari luar kamar.Tidak ada tanggapan karena sang empunya kamar masih asik terlelap. Sekali lagi Bi Inah mencoba mengetuk pintu kamar sang nona. "Non, kerja gak? Sudah siang loh."Ria yang merasa terusik dan mendengar pertanyaan Bi Inah lantas menjawab, "Enggak! Aku ngantuk banget, Bi. Biarin aku tidur lagi.""Baik, Non."Ria dan Jimmy menghabiskan waktunya dengan maksimal semalam di Afterhour. Setelah kejadian Rafasya yang sempat menghentikan perbincangan, mereka melanjutkannya lagi seolah hal itu tidak pernah terjadi.Obrolan mereka seru dan asik, sampai mereka lupa waktu dan sudah menghabiskan sepuluh botol minuman keras. Mereka mabuk, tapi yang tidak sampai teler. Obrolan memang terasa lebih asik ketika di bawah pengaruh alkohol. Ria baru menemukan klik bersama Jimmy mulai malam itu. Jimmy teman berbincang yang asik, mereka tidak pernah kehabisa
Dua orang berbeda generasi duduk berhadapan tanpa mengeluarkan sedikitpun suara sedari beberapa menit yang lalu. Mereka saling bertatapan seolah kata dapat terucap dari pandangan tersebut.Wira menghela napas jengah melihat kekeraskepalaan cucunya yang tidak juga membuka suara. "Kamu mau berbicara apa?" Ia mengalah dan membuka percakapan di antara mereka.Ria tidak langsung menjawab. Ia masih memandang orang tua tersebut dengan tatapan tajam. Jika dari tatapan saja bisa mencabik seseorang, maka Ria dapat melakukannya."Obati dulu lukamu," pinta Wira dengan pelan. Ia tidak kuasa jika memerintah seperti biasanya pada gadis di hadapannya."Ria, anaknya Antara, cucunya Wira." Wira menghentikan perkataannya seolah teringat sesuatu. "Eh cucunya Hartanto deh," lanjut Wira dengan jenaka. Ia teringat di rumah Hartanto tadi ketika cucunya mengatakan sederet kalimat yang membuatnya kesal. Dia yang berjuang mati-matian membuat hidup Ria aman s
"Kenapa Kakek melakukan itu?" Wira menghembuskan napas dengan keras. "Bukan saya yang membunuhnya," ungkap Wira melakukan pembelaan. "Bohong!" sentak Ria tidak mempercayai perkataan orang tua di hadapannya. "Terakhir kali kamu menyangkal pengakuan jujur dari seseorang, sesaat kemudian orang tersebut meninggal tepat di hadapan kamu." Ingatkan Ria bahwa yang dihadapinya saat ini Wira, orang yang tahu segalanya apa yang dialami Ria. Jelas perkataan Wira barusan merujuk pada kejadian berpulangnya Anton di ruang tahanan sana dan pada saat kejadian Wira tidak berada di tempat yang sama dengan Ria. "Kakek yang memperkeruh keadaan ini semua," tuduh Ria dan tidak disangkal oleh Wira. "Kalau saja Kakek gak ikut campur dan membiarkan aku menyelesaikan semuanya secara damai, aku yakin gak akan makan korban sebanyak ini!" lanjut Ria dengan intonasi yang mulai meninggi. "Bagaimana caranya saya bisa d
Ria duduk termenung memandangi rumput di hadapannya. Ia masih terbayang raut terkejut diiringi kecewa tatkala mengatakan kalimat terakhirnya di hadapan Wira. Ria tidak berniat menyakiti, sungguh. Ia hanya, apa? Tidak tahu. Ria menutup wajahnya dengan kedua tangan. Perasaan bersalahnya kian membuncah ketika mengingat ekspresi Wira terakhir kali.Fikri menginterupsi lamunan Ria dengan mengatakan, "Ayo ke rumah sakit. Sudah saya buatkan janji temu dengan dokter spesialis kulit."Ria melihat kedua tangannya yang selalu diperban. Belum benar-benar pulih dari luka sebelumnya, sudah mendapat luka yang baru lagi. Tidak pernah sembuh. Entah sampai kapan harus menanggung luka tersebut.Ria menuju rumah sakit ditemani keheningan. Tidak ada yang berani mengajak Ria berbincang. Mereka seolah tahu bahwa nonanya sedang tidak baik-baik saja.Sesuai instruksi dari Fikri, Ria memasuki ruang praktik spesialis penyakit kulit yang tidak begitu ramai. M
"Antara, pulang!""Gak bisa, Pa. Reno belum membaik dan aku belum bisa meninggalkan perusahaan," ungkap Antara dengan putus asa. Ia juga sudah ingin sekali kembali ke tanah air."Anak kamu-" Belum sempat Wira menyelesaikan perkataannya, terdengar suara seseorang dengan keras."Pasien henti napas lagi." Jantung Antara seolah tertiban godam. Berbagai spekulasi memenuhi pikirannya saat ini."Pa, itu siapa?" tanya Antara memastikan bahwa pasien tersebut bukan anaknya."Anak kamu. Pulanglah Antara. Ria kesakitan menahan semuanya. Ia seperti menunggu sesuatu. Datanglah untuk terakhir kalinya. Lepas kepergiannya dengan damai," kata Wira seolah kondisi anaknya benar-benar tinggal menunggu ajal."Jangan lagi kehilangan orang terkasih hanya karena mengejar harta. Saya tidak tahu Ria dapat bertahan sampai kapan." Antara kalut. Putrinya yang tidak pernah terdengar kabar buruk apapun, dalam kondisi kritis. Yang benar s
Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.
Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan
Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa
“Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p
“Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas
“Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika
"Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi
"Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya
“Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo