“Bu Theresia cocok dengan mama tirinya?”
“Sepertinya nggak terlalu. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena papanya kan butuh pendamping hidup di masa tuanya.”
“Oh, begitu.”
“Kamu kenapa begitu tertarik dengan kehidupan keluarga Pak Jon?” tanya Rosa curiga. Keponakannya jad gelagapan dibuatnya.
“Eng….nggak kok, Tante. Cuma sebentar lagi Karin kan ditinggal Tante kerja di sini sendirian. Jadi Karin perlu tahu lebih mendalam tentang Pak Jon dan keluarganya. Supaya nanti tidak salah sebut kalau bertemu.”
“Oh, begitu.”
&n
Hai, hai.... Terima kasih kesediaan Kakak-kakak mengikuti sampai bab ini ;D Ditunggu komen dan ratie bintang limanya ya, kak.... Hehehe.... Jangan lupa juga baca novel-novel saya lainnya: - Amanda - Jessica, Luka yang Terpendam Terima kasih banyak, Kakak-kakak ;)....semoga saya bisa berkarya terus untuk menghibur sekaligus menginspirasi Kakak-kakak sekalian ;D
“Ceileee…, romantis banget, yeee….”Jonathan cuma nyengir menanggapi godaan kawan baiknya itu.“Duluan, ya. Aku mau turun lewat tangga. Lift-nya udah tertutup. Males nunggu lagi,” ujar laki-laki itu seraya melambaikan tangannya pada Mina.“Bye, Bro. Sampai ketemu lagi di gym, ya,” balas perempuan itu centil.Mereka berdua lalu berpisah. Jonathan turun tangga menuju ke kantin sedangkan Mina ngeloyor masuk ke kamar temannya yang dekat lift.Untung aku berpapasan dengan Mimin di depan lift, gumam Jonathan dalam hati. Coba kalau di depan kamar There. Wah, wah, wah…, suara
Lima hari kemudian Theresia sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Wajahnya sudah segar kembali dan tubuhnya terasa sehat. Dia semakin tampak cantik di mata suaminya. Laki-laki itu menepati janjinya untuk kembali lagi ke rumah dan tinggal bersama sang istri tercinta. Simon merasa sangat bersyukut rumah tangga putrinya berhasil diselamatkan. Dengan bijaksana laki-laki tua yang sudah banyak makan asam garam kehidupan itu memberikan wejangan kepada anak dan menantunya agar lebih menghargai ikatan perkawinan mereka dibanding sebelumnya. “Ingatlah perjuangan kalian berdua untuk mempertahankan rumah tangga yang sudah berumur sepuluh tahun ini. Untuk selanjutnya bersikaplah lebih bijaksana dalam menghadapi setiap persoalan. Itu ujian yang harus dihadapi. There, jadilah istri yang baik dan menghargai suami. Jonathan juga
Bastian dengan enteng menjawab, “Istriku udah tahu tentang kamu, kok. Pernah kutunjukkin fotomu di HP sama dia. It’s ok. No problem.”“Nah, itu baru istri yang bijaksana! Bravo lu, Bro, bisa merit sama dia. Hahaha….”Tiba-tiba sesuatu terlintas dalam benak Jonathan.“Eh, ngomong-ngomong, kenapa Karin minta tolong kamu dandanin dia? Kan mestinya dia udah dapet free make-up dari salon pengantin tantenya?” tanyanya keheranan.Dengan sigap Mina menjawab, “Fasilitas free make-up-nya cuma buat dua orang. Sama Karin dikasihkan ke menantu-menantu calon om-nya. Mereka pas dua orang. Jadi biar adil. Karin-nya sendiri milih ngalah dan mint
Akhirnya hari yang dinanti-nantikan pun tiba. Theresia tampak mematut-matut dirinya di depan cermin besar di dalam kamar tidurnya. Gaun terusan berwarna merah jambu dengan hiasan brokat berwarna senada tampak begitu pas menempel di tubuhnya yang langsing dan berlekuk indah. Gaun yang kelihatan mewah itu panjangnya sedikit di atas lutut dan memperlihatkan sepasang kaki jenjangnya yang putih mulus tanpa cela. Wajahnya dirias dengan begitu cantiknya. Bibirnya pun dipoles lipstick berwarna merah jambu seperti gaun yang dipakainya.“Kamu cantik sekali, Sayang,” puji sang suami melihat penampilan istrinya yang memang selalu istimewa setiap menghadiri acara penting. Sebaliknya Theresia memandang sang suami dengan keheranan.“Kok nggak pakai jas, Mas?” tanyanya ketika melihat Jonathan hanya mengenakan kemeja
“Masakannya enak ya, Mas,” puji Theresia ketika sedang duduk menikmati hidangan bersama suaminya. Jonathan mengangguk mengiyakan. Perjamuan prasmanan diselenggarakan di aula besar yang letaknya di samping ruang ibadah. Rosa dan suaminya tampak bahagia. Mereka bersama-sama mendekati para tamu dan menyapa bergantian. “Terima kasih atas kehadirannya, Pak Jonathan, Theresia. Kenalkan, ini Bernard. Suami saya,” ucap Rosa ramah. Wajahnya tampak berseri-seri. Make-up pengantinnya benar-benar menonjolkan kecantikannya. Gaun pengantin berwarna putih tulang yang dihiasi brokat berwarna senada menambah keanggunannya. Gaun itu berpotongan sederhana, hanya mengikuti lekak-lekuk tubuh pemakainya yang ramping dan panjangnya hanya sampai mata kaki. &nb
Sang istri tidak peduli. Dia lalu memberondong Mina dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan, “Saudari Mina, terus terang saya heran. Kenapa semenjak pertemuan di gedung bioskop dulu itu Anda selalu mengikuti kemana pun Mas Jonathan pergi? Entah di gym, restoran, bahkan di acara kawinan seperti ini Anda muncul juga. Bukankah Anda sudah tahu bahwa Mas Jonathan itu sudah menikah? Ya saya ini istri sahnya!”Mina cuma melongo mendengar kata-kata Theresia yang seakan-akan mengecapnya sebagai perempuan pengejar suami orang. Dia lalu menatap Jonathan dengan heran. “Bro, katamu istrimu sudah membaik kondisi kejiwaannya. Tapi kulihat kok nggak, ya. Malah semakin menjadi-jadi!” ucapnya dengan lidahnya yang tajam. Hatinya geram dipermalukan oleh istri sahabatnya itu di depan orang banyak.
“Aku tidak akan menanyakan kamu mengetahuinya dari siapa. Kukira suaraku waktu itu cukup keras sehingga ada yang mendengarnya dan kemudian menjadikannya bahan gunjingan.”Sang sekretaris mengangguk mengiyakan. Joshua lalu mendesah panjang dan menceritakan konflik rumah tangganya. Ia sudah tak merasa malu lagi berterus terang pada anak buahnya ini. Toh, dirinya sekarang sudah menjadi headline pergunjingan di kantornya sendiri! Menceritakan semuanya pada Karin mungkin akan membuat hatinya terasa sedikit lebih lega.Karin terpaku mendengar curhatan atasannya. Ternyata dugaannya selama ini keliru. Dikiranya pimpinannya itu hidup bahagia dengan istrinya yang cantik dan kaya raya. Mendengar cerita Jonathan saat ini, dia jadi menaruh iba pada bosnya itu. Tiba-tiba gadis itu terpikir akan nasibnya sendiri.
“Iya, Pak.” “Sekarang ayo kita pergi ke kantor pengacara yang kedua. Let’s go!” Karin tersenyum melihat semangat sang atasan mencari pengacara untuk mengurus perceraiannya. Pak Jon sepertinya sudah benar-benar move on dari perpisahannya dengan Bu Theresia. Lalu bagaimana dengan Bu Theresia sendiri, ya? tanyanya dalam hati ingin tahu. *** Semenjak ditinggalkan Jonathan di acara prasmanan pernikahan Rosa, Theresia luar biasa frustasi. Sepanjang hari dihabiskannya dengan menangis, menelepon, hingga mengirimkan puluhan chat WA kepada suaminya. Tak satupun yang ditanggapi apalagi dibalas oleh Jonathan. Simon yang merasa kuatir dengan kondisi kejiwaan sang putri, akhirnya membawa Theresia pulang ke rumah yang ditempatinya bersama Mila. &
"Terima kasih, Min," sahut Jonathan sembari menerima uluran tangan sahabatnya. Suasana mulai diliputi keharuan."Kudoakan Valentina segera memperoleh kesembuhan,Bro," kata Bastian sembari menepuk-nepuk bahu kawan baiknya itu. "Jadi kalian sekeluarga bisa cepat kembali ke negeri ini dan kita bersama-sama mengembangkan kantor ini lagi.""Thanks a lot, Bro."Begitulah ketiga orang itu kemudian saling berpelukan. Hati mereka terenyuh sekali. Mina sampai menitikkan air mata. Dia sangat menyayangi Jonathan layaknya saudara sendiri. Kepergiannya kali ini yang entah sampai kapan membuatnya merasa sangat kehilangan.Keesokkan harinya Bastian dan Mina mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan di kantor. Mereka memesan sejumlah hidangan prasmanan untuk disantap bersama. Jonathan berpidato singkat di hadapan segenap anak buahnya. Dia mengucapkan terima kasih atas kerja keras mereka
"Aku senang sekali bertemu Karin, Mas. Terima kasih sudah membawanya padaku," ucap Theresia lirih. Seulas senyum bahagia tersungging di bibirnya. Sorot matanya tampak teduh, menenangkan hati Jonathan yang memandanginya."Apa lagi yang kau inginkan, Sayang? Akan berusaha kupenuhi," kata pria itu sepenuh hati. Dirinya benar-benar hendak membahagiakan istrinya ini di sisa-sisa hidupnya.Tangan Theresia menyentuh wajah suaminya. Terasa rambut-rambut kasar di sekeliling mulut laki-laki itu. "Dulu kamu rajin sekali bercukur, Mas. Kenapa sekarang malas?" tanyanya ingin tahu.Jonathan mendesah. Dia memang sudah tak memperhatikan penampilannya lagi semenjak dokter berkata umur istrinya tinggal menunggu waktu. Kesedihan dalam hatinya begitu besar sehingga tak ingin apapun selain menemani Theresia sepanjang waktu. Pekerjaannya pun ditinggalkannya untuk sementara. Untungnya Bastian dan Mina tak keberatan. Mereka memahami sang
"Aku tahu apa saja permintaan Theresia padamu, Karin. Dia ingin kamu menikah denganku sepeninggal dirinya. Lalu kita dan Valentina pergi menyusuri klinik-klinik di Tiongkok sesuai data yang dikumpulkannya. Aku yakin kau takkan sanggup menolaknya. Kondisi istriku yang mengenaskan membuat siapapun yang masih punya hati nurani pasti mengabulkan apapun permintaannya. Aku mengerti jika kamu pun demikian. Tapi jika kau keberatan menjadi istriku, tak usah memaksakan diri. Cukup di depan There saja kau berjanji. Tak perlu kau korbankan masa depanmu demi menikah dengan laki-laki tua seperti diriku." "Cukup!" sela gadis itu seraya menutup mulut Jonathan dengan telapak tangannya. "Aku memang berjanji pada Mbak There. Tapi bukan karena terpaksa. Aku...aku...bersedia melakukannya dengan setulus hati." "Benarkah itu?" tanya laki-laki itu memastikan. Ekspresi wajahnya mulai melembut. Karin mengangguk. "Aku bukan sedang berbahagia
Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka. Karin terperanjat. Di depan pintu muncullah seorang gadis kecil yang... ya, Tuhan. Mirip sekali dengan dirinya semasa kecil! Bedanya anak perempuan itu duduk di atas kursi roda yang didorong ayahnya. Sedangkan si Karin kecil dulu bebas berjalan dan berlarian kemana pun dia suka."Mama, kenapa menangis? Tante ini juga. Apa yang membuat kalian sedih?" tanya anak itu polos. Dia memandang kedua wanita itu bergantian. Tatapan matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang besar.Anak ini kritis sekali, puji Karin dalam hati. Dia juga mempunyai empati yang tinggi terhadap orang lain. Dia adalah...anak kandungku!Theresia langsung meminta Jonathan agar menaruh anak mereka di atas ranjang, supaya dekat dengan dirinya dan Karin. Suaminya menyanggupi. Diangkatnya sang putri dari atas kursi roda dan didudukkannya di depan dua wanita tersebut."Valen, kenalkan ini...Mama K
Tak lama kemudian mobilMercedes Benz berwarna hitam itu sampai di depan pintu gerbang berwarna hitam yang berdiri kokoh. Seorang petugas sekuriti mengangguk dan memberi hormat pada Jonathan yang membuka kaca jendela. Tak lama kemudian laki-laki berkumis tebal dan berbadan tegap itu menghubungi seseorang melalui walkie-talkie. Beberapa saat kemudian pintu gerbang terbuka lebar secara otomatis. Mobil Jonathan langsung meluncur masuk ke dalam. Pintu gerbang otomatis menutup kembali. Dada Karin mulai berdebar-debar. Akhirnya aku sampai juga ke rumah ini, batinnya gundah. Untuk bertemu dengan musuh bebuyutanku. Tapi kali ini dia tak bisa bersikap arogan dan sewenang-wenang lagi. Sebaliknya dia justru akan memohon ampun atas dosa-dosanya. Sontak Karin menggigit bibirnya. Tapi...bukankah aku sendiri juga bersalah kepadanya? batinnya pilu. *** "There, lihat siapa yang da
Sang pimpinan yang mengetahui bahwa Karin berasal dari kota buaya menawarinya pertama kali dibandingkan guru-guru lainnya. Gadis itu tak mampu menolak karena merasa sungkan dengan kebaikan dan bimbingan orang itu selama dia bekerja. Akhirnya diterimanya tawaran tersebut dengan berdoa dalam hati semoga dia tidak diusik oleh masa lalunya kembali.Gadis itu berusaha menghibur diri dengan berpikir tak ada salahnya kembali ke kampung halaman. Dia bisa berkumpul kembali dengan Rosa bibinya dan Mina sahabat baiknya. Jonathan dan Theresia selama ini tak pernah terdengar kabarnya. Tak mungkin mereka tiba-tiba datang mengusiknya.Berbulan-bulan dia hidup tenang di kota kelahirannya ini. Kalaupun berjalan-jalan ke mal, tak pernah sekalipun dia kebetulan bertatap muka dengan orang-orang dari masa lalu yang tak ingin ditemuinya kembali. Hidupnya benar-benar tenteram. Pekerjaannya menyenangkan. Sesekali dia berkunjung ke rumah Rosa dan Mina untuk se
Jonathan terperangah. Benar kata Mimin, cetusnya dalam hati. Karin sudah bukan gadis lugu seperti dulu. Penderitaan yang dialaminya bertahun-tahun telah mengasahnya sedemikian rupa sehingga menjadi seorang wanita dewasa yang tegas dan berkarakter kuat.Sorot mata tajam gadis itu membuat hati Jonathan menciut. Dia menghela napas panjang lalu berkata, "Aku minta maaf sudah mengganggumu, Rin. Seandainya bukan karena terpaksa sekali, aku pun takkan datang menemuimu...."Jonathan menelan ludahnya. Dia merasa tak percaya diri berhadapan dengan gadis yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Pria itu menunduk, tak berani menatap wajah Karin.Rupanya gadis itu tersentuh dengan perkataan mantan kekasihnya. Sikapnya mulai melunak. "Duduklah, Mas," katanya datar. "Ceritakan maksud dan tujuanmu datang kemari."Pria tersebut mengangguk. Dia lalu duduk di salah satu bangku. Sementara itu Karin menarik sal
"Sudahlah, Sayang," hibur Jonathan seraya memeluk istrinya yang histeris. "Tenangkanlah dirimu. Apappun yang terjadi kita akan selalu bersama-sama. Hentikan menghujat Tuhan. Kita sekarang belum tahu apa rencanaNya. Tapi aku yakin, segala sesuatu akan indah pada waktuNya.""Kurang apa aku selama ini, Mas? Apa kesalahanku sehingga aku diberi penyakit mematikan seperti ini? Apa dosaku?" isak wanita itu tak henti-hentinya. Tiba-tiba dia terperangah mendengar perkataannya sendiri. Tangannya sampai menutup mulutnya saking terkejutnya. Ya, Tuhan! jeritnya dalam hati. Inikah hukuman atas dosaku pada Karin?Ingatannya melayang pada gadis yang beberapa tahun lalu diancamnya sampai menangis histeris seperti dirinya saat ini. Karin, gadis yang waktu itu tengah mengandung Valentina, buah cintanya bersama Jonathan."Ini karma akibat dosaku pada Karin, Mas," ucapnya lirih. Dia sudah tidak histeris lagi. Tapi air matanya masih mengucur
Dia lalu duduk di samping istrinya. Diraihnya tangan wanita itu. Diciuminya punggung tangannya dengan penuh kasih sayang."Kita pulang ke Indonesia saja, yuk. Menenangkan diri sejenak sembari mencari-cari informasi lagi tentang pengobatan buat Valentina," ajaknya sembari tersenyum lembut pada Theresia."Kamu capek ya, Mas, bolak-balik Surabaya-Singapore terus?" tanya istrinya seraya mengusap pipi Jonathan mesra."Nggak juga. Udah biasa, kok. Cuma aku menguatirkan kesehatanmu, Sayang. Aku mau mengajakmu berlibur mencari udara segar di pegunungan seperti Batu atau Tretes gitu. Setelah refreshing selama beberapa hari, pikiranmu pasti akan lebih rileks. Tubuh juga menjadi lebih segar. Kamu nggak akan terus-terusan pusing seperti ini. Bagaimana?"Sang istri mengangguk pasrah. Dia lalu bergelayut manja pada pundak suaminya. "Kupikir-pikir aku juga kangen sama rumah kita di Surabaya, Ma