Keheningan terjadi di sepanjang perjalanan pulang menuju kediaman Zefran. Baik itu Darwin maupun Nadzira tidak ada yang berani mengeluarkan suara melihat wajah Zefran yang menurut Nadzira sangat menakutkan saat itu.
"Apa kamu akan terus berdiri disitu" sindir Zefran yang sudah memasuki pelataran rumah mewah miliknya"Maaf pak" Nadzira menunduk dan mengikuti langkah Zefran yang saat ini sudah menjadi suami sah nya.Nadzira terkesima melihat rumah mewah milik Zefran yang menurut nya sangat besar dan juga luas itu. "Duduk, aku ingin menjelaskan sesuatu" ucap Zefran dengan raut wajah tidak sukanyaNadzira duduk tanpa berani menatap Zefran dari dekat. "Mulai hari ini, kamu akan bekerja di rumahku sebagai pembantu selama satu tahun. Dan setelah itu kita akan bercerai, jadi jangan terlalu berharap pada pernikahan ini. Karena aku menikahimu dengan sangat-sangat terpaksa demi menjaga nama baikku" ucap Zefran penuh penekananAir mata Nadzira lolos begitu saja, Dia sendiri tidak pernah berfikir untuk menikah dengan cara yang seperti ini. Tapi bukan berarti dirinya menyalahkan takdir. Nadzira menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. "Ya Allah, kuat kan hatiku untuk menerima segala ketentuan-Mu" lirih Nadzira pelan.Ketika segala musibah dan ujian itu menjadikan hati kita menjadi lebih baik. Maka segeralah bersyukur dan berhenti mengeluh, agar hikmah itu menjadi rahmat bukan laknat. Tidak ada kebahagiaan bagi mereka yang tidak memiliki kesedihan,tidak ada kelezatan bagi mereka yang tidak memiliki kesabaran dan tidak ada pula kerehatan bagi mereka yang tidak memiliki seletihan.Yakinlah bahwa ada sesuatu yang menunggumu setelah banyak bersabar, yang akan membuatmu terpana, hingga membuatmu lupa betapa pedihnya rasa sakit. Ali bin Abi ThalibSayup-sayup Nadzira mendengar suara adzan. Dia segera bangun dan mengerjakan shalat subuh pertama sebagai seorang Istri. Jika kebanyakan pengantin baru akan mengerjakan shalat berjamaah, namun berbeda dengan Nadzira, bahkan dirinya dan juga Zefran menggunakan kamar yang terpisah. Nadzira tidur di kamar yang memang khusus di sediakan untuk para pekerja di rumah mewah milik Zefran.Terlepas dari itu. Nadzira masih bersyukur dengan kondisinya sekarang. Setidaknya Ia masih memiliki tempat tinggal setelah dirinya di usir oleh Tante Safira. Meskipun keadaan nya tidak jauh berbeda.Nadzira dengan telaten membersihkan seluruh ruangan, dia menyapu bersih setiap ruangan dengan hati-hati. Setelah selesai Nadzira beralih ke dapur untuk memasak sarapan. Namun Nadzira tidak menemukan apa-apa. Bahkan sekedar alat untuk memasak pun Zefran tidak memilikinya."Bagaimana ini? Ucap Nadzira bingungLama Nadzira berdiri dengan bingung, Namun setelah pertimbangan yang agak lama. Akhirnya Nadzira memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Zefran dengan sangat hati-hati.Belum sempat Nadzira bersuara untuk memanggil sang empunya. Zefran sudah lebih dulu membuka pintu kamarnya membuat Nadzira mundur dari tempatnya. "Maaf pak, tadinya saya berniat untuk membuat sarapan, tapi di dapur kosong tidak ada apa-apa" kata Nadzira menundukZefran merogoh sesuatu di dalam saku celananya, dan melemparkan sebuah kartu ATM miliknya tepat ke wajah Nadzira. "Lain kali jangan pernah menginjakkan kaki keruangan pribadiku. Kau bisa menyampaikan pada Zico, tentang hal yang ingin kau sampaikan padaku" Ucap Zafran dengan tatapan tajamnyaNadzira terdiam tak bergeming di tempat dirinya berpijak, sakit, tentu saja hatinya sakit. Namun sebisa mungkin Nadzira menguatkan diri. "Maaf pak" kata Nadzira pelan seraya mengayunkan kaki melangkah meninggalkan Zefran.Nadzira menekan kuat dadanya yang terasa sesak, air matanya lolos begitu saja sedari tadi dia sudah mencoba menahan tangisnya. "Ya Rabb. Tegarkan lah hatiku, berikan kesabaran yang luas untuk hamba menerima semuanya" perlahan Nadzira menghapus air matanyaNadzira mencoba untuk berfikir jernih, pernikahan ini terjadi secara tiba-tiba. Wajar saja Zefran bersikap seperti itu, mengingat mereka yang baru saja mengenal satu sama lain dalam beberapa bulan belakangan ini."Usahakan rapat hari ini selesai dengan cepat, moodku sedang tidak bagus, aku ingin menghabiskan waktu di tempat biasa" ujar Zefran pada Darwin yang masih fokus pada layar laptopnya"Apa kamu akan membiarkan istrimu sendirian dirumah sebesar itu?" Tanya Darwin dengan wajah datarnya"Ck! Dia pembantu, bukan istriku" ucap Zefran penuh penekananZefran memang tidak suka rumah tempat dia tinggal di huni oleh banyak orang, itu sebabnya Zefran tidak mengijinkan para pelayannya tinggal dirumahnya. Kecuali Zico yang bekerja sebagai pengawas dan juga pelayanan pribadinya sebelum Nadzira hadir di kehidupannya.Seperti biasa, seusai mengerjakan semua pekerjaannya, Nadzira membaca Alquran dan juga menghafalkan nya sebelum dirinya beristirahat.Dalam ajaran agama yang di pelajari Nadzira, kita dianjurkan untuk melakukan Amalan sebelum beranjak ke tempat tidur. Tujuan nya agar tidur kita tak hanya berkualitas bagi fisik dan psikis, namun mendatangkan pahala bagi yang mengerjakannya. "Jika kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhu lah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaring lah pada sisi kananmu" (HR. Bukhari no 247 dan Muslim no 2710).Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa sudah sebulan Nazdira menyandang status sebagai seorang Istri atau lebih tepatnya seorang pembantu bagi Zefran Al Faruq. Nazdira bahkan sudah terbiasa mendapatkan kata-kata kasar dari suaminya tersebut.Nadzira kembali melangkah kan kaki menuju ruang tamu, dimana Zefran duduk disana dengan sebuah koran yang Ia baca. "Pak, bolehkah saya keluar untuk menghadiri acara kajian di Masjid dekat komplek" pinta Nazdira meminta ijin"Apa itu perlu?" Tanya Zefran singkat"Sangat perlu pak, untuk menambah Ilmu Agama, ada sebuah hadits yang menjelaskan "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka akan Allah mudahkan jalan baginya menuju surga (HR. Muslim no 7028)" jelas Nadzira antusias"Tidak perlu menjelaskan panjang lebar begitu padaku, sana pergi" kata Zefran mengibaskan tangannyaNadzira memberanikan diri mendekat ke arah Zefran. Nadzira mengulurkan tangannya dan meraih tangan Zefran lalu mencium secara khidmat."Apa yang kau lakukan" ucap Zefran mendorong kuat tubuh Nadzira hingga terjatuh"Berani sekali wanita sepertimu menyentuhku" Hardik ZefranNadzira mencoba untuk kembali berdiri, dia merasa sedikit sakit di bagian bahu kirinya yang terbentur di ujung meja. "Kenapa, apa aku tidak boleh mencium tangan suamiku sendiri?" Tanya Nadzira dengan suara bergetar"Aku tidak pernah menganggap bahwa kau adalah istriku, kamu hanya lah seorang pembantu, ingat itu" kata Zefran dengan wajah tidak sukanyaNadzira tersenyum getir menatap Zefran. Jadi karena itu dia menolak Nadzira mencium punggung tangannya"Tapi di mata Allah, semua manusia itu sama. Baik itu seorang pembantu ataupun seorang Istri, aku melakukan itu sebagai tanda hormat ku padamu sebagai seorang suami. Namun jika bapak keberatan, maka tidak mengapa, anggap saja itu bentuk pamit seorang pembantu pada tuannya" lanjut Nazdira seraya melangkahkan kakinya pergi dengan hati yang sakit.Seusai acara, Nadzira berjalan keluar dari Masjid berniat untuk segera pulang, Nadzira khawatir jika telat Zefran tidak akan mengijinkannya untuk mengikuti acara kajian yang rencananya akan Nadzira hadiri setiap Minggu nya."Nadzira!" Panggil seseorang dari belakangMerasa namanya di panggil, Nadzira menoleh dan benar saja seseorang yang memanggil nya itu adalah orang yang teramat sangat dirindukan nya selama empat tahun ini"Rania" ucap Nadzira pelan seraya berlari memeluk sahabat yang sangat dia rindukan itu"Sejak kapan kamu kembali? Kenapa nggak ngabarin aku? Tanya Nadzira melepas pelukannya."Aku berada di Indonesia sudah seminggu yang lalu, ketika aku sampai aku segera mencari mu kerumah Tante Safira, ternyata wanita shalihah ini sudah tidak tinggal disana lagi" balas Rania menyubit pelan pipi sahabatnya ituGadis berpakaian syar'i yang sama cantiknya dengan Nadzira itu bernama Rania Syarifatul Hasna, sahabat Nadzira sejak saat mereka masih sama-sama mengenakan seragam putih abu
Darwin memperhatikan Zefran yang sedang asiknya meneguk seluruhnya minuman keras yang baru saja Ia bawa kembali, begitulah selalu Zefran. Saat bayang-bayang masa lalu itu kembali muncul, dia akan melampiaskan nya dengan mabuk-mabukan"Mau sampai kapan kamu memperlakukan Nazdira seperti itu? Bro, dia itu gadis yang baik, perlakukan lah dia sepantasnya. Apa kamu tidak merasa kasihan padanya, selama ini dia di perlakukan dengan buruk oleh keluarga nya, saat menjadi seorang istri pun kehidupan nya tidak jauh berbeda, aku rasa kau sudah tahu itu" ucap Darwin memberi sedikit nasihat pada atasannya sekaligus sahabatnya ituZefran hanya diam tidak menanggapi, hatinya kalut saat ini, sakit hati yang di alaminya sejak remaja begitu membekas di hati nya.Hari berganti begitu cepat, Nadzira di sibukkan dengan kegiatan masak nya seperti biasa, mulai saat ini Nadzira bertekad akan berusaha membuat suaminya itu jatuh cinta padanya dan juga akan berusaha merubah cara pandang nya pada setiap wanita, t
Keesokan harinya Zefran pergi keluar kota di temani oleh Darwin asisten pribadi yang selalu setia menemani nya. Rencana Zefran akan membuka cabang usahanya disana.Sedangkan Nadzira yang sudah mendapat izin dari Zefran untuk berkunjung ke rumah Tante Safira, pergi dengan ojek online yang di pesannya. Nadzira sudah sangat rindu suasana rumah tempat dia tinggal dulu dan juga rindu pada Safira Tante yang sedari kecil membesarkan nya."Apa tidak ada kerjaan lain yang bisa kamu kerjakan Khansa? Ibu capek mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri" Omel Safira pada Khansa yang sibuk memainkan ponselnya tanpa menghiraukan sang Ibu"Salah Ibu sendiri, udah enak Nadzira ada di rumah ini, eh, malah Ibu usir hanya karena masalah sepele" jawab Khansa sekenanya"Masalah sepele katamu? Dia sudah membuat malu Ibu Khansa, dengan susah payah Ibu membesarkan nya, malah dia membalasnya dengan cara yang menjijikkan seperti itu, dasar anak nggak tau di untung" ucap Safira dengan kesal mengingat kejadian m
Dengan perlahan Zefran membuka matanya, ternyata semalaman dia tertidur dengan memeluk Nadzira, bahkan dirinya tidak sempat membersihkan diri dan berganti pakaian."Astaga, pantas saja tanganku serasa mati rasa, ternyata wanita ini begitu nyaman berada dalam dekapan ku" ucap Zefran menarik tangan nya pelan, dan kembali menempelkan tangannya ke kening Nadzira untuk memeriksa suhu tubuhnya"Syukurlah demamnya sudah turun. Ah, aku bahkan bersusah payah merawat wanita ini, Ck!" Ujar Zefran seraya berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkanSayup-sayup suara adzan terdengar di telinga Nadzira, dia berusaha untuk membuka perlahan matanya, kepalanya masih terasa pusing bahkan tubuhnya juga lemah. Namun Nadzira tidak ingin meninggalkan kewajibannya dia tetap berusaha untuk berdiriZefran telah selesai melakukan ritual mandinya, dia keluar dengan hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya Zefran terkejut saat melihat Nadzira yang sudah bangun dan berusaha untuk berjalan dengan wajahnya
Darwin dan Karin masuk masuk kedalam ruangan pesta, tepatnya di kediaman mewah Zefran yang di ubah menjadi seperti sebuah klub malam itu, yang di hiasi oleh para wanita dengan pakaian minim dan juga minuman haram."Ini siapa bro? Sejak kapan kau memperkerjakan wanita di rumah Lo, penampilan nya juga aneh, tapi lumayan cantik lah" ujar Bagas seraya mencoba untuk mendekati NadziraNadzira berjalan mundur saat Bagas terus saja mendekati nya dengan tatapan penuh nafsu, membuat Nadzira sedikit merasa takutSedangkan Zefran hanya memperhatikan saja tanpa mau menolong Nadzira, dia tidak ingin jadi bahan ejekan saat mereka tahu siapa Nadzira sebenarnya"Dia hanya seorang pembantu, berhentilah mengganggu nya, biarkan dia melanjutkan pekerjaannya, lagi pula dia tidak sebanding dengan kita, masih begitu banyak wanita cantik disini" Ucap Zafran mengibaskan tangannya pertanda meminta Nadzira untuk pergi dari ruangan ituNadzira terpaku saat mendengar Zefran tidak mengakui dirinya di hadapan para s
Selesai shalat subuh, Nadzira kedapur dan menyiapkan sarapan untuk Zefran. Seminggu telah berlalu setelah kejadian malam itu, selama itu juga Zefran tidak pernah menampakkan diri di hadapan Nadzira. Namun meski begitu Nadzira tetap menjalankan tugasnya seperti biasa, ada dengan tidaknya Zefran di hadapan nya tidak akan mengubah kenyataan bahwa dirinya tidak pernah di anggap sebagai seorang istriZefran menatap layar laptopnya dengan lemas, beberapa hari terakhir dirinya sering merasa pusing di karenakan kurangnya istirahat. Dia bahkan pulang sangat larut untuk menghindari bertemu dengan NadziraNamun hari ini Zefran pulang lebih awal dari biasanya, dia bahkan sudah tidak mampu lagi hanya untuk sekedar berjalan menuju kamarnya.BrukTubuh Zefran terjatuh saat hendak menaiki tangga menuju kamarnya dengan tidak sengaja menyenggol vas bunga yang terletak tidak jauh darinya, hingga bunyi pecahan itu membuat Nadzira yang sibuk bersih-bersih di halaman belakang berlari untuk melihat apa yang
Matahari redup di petala langit. Awan abu-abu kehitaman menggelayut menandakan hari ini mungkin hujan akan kembali turun dengan derasnya. Nadzira menatap langit dengan tatapan sendu, dia rindu kedua orang tuanya, terkadang Nadzira membandingkan dirinya dengan orang-orang di luaran sana karena mereka memiliki keluarga yang utuh bahkan materi yang cukup. Namun dengan cepat Nadzira beristighfar dalam hatinya mungkin dia tidak bisa merasakan dekapan kasih sayang dari orang tuanya akan tetapi Nadzira kembali bersyukur di beri hati yang sabar dan juga pundak yang kuat untuk memikul segala rintangan hidup. Karena buat apa bersedih untuk urusan dunia, sebab kita hanya tamu di atas tanah."Apa sudah kabar tentang Bagas?" Tanya Zefran tanpa mengalihkan pandangannya pada benda pipih di tangannya"Belum, mungkin dia lagi menghabiskan malam pada setiap gadis yang berbeda, tau sendiri kan gimana sifat sahabat tersayang mu itu, masih syukur istrimu bisa selamat dari laki-laki brengsek seperti Bagas
Zefran duduk terkulai lemas di bangku kebesarannya, hari ini dia merasa sangat kelelahan padahal biasanya staminanya cukup kuat meski harus bolak-balik ke luar kota demi mengurus cabang-cabang pusat perbelanjaan yang akan dia bangun di setiap kota-kota besar yang ada di Indonesia.Zefran termenung, banyak hal yang dipikirkannya terutama tentang hubungannya dengan Nadzira yang semakin renggang. Nadzira menjadi lebih menghindarinya bahkan setelah selesai mengerjakan segala pekerjaan rumah Nadzira akan menghabiskan waktunya berdiam diri di dalam kamarnya dengan Al-Qur'an yang selalu menemaninya tak jarang Zefran mendengar Nadzira mengaji dengan suara indahnya di saat dia pulang tanpa sepengetahuan Nadzira."Astaga, apa yang terjadi dengan wajah tampan mu itu? Lihat saja sudah seperti pakaian yang tidak di setrika seminggu lamanya" Ucap Darwin yang tiba-tiba datang membuat Zefran terkejutZefran mendengus kesal melihat asisten sekaligus sahabatnya itu datang tanpa mengetuk pintu yang suda
Zefran terbangun dari tidurnya di waktu subuh, dan segera berjalan menuju dapur untuk melegakan kerongkongan nya yang terasa kering, bahkan cacing di perutnya meminta untuk disisi di karenakan Zefran melewati waktu makan malamnya dengan sengaja hanya karena ingin menghindari Nadzira.فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْکُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ۠ fadzkuruuniii adzkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."Sayup-sayup terdengar suara indah yang sudah lama tidak Ia dengar dari dalam kamar Nadzira yang pintunya tidak tertutup rapat. Seketika ada rasa damai yang di rasakan nya, seolah-olah seperti ada yang menyentuh hatinyaيٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَyaaa ayyuhalladziina aamanusta'iinuu bish-shobri wash-sholaah, innallaaha ma'ash-shoobiriin"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (k
Setelah selesai mengerjakan shalat subuh, Nadzira kembali ke kamar Zefran untuk melihat keadaan suaminya. Nadzira melihat sang suami yang masih terbaring di atas ranjang Zefran tertidur dengan sangat pulas hingga tidak menyadari kedatangan Nadzira."Apa Mas Zefran masih membenciku? Apa aku memang tidak pernah pantas menjadi istri mu? Kenapa Mas, kenapa kamu begitu tidak menyukai ku? Jika memang aku hanya menjadi penghalang bagimu untuk bersama dengan Khansa, maka aku ikhlas Mas, aku ikhlas kamu ceraikan saat ini juga" lirih Nadzira menatap sendu Zefran yang masih setia menutup matanya tanpa Nadzira sadari bahwa sedari tadi Zefran mendengar semua yang ia ucapkanNadzira memperbaiki selimut yang menutupi tubuh Zefran, Nadzira tersenyum tipis melihat wajah tampan milik suaminya itu. "Semoga kebahagiaan selalu menyertai mu Mas, meski itu tidak denganku nantinya, tapi aku akan selalu bahagia jika melihat mu bahagia, hiduplah tanpa menyimpan dendam di hatimu dan cobalah untuk memaafkan kesa
"Apa begini cara mu menghormati seorang ibu yang sudah melahirkan mu?" Tanya wanita tua itu dengan wajah yang di buat sesedih mungkin"Ck! Menghormati? Wanita sepertimu tidak pantas di hormati ataupun di jadikan sebagai seorang Ibu" ujar Zefran dengan tersenyum sinis"Cepat angkat kaki dari rumahku, sebelum kesabaranku benar-benar habis" Zefran menekan kata-katanyaWanita tua itu berjalan mendekat ke arah Zefran, tangannya berniat menyentuh wajah tampan milik pria bermata emerald itu, namun dengan cepat Zefran menepisnya"Jangan menyentuh ku dengan tangan kotormu" Zefran menepis kasar tangan wanita tua itu"Maafkan Ibu Nak, saat itu Ibu benar-benar tidak bisa hidup dengan penuh kemiskinan bersama Ayahmu, sungguh Ibu menyesal pernah meninggalkan tanggung jawab Ibu, Ibu mohon maaf" Ucap wanita tua itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinyaNadzira yang mendengar hal itu merasa sangat terkejut, berarti wanita yang Ia suruh pergi ternyata benar adalah ibu mertuanya."Maaf? Apa denga
Sinar matahari mulai menyeruak memasuki celah jendela kamarnya, burung-burung berkicauan saling menyahut satu dengan yang lainnya, membuat pria yang berbaring di sampingnya bangun terlebih dahulu. Zefran merasakan pegal di bagian tangannya karena ternyata semalaman ia menjadi kan lengannya sebagai bantalan ternyaman bagi Nadzira, Zefran memperhatikan wajah teduh Nadzira yang sedang tidur terlelap tanpa terganggu dengan pergerakan Zefran. Cantik, satu kata itu yang melintas dalam pikirannyaZefran memilih pergi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Nadzira mengerang. Aneh, ia merasa tidurnya sangat nyenyak bahkan rasanya berbeda dari hari-hari biasanya, Nadzira meraih benda pipih yang terletak tidak jauh dari tempat tidurnya. "Astaghfirullah, aku bangun kesiangan, pasti Pak Zefran menunggu sarapannya" ucap Nadzira bangun dari tidurnya dan segera berlari menuju dapur tanpa memperhatikan penampilannya yang masih sangat berantakanNamun karena kurangnya hati-ha
Darah segar mengalir dari sekujur tubuh Nadzira yang tergeletak di jalanan, tangan, pipi bahkan anggota tubuh yang lainnya lecet parah, akibat hantaman mobil yang benar-benar melaju dengan sangat kencang.Zefran langsung bersimpuh dan membawa kepala Nadzira dalam pangkuan nya, "Nadzira bangun, jangan tutup mata kamu kita kerumah sakit sekarang, bangun Zira, kamu harus bangun". Zefran terus saja meminta Nadzira untuk membuka matanya, padahal dia tahu sendiri bahwa wanita itu sudah memejamkan matanya Zefran ketakutan melihat kondisi Nadzira sekarangHampir 6 jam berlalu, namun belum ada tanda-tanda Dokter yang menangani Nadzira keluar, membuat Zefran semakin khawatir Zefran menunggu di depan ruangan IGD dengan di temani Darwin dan juga Karina. Mereka bertiga hanya diam membisu membuat suasana di selimuti ketegangan"Berdoalah, semoga Nadzira baik-baik saja" ujar Darwin melihat kekhawatiran di wajah Zefran"Apa aku pernah melakukan hal itu? Bahkan aku sudah lupa caranya" ucap Zefran deng
DegZefran merasa tertampar dengan semua penuturan Nadzira, gadis itu selalu saja sukses memporak-porandakan perasaan nya Zefran berdiri di balkon kamarnya dengan menikmati angin malam yang dingin tak lupa sebotol minuman haram itu kembali menemani malam nya.Berbeda dengan Nadzira di sepertiga malam itu Nadzira melawan lelah untuk beribadah, bacaan Al Qur'an nya masih kurang satu juz lagi, betapa beratnya untuk Istiqomah dalam menjaga hafalan dengan selalu memurojaahkan hafalannya. Nadzira berdiri tegap memurojaahkan hafalan Qur'an nya dalan shalat malamnya. Cukup lama ia bersujud mengutarakan segala isi hatinya pada Allah yang maha mendengar segala keluh kesahnya, dengan begitu Nadzira merasakan ketentraman dalam hati dan juga jiwanya di karenakan sebaik-baiknya tempat bercerita ialah pencipta Nya."Hanya kepada Allah aku mengadukan segala kesusahan dan kesediaan ku(QS. Yusuf 86)"Matahari bersinar terang menyambut pagi dua insan yang sedang sibuk pada urusan masing-masing, Nadzira
Sarapan telah tersedia dan juga tersusun rapi di atas meja, pagi ini Zefran sarapan di temani oleh Darwin asisten yang baru menampakkan diri setelah selesai menikmati liburannya di Bali, tanpa memikirkan pekerjaan Zefran yang menumpuk akibat ulahnya, ya meskipun Ia juga pasti butuh healing setelah sebulan penuh kerja bagaikan kuda yang tak kenal kata lelah."Pastinya penglihatan Lo udah sangat-sangat jernih sekarang, secara sudah puas melihat wanita-wanita seksi disana" ujar Zefran dengan senyum sinisnya"Oh! Sudah pasti, aku bahkan hampir lupa pulang" timpal Darwin menggoda Zefran"Dan ku pastikan akan menendang mu dari perusahaan ku" Lanjut Zefran dengan terus mengunyah sarapan dengan lauk kesukaannya itu"Masakan Nadzira memang tiada duanya, besok-besok aku akan lebih sering sarapan kesini, lumayan gratis" Ucap Darwin memuji masakan Nadzira sekaligus ingin melihat reaksi dari sahabatnya ituZefran mendengus kesal, kalau saja dirinya tidak membutuhkan Darwin sudah pasti laki-laki ya
Takdir itu milik Allah, tetapi usaha dan doa itu milik kita, teruslah berusaha, berdoa dan juga bersabar pada setiap ujian yang kita jalani semua hanya tentang waktu, tunggulah dan tolong jangan menyerah atau berubah hingga sampai Bismillahmu menjadi Alhamdulillah. Zefran mengusap kasar wajahnya, sungguh dia sendiri pun merasa bingung pada dirinya bagaimana bisa dia marah hanya karena Nadzira berniat ingin membantu nya. "Sial! Kalau wanita itu sakit hati, itu bukan urusan ku, biarlah dia tersiksa karena pilihan nya sendiri mau menikah dengan ku" monolog ZefranSementara Nadzira mencoba melupakan kejadian itu, kini dirinya sibuk membersihkan tanaman bunga yang dia rawat di pelataran rumah mewah milik Zefran dan memetik bunganya untuk dia bawa ke suatu tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi setelah menikah dengan Zefran. Langkah kaki penuh haru sekaligus terasa berat untuk memasuki sebuah lahan sunyi yang hanya menampilkan jajaran batu nisan dengan taburan bunga di atasnya, namun me
Zefran duduk terkulai lemas di bangku kebesarannya, hari ini dia merasa sangat kelelahan padahal biasanya staminanya cukup kuat meski harus bolak-balik ke luar kota demi mengurus cabang-cabang pusat perbelanjaan yang akan dia bangun di setiap kota-kota besar yang ada di Indonesia.Zefran termenung, banyak hal yang dipikirkannya terutama tentang hubungannya dengan Nadzira yang semakin renggang. Nadzira menjadi lebih menghindarinya bahkan setelah selesai mengerjakan segala pekerjaan rumah Nadzira akan menghabiskan waktunya berdiam diri di dalam kamarnya dengan Al-Qur'an yang selalu menemaninya tak jarang Zefran mendengar Nadzira mengaji dengan suara indahnya di saat dia pulang tanpa sepengetahuan Nadzira."Astaga, apa yang terjadi dengan wajah tampan mu itu? Lihat saja sudah seperti pakaian yang tidak di setrika seminggu lamanya" Ucap Darwin yang tiba-tiba datang membuat Zefran terkejutZefran mendengus kesal melihat asisten sekaligus sahabatnya itu datang tanpa mengetuk pintu yang suda