"Ma yi shang shu, Bu!!" jawab Syilla spontan.
"Oh ya, ma yi shang shu. Setahu Ibu bukannya itu masakan kesukaan--"
"Ibu--" potong Syilla sambil mengeleng-ngeleng lemah sambil melirik Izzuddin yang tampak curiga, tapi lelaki itu tetap terlihat tenang berlagak bodoh.
Izzuddin menggenggam erat tangan mungil Syilla, seraya meminta penjelasan, tidakkah cukup penderitaan dan kebohongan yang perempuan mungil itu berikan kepadanya? Kenapa masakan kesukaan lelaki masa lalunya yang tadi ia sajikan kepadanya? Apa Syilla tidak memikirkan perasaannya lagi? Melihat ketegangan antara putrinya dan menantunya, akhirnya Ibu Nia mencairkan situasi hanya dengan basa-basi.
"Hm.. daripada diam-diam seperti ini, bagaimana jika kita makan bareng saja?"
"Ah, terima kasih, Bu! Kami sudah makan kok, lagi pula habis ini kami ada janji dengan Queen, katanya Syilla kangen sama Queen. Benar 'kan, sayang?" Tolak lelaki
Sebelum hari pernikahannya nanti, ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya diawal hari, jika tidak! Ayahnya akan memundurkan tanggal pernikahannya. Oh, No! Izzuddin tak bisa membayangkan jika Syilla dinyatakan positif sebelum pernikahan, Ayah Jem akan marah besar padanya, lebih baik ambil jalur aman saja. Karena jam becker diatas nakas menunjukan pukul 2 lebih 30 menit, Izzuddin beranjak untuk melaksanakan sholat sunnah sambil menunggu adzan subuh berkumandang. Kini lelaki itu sedang berada dimushola khusus keluarga Elbarak yang dibangun disamping mansion. Wajah tampannya yang sudah terbasuh air wudhu', kini tampak berseri-seri karena kehikmatan yang tuhan berikan padanya. Izzuddin menyambut adzan subuh dengan bacaan beberapa ayat Al-qur'an untuk menenangkan dirinya, mengobati hatinya yang sedang terluka, hingga adzan subuhpun tiba. Terik matahari pagi kini memunculkan sosoknya, cahayanya yang terasa h
Sehabis mencuci piring dan beres-beres meja makan, Syilla segera menyusul lelakinya dikamar tapi tak ada ternyata lelaki itu berada gazebo taman belakang mansion. Terlihat Izzuddin sedang asyik main game disana, calon daddy muda kok lama-kelamaan terlihat seperti bocah ya, kelihatannya. Lihatlah yang biasanya tidak suka main hape kini malah duduk manis di gazebo, mata elangnya lurus menatap layar dengan posisi ponselnya di miringkan, untung yang punya nggak ikut miring. "Kak.." panggil Syilla sambil duduk didekat lelaki itu. "Hm." Dehem lelaki itu acuh, karena atensinya sudah direbut game-nya yang saat ini lebih menarik daripada wanitanya. "Kak Izzu.." rengek Syilla manja. "Hm." Dehemnya lagi, Syilla melotot kesal ketika mendengar jawaban itu, membuatnya panas luar-dalam aja. Perempuan itu mengerutu kesal sambil merencanakan sesuatu, seketika gadis itu tersenyum misterius. &
"No, don't call baby, Okay. I'm not baby." protes Syilla kesal, tapi tetap memeluk boneka-nya gemas. Terlihat boneka itu bergerak memeluk lengan kecil Syilla dengan lembut. Setahun lamanya bersahabat dengan benda mati tapi bisa berbicara juga selalu mengerti posisinya, membuat Syilla tak mau lagi meninggalkan sahabat bonekanya itu. Sehingga keduanya berlarut akan ikatan persahabatan absurd. DRR...DRR... Tiba-tiba ponsel Syilla berdering, perempuan itu segera mengambil ponselnya yang ia letakkan diatas nakas bersebelahan dengan ponsel milik Izzuddin. Gadis itu melihat layar dan tertera nama 'My Mom' disana, membuat gadis itu mengenyit bingung, tak biasanya Ibunya itu telepon dia. Biasanya langsung telepon Izzuddin, karena Syilla sering memegang ponsel Izzuddin buat permainan atau sekedar selfie kalau moodnya lagi bagus, terbukti galery Izzuddin full akan fotonya. "Ibu?" "Angkat saja, Syilla. Siapa tah
Dua pasang anak manusia itu kini berjalan menuju garasi, seketika Syilla mengenyit bingung karena ada mobil sports merk buggati vernon hitam berhenti didepannya, gadis menatap bingung mobil itu karena-- 'Mobil ini, kok sama dengan punya-' gumannya bingung. "Pulang atau--" "Eh, iya-iya." Dengan cepat Syilla naik mobil itu, dengan fikiran berkecamuk, untuk memastikan keganjalan di otaknya. Gadis itu menutup mata sejenak sambil menghirup aroma yang ada di mobil itu, tapi naas hanya ada maskulin milik Izzuddin dan miliknya saja. Jadi-- Izzuddin yang tetap fokus menyetir samar-samar tersenyum misterius. Kini mobil mewah itu keluar dari gerbang Mansion Elbarak dan meluncur kearah selatan membelah jalan dengan kecepatan diatas rata-rata, dengan lihai Izzuddin mengendari mobilnya. Syilla yang sudah terbiasa hanya bisa melirik Izzuddin penuh penyesalan karena sudah mencurigai lelaki itu. "
"Maksud Kakak, bayi ini seperti bayi kita sendiri. Lihatlah wajahnya saja ada kemiripan dengan Kakak. Padahal bayi kita belum lahir, tapi serasa lahir duluan. Kakak masih belum manjain kamu saat ngidam nanti bagaimana? Belum nemenin kamu lahiran juga? Tetapi ketika melihat bayi ini, Kakak ngerasa ada sesuatu yang belum Kakak rasain." "Bayi kita yang mana, Kak? Syilla saja belum tentu hamil, tapi Kakak sudah memikirkan hal sejauh itu." Syilla tersipu malu dengan ucapan Kekasihnya itu. "Disini, pasti sudah ada dedeknya." ucap Izzuddin mantap sambil mengelus lembut perut rata wanitanya, cepat-cepat Syilla menepisnya. "Ih, apaan sih! Belum ada kali." "Pasti ada, cuma masih proses peleburan--" "Ihh.. ngomong apaan sih, jangan sembarangan." "Okay-okay, kamu tadi minta izin Kakak mengadopsi bayi ini, kan? Lalu, apa dia punya orang tua, hm?" "Hm, sebenarnya Darrell Baby punya Oran
Suara ketukan pintu kamar Syilla, tiba-tiba menganggu kesenangan Izzuddin yang sedang asyik bermain dengan sang putra. Syilla yang sudah memantapkan hatinya melawan Darren dan keluarga Huang Fu untuk memperjuangkan kepemilikan atas Bilal. Kini beranjak membuka pintu setelah mendapat lirikan tajam dari Izzuddin yang kesal kegiatannya diganggu. Fakta baru jika Izzuddin kini berubah draktis ketika kehadiran Bilal dalam hidupnya, lelaki itu seperti tak suka jika ada yang mengganggunya, saat sedang bermain dengan Bilal. Di bukalah pintu kayu berlapis triplek itu, menampakkan sosok Ibu Nia berdiri disana dengan tatapan khawatir. Syilla segera keluar kamar dan menutup kembali pintu kamarnya, tak lupa gadis itu tersenyum tipis agar Ibunya tak terlalu cemas. "Ibu, ada apa?" "Kenapa ditutup pintunya? Darrell didalam, kan? Ibu dengar bayi itu menangis tadi, soalnya waktu dia tidur, Ibu tidurkan di kamarmu." "Da-darrell sama Kak I
"Lebih baik kamu pulang sekarang, biar aku yang urus masalah ini. Sebelum Darren sendiri memecahkan kepalamu." Kun Lian mendesis dingin. Setelah menampar istrinya beliau langsung kembali tenang, sungguh Bapak dan Anak sama-sama triplek es kutub. Hanya saja Kun Lian baru kali ini mudah dibodohi istrinya sendiri. Sebagai seorang Ayah, beliau ingin yang terbaik untuk putranya tapi malah istrinya sendiri yang menciptakan skandal ini, menjadi terbelangkai hingga 20 tahun lamanya. "Tidak, suamiku! Aku tak mau pulang jika tidak bersama Darrell--cucu kita, Darren pasti mendukung Mamanya. Bukankah barusan jalang kecil itu berkata jika Darren lah yang memisahkan mereka berdua. Maka, mau tidak mau aku akan ambil Darrell secara paksa." Setelah ditampar cukup keras, Aneska masih berusaha menyudutkan Syilla dalam masalah ini. "Maka dari itu, suruh Kak Darren kemari. Biar saya yang bicara dengannya, karena yang berhak mengambil keputusan ini
"Kak Izzu milik Syilla juga, bukan milik Sabrina." Jawab Syilla tegas tak terbantahkan, membuat Izzuddin tersenyum dan langsung memeluk wanitanya penuh sayang. Bodoh jika dikira lebay, yang ia tahu saat ini hatinya bersorak bahagia. Dikatakan 'Bucin' biarin, bucin sama calon sendiri emang kenapa? Salah, sini maju! Biar dibotakkin rambutnya sama Izzu. -hehehe.. Tak terasa sudah jam 2 siang, Izzuddin dengan telaten menuntun wanitanya menuju kamar untuk istirahat, karena tadi Syilla sempat ngedrop gegara teringat kejadian pembunuhan yang dilakukan Darren dulu. Izzuddin menidurkan bayinya ditengah ranjang sementara Syilla tidur disisi kiri Bilal yang masih betah dengan wajah ceria karena Izzuddin terus menggodanya. Izzuddin tampak sangat bahagia ketika melihat tawa ceria Bilal, ini seperti mimpi baginya. Selang 15 menit bayi itu tampak menguap dengan telaten lelaki itu menimang-nimang sebentar sang putra hingga bayi itu terlelap, setelah memastikan Syilla
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d