Emma kembali menenggak minumannya, hingar bingar Club menjadi tempat menumpahkan kekesalannya pada Douglas.
Dia merasa kecewa dan juga merasa bodoh. Dasar pria bodoh, bajingan arogan mata keranjang. Makinya terus menerus. Emma mencoba berbaur dengan orang-orang di lantai dansa, menari bersama beberapa pria.
“Sweetheart, kau disini?” sapa seseorang menepuk bahunya ketika Emma sedang asik menari dengan seorang pria.
Emma membalikan tubuhnya dan menjerit senang. “Dorian..! Ya Tuhan, kau tampan sekali” kata Emma terkekeh memeluk tubuh Dorian. “kau kemana saja?”
Dorian mengendus Emma dan mengernyitkan hidungnya. “Kau mabuk sweetheart, biar ku antar pulang.”
“Aku tidak mabuk Dorian, aku tidak mau pulang! Aku masih mau disini!” rengek Emma kembali duduk dan memesan minuman lagi.
“Kau harus pulang Em, ini sudah larut malam” Dorian berkata.
“Kau tak ingin membuat Bla
Emma terbangun dan mengerang saat dia merasakan rasa linu di sekujur tubuhnya. Dia membuka kelopak matanya dan mendapati tempat disebelahnya telah kosong. Emma melihat secarik kertas tergeletak diatas bantal, dia membuka dan membaca surat itu.‘Selamat pagi baby girl, maaf aku terburu-buru pergi, tanpa membangunkanmu karena kupikir kau pasti sangat lelah karena permainan kita semalam. Apakah kau menyukainya? Itu hanya permulaannya saja.Jika kau masih menginginkannya, aku menunggumu malam ini di salah satu rumahku untuk membicarakan peraturan-peraturannya.Kau tahu kemana harus menghubungiku baby girl.Emma membaca sebuah alamat yang tertera di surat itu, rumah yang dimaksud pria itu berada di kawasan pinggir kota.+Emma kembali berbaring, dia tak tahu harus bagaimana, tadi malam benar-benar di luar bayangan Emma selama ini.Bagaimana Douglas sangat menikmati perannya sebagai seorang dominan, memperlakukannya seperti sebuah mainan. Tapi
Douglas membanting pena yang di pegangnya, dia sudah tidak bisa berpura-pura tak peduli lagi. Ini sudah hari ke empat, Douglas merasa sangat gelisah. Dia mengusap wajahnya, dia Sangat lelah. Gadis itu benar-benar sudah menyita pikirannya.“Maaf Sir, ada seorang wanita ingin bertemu anda” suara sekretarisnya menyadarkan DouglasSiapa, batinnya penasaran. Rasanya dia tak mengundang siapapun siang ini. “Suruh dia masuk” kata Douglas akhirnya.Sepasang lengan melingkar dileher Douglas saat Douglas menatap keluar jendela, hanyut dalam lamunannya lagi. Douglas membalikan kursi nya dan terkejut melihat siapa tamunya.“Caitlyn..” seru Douglas.“Halo Douglas” sapa Caitlyn mengecup bibir Douglas.“Apa yang kau lakukan disini.. mengapa kau ada disini.. dimana Richard?” berondong DouglasCaitlyn hanya tersenyum menanggapi serentetan pertanyaan Douglas, dia duduk diatas pangkuan Douglas.
Douglas menegang melihat apa yang dilakukan Emma. Pikirannya berkecamuk. Gairah begitu kuat menguasainya tapi akal sehatnya mengingatkannya bagaimana saat terakhir mereka bercinta Emma lari ketakutan.Dan sekarang gadis ini datang mengisyaratkan padanya bahwa dirinya siap untuk semua permainan ini.Emma duduk dibawah kaki Douglas dengan masih menggigit cambuk, menanti perintah Douglas tapi pria itu hanya menatapnya dalam diam. Dia menanti dengan sangat gelisahDouglas mengambil cambuk dari mulut Emma dan menyuruh gadis itu agar berdiri.“Kau menginginkannya?” tanya Douglas.“Ya daddy” jawab Emma.Douglas kembali terdiam untuk beberapa saat. Dia tampak berpikir keras. Dia tak ingin membuat kesalahan yang bisa membuat Emma kembali lari tunggang langgang meninggalkannya lagi. Tapi dia juga tak mampu menyangkal gairahnya. Dia menginginkan Emma.“Kau tahu apa kesalahanmu baby girl?” tanya Douglas tiba-tiba
“Selamat pagi” sapa Emma saat melihat Agatha sedang menyiapkan sarapan.“Halo sayang. Duduklah. Aku akan menyiapkan sarapan untukmu” Kata Agatha tersenyum.“Dimana Douglas?” tanya Emma melahap sarapannya, ini masih pagi tapi pria itu sudah tak ada di sampingnya saat dia bangun tadi.“Mungkin dia berada di ruang kerjanya, sayang” jawab Agatha“Aku akan menemui Douglas” kata Emma beranjak bangun setelah menghabiskan sarapannya.Setelah mereka menghabiskan malam bersama tempo hari, hubungan keduanya sedikit membaik. Emma kembali ke penthouse Douglas, dan dia selalu menghabiskan malam bersama Douglas.Dan mereka tak menutupi hubungan mereka didepan Agatha. Semua berjalan apa adanya. Tetapi ada sesuatu yang membuat Emma resah, mereka selalu bercinta tanpa menggunakan pengaman. Emma sangat mencemaskan hal itu. Dia akan membicarakan hal ini dengan Douglas.Tanpa mengetuk Emma membuk
Douglas terus menerus memaki Irina. Akibat ulah wanita itu, beberapa hari ini semua koran dan tabloid membicarakan tentang kebersamaan mereka beberapa waktu lalu.Yang sebenarnya terjadi adalah Irina menghampirinya saat dia makan malam bersama kliennya di restaurant itu, lalu saat pulang Irina memintanya untuk mengantar wanita itu ke hotel tempat dia menginap, karena merasa tak enak badan.Tapi Douglas tak mengira bahwa di luar restaurant itu sudah menanti banyak wartawan. Ulah siapa lagi jika bukan ulah Irina yang haus publikasi.Dan soal ciuman itu, Douglas tak menyangkanya sama sekali. Semua begitu tiba-tiba. Dan selama beberapa hari ini hal itu membuatnya meradang. Dia merasa sudah dijebak.“Irina mencarimu” kata Agatha tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerjanya.Douglas tahu Agatha sangat membenci Irina, dan menyebut mantan istrinya itu penyihir jalang. Dan Agatha tak pernah berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap Irina.
“Apakah kau tak bisa menebaknya babygirl?” tanya Douglas menatap Emma dengan penuh nafsu.Emma menggelengkan kepalanya mencoba menepis pesona Douglas, dia tak ingin lagi menjadi mainan seks pria itu. Tapi, sentuhan Douglas membakarnya. Membuatnya bergairah.Tangan Douglas dengan cekatan menarik lepas kaos Emma dan membuka kaitan branya. Tangan besarnya menangkup payudara Emma, memberi gigitan kecil di belahan payudaranya.Emma menopang tubuhnya dengan kedua tangannya. Menggigit bibir mencoba menahan erangan nikmatnya saat Douglas kembali menyapukan bibirnya di sepanjang kaki indah Emma.“Hentikan Douglas… Ohhh..kumohon” desis Emma.Douglas mengangkat kepalanya. Tangannya meraih hotpants yang dikenakan Emma lalu menariknya lepas. Douglas menatap pakaian dalam Emma yang sudah terlihat basah dan menaruh kedua kaki Emma ditepi meja.Kepala Douglas turun, menghirup dalam aroma Emma yang terasa memabukan. Dengus nafa
Emma duduk gelisah menatap ayahnya yang masih menelpon seseorang. Diliriknya Douglas yang duduk tenang di sampingnya yang sesekali melempar senyum dengan maksud menenangkan dirinya.“Sayang..” tegur ayahnya tiba-tiba“A..ayah, aku..aku minta maaf ” jawab Emma gugup“Ada apa sayang, kenapa kau minta maaf?” Richard menatap Emma dan Douglas secara bergantianEmma menatap ayahnya dengan wajah bingung. Mengapa ayahnya tidak terlihat marah sewaktu dia datang bersama Douglas.Ayahnya bersikap seolah kebersamaan mereka adalah hal yang wajar. Berbeda sekali saat dia di jemput paksa oleh ayahnya waktu itu“Ayah memanggilmu karena ada sesuatu yang ingin ayah dan Douglas sampaikan padamu ” Emma kembali menatap bingung kearah dua pria itu.“Sebenarnya, ada apa dengan kalian semua. Ini tidak seperti biasa. Kalian membuatku bingung.” Emma memijat pelipisnya“Tenanglah baby girl
Prolog“Jangan terburu-buru Sir … mari kita bermain-main dulu.” Audy mengecup bibir pria tua itu. Simon Marcos yang sudah dimabuk nafsu mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh Audy.Disela–sela itu, tangan Audy memberikan kode pada Jacob yang tidak jauh darinya. Jacob kemudian datang mendekat dan menempelkan sapu tangan yang sudah diberikan obat bius pada wajah Simon Marcos.Tubuh pria itu langsung terjatuh, Audy membuka pintu kamar hotel, menyuruh Jacob melakukan pekerjaannya. Jacob membuka semua pakaian Simon Marcos, membaringkannya terlentang di atas kasur kamar hotel itu.Audy kemudian naik ke atas tempat tidur membuka separuh gaunnya, memposisikan diri memeluk tubuh Simon Marcos dengan tertelungkup, agar wajahnya tidak terlihat. Jacob mengambil kamera, segera mengambil foto dua orang yang terlihat telanjang, seperti telah melakukan hubungan intim.Dengan berbag
Kecelakaan “Kau sangat cantik Eve. Aro pasti akan menyukai penampilanmu,” puji Stella, Ibunya yang memegang bahu putrinya, lalu mengelus rambut panjangnya yang bergelombang akibat dicurly.“Kau sudah menyiapkan hadiah untuk Aro?” tanya Raymond, ayahnya yang bersandar di sisi ambang pintu. Evelyn Blossom. Gadis berusia 22 tahun itu tampak malu-malu dan enggan untuk menjawab pertanyaan sang Ayah. Tapi detik berikutnya, ia berkata pelan, “Aku akan memberikannya jika aku sudah bertemu dengannya, Daddy.” Rona tersipu di pipi Evelyn spontan membuat Stella tertawa. Ia lalu melirik suaminya di pintu yang memandang datar dan tampak tidak peduli, namun samar bisa Stella tangkap ujung bibir suaminya itu sedikit tertarik sebelum menghilang, meninggalkan mereka berdua setelah berkata, “Ya sudah. Daddy tunggu di bawah. Kita akan berangkat sebentar lagi.” “Biar Mommy tebak hadiah apa yang akan kau berikan untuk Aro.” Stella memicingkan
Kita Ini Apasih? Tanyakan pada Reagan apa yang membuat yang membuatnya tergila-gila pada Irish. Reagan akan menjawab, pertama bibir Irish, kedua bibir Irish, ketiga bibir Irish, baru yang terakhir tubuh mungil Irish yang sedang mendesah-desah dibawah tubuhnya. Dasar Reagan mesum!Reagan sudah lupa kapan terakhir kali dirinya melakukan adegan 17 tahun keatas tersebut, yang Reagan ingat hanya Irish perempuan terakhir yang bangun disampingnya 2 bulan lalu, di villa, di Ubud. Reagan tidak lagi mencari kesenangan diuar. Semua waktunya tersita hanya untuk Irish seorang. Mulai dari antar jemput sampai membuntuti Irish kemanapun gadis itu pergi. Sampai Irish yang kesal karena kelakuan Reagan membentak cowok itu. “Loe nggak ada kerjaan lain ya selain buntutin gue Re?” “Loh gue kan bossnya. Jadi kerjanya suka-suka gue lah.” “Tapi loe tiap hari ngikutin gue kemana-mana. Emang loe nggak capek?” “Nggak!” Susah bicara baik-ba
Cemburu LagiSejujurnya Irish ingin memperpanjang cutinya. Dia tidak berniat masuk kerja. Tapi dia tidak enak pada Pak Lukman. Kemarin minta cuti seminggu mendadak. Masa sekarang minta extention lagi. Benar-benar nggak tahu diri. Seperti bukan Irish saja.Dan sejujurnya lagi, Irish tidak siap bertemu Reagan. Irish malu akibat perbuatannya. Irish takut kalau-kalau Reagan menertawainya. Irish takut kalau Kinta tahu dirinya dan Reagan sudah ena-ena. Kinta pasti akan mencemooh dirinya.Kinta memang bukan penganut paham ‘jangan lepas kendali sebelum menikah’ seperti Irish.Kinta adalah perempuan bebas. Selama dirinya senang, dia akan menikmatinya. Dan kebanyakan mantan pacar Kinta memang bule. Kinta memang penggemar sejati terong import.Begitu sampai di hotel, Irish berjalan cepat-cepat memasuki ruangan kerjanya. Matanya mengawasi Reagan yang bisa saja tiba-tiba muncul.
Pertama Irish benar-benar shock melihat kemesraan Nando dan Dayu tadi. Seketika itu juga rasa laparnya mendadak hilang. Dikeluarkannya 2 lembar seratus ribuan dan diletakkannya di meja. Irish lalu bangkit berdiri dan pergi dari situ tanpa pamit. Irish masih mengingat jelas pernyataan cinta Nando padanya, dan juga ketersediaan Irish menunggu Nando memutuskan Dayu. Sampai capek Irish galau berminggu-minggu. Menangis tidak jelas. Bela-belain kabur ke Ubud. Yang digalauin malah asik ciuman sama tunangannya. Katanya nggak cinta, tapi kok ciumannya mesra banget. Menghayati pula. Irish menggosok-gosok bibirnya dengan kasar. Menghilangkan jejak bibir Nando disana. Di dalam mobil Irish berusaha menahan air matanya agar jangan sampai keluar. Menangisi orang seperti Nando membuat dirinya terlihat menyedihkan. Pandangan Irish sudah mengabur. Dibelokannya mobilnya ke arah bar yang dia lewati.
DayuHari yang paling ditakutkan Irish benar-benar terjadi. Bagaimana tidak Dayu pacar Nando tiba-tiba muncul di Jagapati. Irish sudah merinding membayangkan Dayu akan melabraknya. Namun kenyataannya perempuan itu hanya mengajak Irish bicara baik-baik.Tak dipungkiri Irish, akhir-akhir ini Irish sering menghabiskan waktu bersama Nando diam-diam. Mereka pergi makan malam bersama. Lalu menghabiskan waktu berlibur ke bedugul.Nando juga tidak segan-segan lagi mencium Irish. Menggrayangi tubuh gadis itu, meski dalan batasan wajar. Dan sungguh Irish sangat menikmati kebersamaanya dengan Nando.Otak Irish sebenarnya sudah sering memperingati bahwa sepintar-pintarnya bangkai yang disimpan pasti akan tercium juga. Namun hati Irish malah berkhianat. Tubuh dan bibirnya malah menikmati ciuman Nando.Gaya mencium Nando sudah banyak berubah. Lebih berani dan menantang. Mungkin Nando pernah belajar dengan bule-bule disana, pikir Irish. Tapi sebodo amat, sekara
Bertemu MantanGara-gara ulah Reagan kemarin hari ini Irish sukses terkantuk-kantuk saat briefing mingguan hotel. Apalagi dirinya pagi ini briefing dipimpin langsung oleh Reagan sendiri. Bahkan usai briefing, Reagan masih sempat-sempatnya menggoda Irish, yang dibalas Irish dengan memukulkan agendanya ke kepala Reagan.“Jahat banget sih loe Rish! Sakit nih.” Reagan mengusap-usap kepalanya akibat agenda Irish yang melayang tadi.“Biarin! Loe resek soalnya.”“Resek tapi bibir gue enak kan? Coba lagi yuk Rish. Di ruangan gue.”Setelah mengatakan itu Reagan langsung ngacir menghindari amukan Irish yang lebih besar lagi.“Nih, kontrak sama Travelo yang loe minta kemarin.” Kinta yang berjalan di sebelah Irish menyerahkan sebuah map berwarna biru.“Thanks ya Ta.”“Btw, elo s
Coffee In The MorningIrish menghempaskan bokongnya di kursi, sesaat setelah dirinya sampai di kantor. Terlalu pagi untuk Irish sampai di hotel, tempatnya bekerja.Masih sepi. Irish biasanya akan datang 10 atau 15 menit sebelum jam ceklok. Tapi pagi ini dia memutuskan untuk berangkat lebih awal, untuk menghindari omelan mama yang menanyakan kapan dirinya akan menikah.Tahun ini usia Irish genap 28 tahun, namun masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin mengakhiri masa lajang. Padahal adiknya, Arabel, yang terpaut 3 tahun dengannya, sudah dilamar oleh Dhega, kekasihnya.Irish bukannya tidak pernah berusaha mencari jodoh. Tak terhitung banyaknya lelaki yang mendekatinya, tapi itu semua hanya untuk tidur dengannya. Tak pernah benar-benar ada yang serius.Entah harus merasa beruntung apa merasa sial, pesona Irish hanya sampai pada tempat tidur. Namun Irish bukan perempuan seperti itu. Sampai detik
Very ForcedDi kediaman Alfred, Audy sangat stress memikirkan permintaan Alfred. Ia berusaha mencari cara agar bisa lepas dari ancaman Alfred. Tak lama kemudian, terdengar suara kaki pria yang dulu pernah ia sayangi itu, mendekati kamarnya.‘Ah itu dia,’ batin Audy.“Audy, kapan Kau bisa melakukan tugasmu?” desak Alfred.“Bagaimana kalau tugas itu diberikan pada orang lain saja, Alfred?” tawar Audy.“Kenapa? Kau tidak tega?” tanya Alfred.“Aku tidak pernah membunuh siapapun, Alfred. Aku takut jika misi itu gagal, bagaimana denganku dan Jillian nantinya?”jelas Audy.Alfred diam, ia berpikir sejenak. “Begini saja, Aku yang akan membunuhnya dengan tanganku. Kau hanya perlu membawanya pergi ke tempat yang aku tentukan. Bagaimana?”“Deal,” jawab Audy.
Party SucksAudy dan Dave tengah dalam perjalanan ke sebuah mansion, tempat pesta itu diadakan. Mereka duduk di kursi belakang supir. Audy mengenakan gaun panjang berwarna gold, terdapat belahan panjang di sebelah kiri gaun, itu memperlihatkan sebelah kakinya yang jenjang. Sementara Dave mengenakan tuxedo lengkap dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam.Terangnya lampu-lampu jalanan malam itu, membuat Audy senang melihat apapun yang dilewati mobil mereka. Tiba-tiba jari tangan kirinya terasa hangat, karena Dave menggenggamnya. Audy memutar kepalanya menoleh pada Dave.“Ini untukmu, Sayang.” Dave menyematkan cincin berlian di jari manis Audy. Cincin itu memancarkan kilauannya di gelap malam, sangat indah.Audy hanya bisa menatap manik hitam mata Dave, ia bisa melihat hangatnya ketulusan hati pria itu. Audy memberikan sedikit senyum di bibirnya. Ini pertama kalinya Dave melihat semburat tipis itu di wajah A