DegJantungnya berdetak begitu kencang. Hatinya berdesir hebat saat melihat sosok wanita yang sangat mirip dengan Arini.Arini! batin Saka seakan tak percaya melihatnya.Spontan, Saka bergegas mencoba menghentikan pintu lift yang mulai tertutup.Saka tak bisa menghentikannya. Dengan cepat, jari jemari tangannya menekan tombol untuk mengejar Arini yang sudah lebih dulu turun ke bawah."Arini," gumam batin Saka senang bukan main melihat wanita yang ia cari akhirnya ketemu juga.Lift terbuka. Saka berlari mengejar Arini yang sudah tak terlihat lagi.Dengan nafas terengah-engah, kedua bola mata Saka berputar mencari keberadaan arini. Sesaat, ia menyeringai melihat jaket hitam, rambut terurai panjang berjalan menuju ke arah parkiran mobil.Saka berlari dan mencoba menghentikannya. Rindu yang tertahan kini mulai terobati akan pertemuan itu. Saka mendekap arini dari belakang."Arini, akhirnya aku menemukanmu!" kata Saka mendekapnya dengan erat dan tak mau melepaskannya lagi."Biarkan sepert
Saka menghela nafas panjang. Entah apa yang ada ia rasakan saat ini. Hatinya seakan bergetar seperti memiliki ikatan batin yang kuat dengan bayi berumur dua tahun tersebut."Trus, mana Arini, Ma?" Pertanyaan pak Broto membuat saka terkejut mendengarnya."Arini?" batin Saka bertanya. Bibirnya melipat mengimbangi rasa penasaran yang menghampiri dirinya."Arini lagi di dapur menyiapkan makanan untuk kita. Jadi, Andara ibu ajak ke sini!" tutur ibu Ratna seraya memegang tangan kecil andara.Saka menghela nafas panjang. Jari jemari tangannya tak berhenti mengusap ke arah leher untuk mengurangi rasa beban di pikirannya.Apa yang aku pikirkan? Tak mungkin juga jika arini ini adalah ariniku. Apalagi mempunyai anak yang mungkin berumur dua tahun lebih! kata batin Saka menatap ke arah bayi kecil itu.Saka beranjak dari duduknya dan berniat untuk pergi ke rumah sakit."Kalo begitu saya pamit dulu, ya, Bu, Pak. Pokoknya, pola makan bapak harus tetap terjaga. Itu saja!" kata Saka mengambil tas kerj
Air mata arini menetes begitu saja. Hatinya terasa sangat sakit saat kata-kata itu terucap dari mulut Saka.Apa kamu akan bicara seperti itu, jika kamu tau apa yang sebenarnya terjadi padaku? batin Arini bertanya.Arini menunduk dan terdiam mendengarkan uneg-uneg saka pada dirinya. "Arini, apa selama dua tahun ini tak pernah sedikitpun kamu memikirkanku? Apa kamu tak ingin tau, apa yang terjadi padaku setelah kamu tinggalkan begitu saja?" tanya Saka yang sangat ingin tau jawabannya.GlekArini menegak salivanya dengan paksa. Rasanya terasa pahit mengimbangi rasa sesak di dadanya."Aku tau! . Dunia kita berbeda dan aku menyadari akan hal itu. Kamu mempunyai segalanya, jadi aku tak perlu mengkhawatirkanmu." Perkataan Arini membuat Saka terkejut setengah mati."Semudah itu kamu mengatakannya! Hah, apa ini benar-benar kamu?"Arini mencoba untuk tersenyum meskipun hatinya juga sama seperti Saka."Bukankah hari ini kamu harus kerja?" tanya Arini mengalihkan pembicaraan. Ia mencoba tegar de
"Sudah. Baru saja!" jawab Saka mencoba untuk tersenyum."Bagus dong! Jadi, kamu tak sia-sia untuk menetap di kota kelahiranku ini. Ya nggak?" Agnes sumringah sembari memainkan kedua alisnya."Dia sudah berkeluarga dan mempunyai anak!" jawaban Saka membuat Agnes seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Serius?" tanya agnes seakan tak percaya mendengarnya. Sejenak, ia mulai melangkah menghampiri sahabatnya yang terlihat sangat terluka. Sama seperti dirinya."Lupakanlah! Cari wanita yang bisa menerima kamu apa adanya dan benar-benar tulus mencintai kamu. Ok!" kata Agnes menepuk bahu lebar yang dimiliki saka."Rasanya jera untuk melakukannya!" Jawaban Saka yang membuat agnes spontan menepuk pundak sahabatnya itu."Bicara apa kamu ini? Kamu ingin seumur hidup menyendiri?" tanya Agnes menolak keputusan yang akan di ambil oleh Saka.Saka terdiam. Kata serampah yang keluar dari mulut sahabatnya itu membuat dirinya teringat akan kecerewetan Arini saat bersamanya dulu. Berbeda dengan sekar
Saka menegak salivanya dengan paksa. Entah kenapa, mendengar kemarahan arini yang terlontar membuat hatinya terenyuh dan merasa sangat kasian.Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka? batin Saka penasaran."Bener-bener! Berani sekali dia menceramahiku!" gegas Agnes yang mencoba mengejar Arini. Tapi, langkahnya kembali terhenti saat Saka menarik tangannya."Mau ke mana?" tanya Saka melepas tangan Agnes."Saka, aku ada urusan sebentar. Jadi, please ...," kata Agnes terhenti."Bukankah kamu menjamu semua dokter untuk makan malam denganmu? Kenapa kamu malah pergi begitu saja? Bagaimana jika kamu berada di posisi mereka?" Pertanyaan Saka yang membuat Agnes diam seketika."Kembalilah! Jadilah pemimpin yang sesungguhnya!"Agnes menghela nafas panjang. Dengan langkah tak bersemangat, ia menuruti apa yang terlontar dari mulut sahabatnya itu.Arini menggerutu tiada henti seorang diri di dalam mobil. Tubuh yang lelah, Hati yang terluka seakan menyatu jadi satu saat boom itu meledak dari mulut A
Arini melangkah menghampiri dan tepat berdiri di belakang orang tersebut."Selamat pagi, Kak. Saya Arini, orang yang kakak tolong tadi malam. Saya sangat berterimakasih sekali karena kakak ...," kata Arini terhenti saat Saka berbalik ke arahnya."Bagaimana keadaan kamu sekarang? Apa sudah mendingan?" tanya Saka yang membuat Arini tak mampu menegak salivanya sendiri.Arini terdiam. Mulutnya seakan terkunci rapat saat pertanyaan dan perhatian itu mengarah kepadanya. Seseorang yang dua tahun dulu selalu ada untuknya kini benar-benar menjadi superheronya lagi."Arini," panggil Saka membuyarkan lamunannya.Arini berpaling sejenak dan mengumpulkan sekuat tenaga untuk menghadapi lelaki yang membuat hatinya berdesir hebat. "Apa kamu baik-baik saja?" Suara khas Saka membuat jantung Arini berdetak begitu kencang. Rasa gugup berkepanjangan mulai menghampiri dirinya saat suaranya terdengar semakin mendekat ke arahnya.Arini menoleh dan memberanikan diri untuk menatap sosok lelaki yang kini berdi
"Ya, dia juga bilang. Dia adalah orang yang menolong kamu!" jawaban ibu membuat Arini terkejut setengah mati."Dia?" tanya Arini memastikan. Ibu Dara terkekeh melihat Arini yang sangat syok dengan ucapannya yang asal bicara."Kenapa ibu malah ketawa?" tanya Arini bingung seraya melipat bibir mungilnya yang merah tanpa lipstik."Kamu sangat lucu sekali kalo syok seperti itu. Kelihatan sangat manis!" puji ibu memegang lembut tangan Arini."Ibu," keluh Arini."Maafkan ya, ibu hanya bercanda. Lagian, emang kalo yang menemukan handphone kamu itu adalah orang yang menolong kamu emangnya kenapa? Bukankah dia orang yang baik? Kenapa kamu syok seperti itu?" Pertanyaan ibu benar-benar membuatnya berpikir lebih ekstra untuk menjawabnya.Arini menghela nafas panjang. Bibirnya sedikit melipat seraya melirik ibunya yang masih saja menatap dan menanti jawaban darinya."Bu-kannya begitu, Bu. Kalo emang handphone arini ada di tempat orang yang menolongku, kenapa dia tidak langsung memberikannya pada
Tanpa sepengetahuan Galuh, Arini menghampiri suster yang mengantar karyawannya tadi."Sus, apa tak ada ruang vvip yang harganya di bawah ini?" tanya Arini menatap Galuh yang sangat menyukai tempat tersebut.Suster itu tersenyum. "Ibu, ibu tidak perlu khawatir. Semua biaya kakak tadi sudah di tanggung oleh dokter Saka!" kata suster itu mengejutkan arini."Dokter Saka?" tanya Arini dalam hati. Ia seakan tak percaya mendengar penuturan dari suster yang umurnya jauh lebih muda darinya itu kalo dokter Saka lah yang membiayai rumah sakit tersebut. Lagi dan lagi, Saka masuk ke dalam hidupnya kembali.Kenapa sejak bertemu dengannya, dia selalu muncul dalam kehidupanku? tanya arini dalam hati. Arini menghela nafas panjang. Bibirnya melipat sembari menatap ke arah lorong VVIP yang memang sangat berkelas itu.Dia masih sama seperti dulu, tak tanggung-tanggung memberikan yang terbaik buat .... Eh, tapi tunggu! Kenapa dia memberikan fasilitas terbaik ini buat Galuh? Apa hubungan mereka? tanya Ar