"Orion, please..."
"More?"
"Yes. But not tonight. Kita harus segera pergi."
"Oh, no. I want to wake up here with you!"
"Lain kali saja. Ayolah, jangan sampai aku berubah pikiran dan tak mau ikut lagi.."
"Well, kita harus menemani anak-anak itu. We can't change their minds, anyway."
Mereka tak bisa berlama-lama melakukan kenikmatan khusus suami istri yang satu itu karena waktu hampir menunjukkan pukul 12 malam. Orion mau tak mau menyudahi semua, bergegas membenahi diri sebisanya lalu mengucap salam kepada Rani, "Terima kasih... Bersamamu benar-benar telah membuatku lupa diri dan waktu. Kita tak bisa berlama-lama di sini. Aku duluan. Kau janji segera menyusulku, Sayang?"
"Baiklah! Be careful!"
"You too! Jangan lupa bawa ponselmu, walau mungkin kita takkan sempat atau bahkan bisa menggunakannya. Entah masih ada sinyal telekomunikasi atau tidak di Chest
Inner Chamber, tepat tengah malam.Dokter Kenneth Vanderfield belum lagi bisa duduk dan menikmati makan malam, padahal hari telah berganti. Ia baru saja selesai memantau tamu-tamu Lady Rosemary yang tiba walau tak diizinkan mengecek kesehatan mereka. Dari jauh didaftarkannya mereka, mencatat data diri sekadarnya, lalu mengizinkan semua berlalu ke dalam kemah masing-masing.'Hah, sebetulnya semua itu melanggar prosedur kesehatan terminimal sekalipun. Masuk sebegitu mudahnya ke lahan Delucas yang kini mungkin adalah satu-satunya 'safe haven' alias 'comfort zone' di area Chestertown? Kemungkinan besar Rose memiliki hutang budi atau perjanjian rahasia yang tak ingin ia bocorkan! Astaga, sebenarnya sama sekali bukan urusanku, tetapi aku ingin tahu! Besok akan segera kuselidiki! '"Dokter, maaf mengganggu Anda! Kelihatannya subjek reanimasi Russell mulai merasa lapar!" lapor seorang staf kepada si dokter yang masih asyik mengamati jika ada perubahan-perubahan pada set
"Sejujurnya, aku tak yakin jika mereka semua masih hidup..." ungkap Orion dengan suara sangat pelan hingga hanya Rani yang bisa mendengar. "Tak ada jalan lain? Apa kita harus melewati mereka, Sayang?" "Ya, ini jalan satu-satunya, dan aku takkan berbuat bodoh lagi seperti waktu itu. Walau kali ini kita mengenakan perlengkapan dengan prokes lengkap, tak ada jaminan jika kita 100 persen aman dari Octagon..." Orion memalingkan wajah ke Leon yang masih berada di sebelahnya, "Anak Muda, dalam hitungan 3, 2, 1 disusul aba-abaku, kita bersama-sama pacu sepeda motor secepatnya melewati mereka, siapapun dan apapun mereka... Jangan menoleh dan berhenti. Apapun yang terjadi, bertahanlah!" "Siap..." "Apakah semua akan tetap aman?" Grace meringis. "Ready or not, here we come! Pegangan yang erat, Dik!" Leon juga berdoa dalam hati. Orion mulai menghitung, suaranya kali ini cukup keras, "Three, two, one..." Kedua pemuda itu menyalakan mesin dan lampu depan sepeda motor mereka kembali sementara
Akhirnya Orion dan ketiga rekan sepetualangannya tiba di depan gerbang ganda utama mansion Delucas yang gelap gulita. Suasana sangat sunyi. Nyaris tak ada penerangan di sekitar jalan masuk. Lady Mag tentunya sangat berhati-hati agar tak ada yang tahu jika ia tinggal seorang diri. "Astaga, aku sudah lupa di sini masih ada Lady Mag, seharusnya mama sedari awal mengajak beliau pindah ke mansion kita!" Grace berbisik pelan ketika Orion turun dari sepeda motor untuk membuka kunci pintu gerbang ganda. "Ya, mama kita memang kadang tak punya hati. Sudah lama bersahabat dan kini juga berhubungan keluarga namun lupa jika Lady Mag adalah ibu kandung Papa Orion..." Leon setuju, "Papa Orion, Anda harus mengajaknya kembali ke mansion kita! Aku tak ingin kita turun kemari menjenguk setiap hari dan melewati tantangan seperti tadi, walaupun menurutku itu sangat seru!" "Mungkin ibuku takkan mau tinggal serumah dengan ibu kalian. Lady Mag tak mau merepotkan sahabatnya sendiri, keluarga Brighton juga b
"Hah? Bagaimana mungkin? Papa Orion dan Nona Rani? Sungguh keterlaluan! Kali ini kau terlalu mengada-ngada dan berlebihan!" Grace hampir saja tertawa lepas mendengar opini liar yang dilontarkan kakak lelakinya itu. "Bisa saja. Mereka cantik dan tampan. Kelihatannya mereka cocok dan juga punya 'chemistry', suka atau tidak, kuakui aku merasakannya!" "Mama kita sudah menikahi Papa Orion dan mereka tentunya sudah terikat! Papa Orion tentunya pria muda yang setia, jika tidak, mama kita takkan memilihnya menjadi pengganti papa kandung kita..." "Jangan terlalu naif, Dik! Kita belum mengenal Papa Orion dengan baik, begitu pula mereka berdua. Terus terang, kurasa belum ada cinta tumbuh di antara mama kita dan Papa Orion!" Leon menambahkan. Bagaimanapun ia merasa jauh lebih lega setelah mengeluarkan satu uneg-uneg. Meskipun satu lagi ia takkan pernah ungkapkan, mengenai 'crush'-nya dengan Rani! "Uh, seolah-olah kau ini iri juga. Mungkin sudah saatnya kau cari pacar baru, Kak!" Grace belum me
"Astaga. Rani, mari kita coba untuk tetap tenang, oke? Jangan bersuara dan jangan bergerak." Orion berusaha tetap mengamati semua yang terjadi di luar sana walaupun pencahayaan sangat minim.Bagaikan parade atau karnaval, dalam remang cahaya rembulan beberapa sosok besar kecil terhuyung-huyung melintas sendiri-sendiri di jalan raya dan trotoar SOHO. Rombongan survivor, atau mungkin sekali 'mereka yang pernah menjadi manusia' alias korban reanimasi! Zombie! Baik Orion maupun Rani sudah beberapa kali bertemu langsung walau kali ini sangat berbeda. Lebih banyak, belasan, dua puluhan, entah dari mana menuju ke mana!Ada yang sangat lambat berjalan karena sudah terluka, sebaliknya banyak yang masih sangat gesit. Mereka tak sepenuhnya asal berkeliaran seperti dalam adegan film-film horor zaman dahulu. Beberapa sepertinya masih 'setengah sadar' dan sibuk mencari-cari sesuatu."Oh, mungkin itu sebabnya tong-tong sampah terguling dan banyak barang di jalan raya berserakan... Mereka pasti mengai
Orion tahu Rani sangat cemas, segera ia berusaha menenangkan, "Hanya ada satu masalah, ada seorang anak tanggung seusia Grace. Tenang saja, tak usah takut. Mari kita coba keluar tanpa keributan! Senjata ini takkan kugunakan, kurasa aku akan menyimpannya saja, oke?" bisik Orion setelah berjongkok lagi, tak ingin membuat Rani panik. Ia tahu setiap langkah dan keputusan yang diambil akan sangat menentukan nasibnya dan Rani. Siapa tahu apa yang akan diperbuat sosok remaja itu, apakah ia berbahaya atau sebaliknya? "Baiklah. Aku setuju! Tetapi jangan simpan dulu bet itu, pegang saja hingga yakin aman." Rani merasa jika pendapat Orion benar. Berbuat ceroboh apalagi menimbulkan suara berlebihan hanya akan memanggil kawanan zombie tadi datang kembali. "Baiklah, maybe we'll need it just in case. Sekarang kita bergerak. Anak itu sedang asyik makan, semoga saja ia tak mendengar atau melihat kita. Keluar sendiri-sendiri, segera berlari menuju sepeda motor. Kau masih ingat di mana kita parkir? I m
'Astaga. Ini dia momen yang kutunggu-tunggu! Secepatnya aku akan masuk ke kompleks dan bersembunyi di manapun hingga aku berhasil... menyampaikan... ini... Orion Brighton, semoga Tuhan mengampuniku karena kurang mengasihi dan gagal menjaga nyawaku sendiri. Akan tetapi demi dirimu dan Maharani, aku rela...'Mendekat untuk melihat, kini sosok terinfeksi itu bisa mendengar dari jarak tak seberapa jauh, tepatnya dari kamp Edward Bennet, para tamu 'pencari suaka' mengeluhkan padamnya lampu. Terpaksa kembali menyalakan senter, lampu minyak dan lentera berbaterai isi ulang yang entah akan bertahan sampai kapan."Astaga, baru saja berhasil keluar dari kota mati, sekarang di sini gelap lagi!""Semoga aman! Rev. Edward Bennet telah menjamin kita bahwa kompleks Delucas memiliki segalanya!""Berharap saja tak ada zombie di dalam sini..."Sosok misterius terinfeksi itu hanya bisa mendengarkan semua percakapan itu dalam diam, 'Sayangnya, kalian salah besar! Aku sewaktu-waktu akan berubah dan bisa sa
Lady Magdalene dan kedua remaja Delucas yang berada dalam mansion Brighton belum mengetahui semua yang terjadi di luar sana. Meski sempat tertidur sesaat; Leon dan Grace di sofa, Mag sendiri di kamarnya, hanya sekitar satu hingga dua jam saja ketiganya bisa terlelap saking lelah.Entah rasa penasaran atau mimpi buruk apa yang kemudian menyentakkan mereka satu persatu kembali ke alam nyata. Grace tak terbiasa tidur di tempat selain kamar sendiri, ia yang pertama terjaga, nyaris seperti tersentak dibangunkan kekuatan tak terlihat."Pukul berapa ini? Sudah menjelang fajar? Kelihatannya Nona Rani dan Papa Orion belum juga kembali! Astaga, mereka sudah pergi lama sekali. Apa sebenarnya yang mereka lakukan di kota?" Ia mencoba menelepon ponsel Rani dan Orion. Sayangnya, tak ada sinyal. Kemungkinan besar memang operator selular di Chestertown juga sudah tak berfungsi."Leon, bangun! Papa Orion dan Nona Rani tak bisa dihubungi dan mereka juga belum kembali dari Chestertown!"Leon sebenarnya en
"I won't ever forget you, Orion. Begitu pula Rani. Kalian berdua akan kuingat selama sisa hidupku!"Bunker itu cenderung nyaman, malah terkesan elegan-mewah. Segalanya tersedia; listrik, bahan pangan, obat-obatan hingga fasilitas bintang lima lainnya. Sangat berbeda dengan dunia atas yang bertambah tak karuan. Lab Barn masih terbakar hebat. Entahlah dengan Kompleks Delucas yang barangkali mulai porak-poranda. Di lokasi bawah tanah ini, Lady Rosemary Delucas terpacak bersama puluhan survivor. Kedua anak kandungnya mengalami luka parah. Entah bagaimana kondisi Leon dan Grace yang sedang berjuang mempertahankan hidup. Mereka masih dalam perawatan darurat staf Lab Barn yang selamat dan ikut turun bersama penghuni Kompleks Delucas lainnya. Lady Rosemary belum mampu menjenguk mereka, batinnya masih sangat terguncang."Aku berjanji, suatu hari nanti akan keluar dari sini dan melakukan pembalasan, Orion, Maharani, Magdalene! I won't ever forget you all, just wait and see!"**********Beberapa
"Bagaimana sekarang, Orion?""Lari, Rani. Mungkin ini tindakan pengecut, tapi kita memang tak punya apa-apa, tak bisa melumpuhkan makhluk ini. Meskipun aku masih punya ide...""Tuan Dokter! Mengapa Anda malah berbuat ini?" Wanita misterius yang mengantarkan Kenneth turut terkejut."Tak usah ikut campur. Terima kasih telah mengantarkanku kemari, tetapi kau juga kini tak kubutuhkan lagi! Saksikan saja pertunjukannya dan semoga terhibur. Lazarus, go go go. Kejar mereka. Lakukan apapun yang kau inginkan. I don't care. Ha ha ha ha ha!" Kenneth tak menghiraukan, hanya tertawa-tawa."Rani, kita segera keluar dari Kompleks Delucas. Mungkin kita harus berkorban, namun tidak di sini. Kita giring Lazarus sejauh mungkin... Segera, ke sepeda motorku!""Ba-ba-baik..." Rani setuju, "Cepat! Namun bagaimana dengan Anda, Ma'am?" Ia masih sempat-sempatnya bertanya kepada wanita pengantar Kenneth."Aku akan baik-baik saja, just leave. Aku belum sempat mengenal Anda berdua, Nona. Namun aku yakin kalian ora
"Ka-kami-kami bukannya tak mau membukakan pintu untuk Anda, Ma'am, tapi kami khawatir jika para penghuni kompleks ini sampai keluar dari sini. Di dalam sini mungkin sedang 'chaos', tetapi di luar sana, dunia juga sedang berakhir. Lady Rose tahu hanya Kompleks Delucas yang masih punya banyak cadangan sumber daya. Sangat berbahaya apabila dunia luar sampai tahu semua ini, juga apabila mereka memutuskan untuk kembali... Maka beliau dengan tegas melarang..."Alasan panjang lebar petugas jaga itu tak bisa diterima Sang Wanita Misterius. Diam-diam dalam genggaman tangannya ada sepucuk handgun, yang ia keluarkan dan acungkan ke petugas di balik gerbang ganda besi. "Tuan, Anda pilih, nyawa Anda atau buka gerbang ini sekarang juga!"Petugas itu gentar seketika. Meskipun ia patuh pada titah Lady Rose, ia tak mampu menyangkal ia pun takut kehilangan nyawa. "Ba-ba-baiklah!"Tak lama, pintu gerbang terbuka setelah barikade-barikade disingkirkan. Para survivor yang tak sabar hendak keluar seketika
"Jika tidak kulakukan sekarang juga, sesungguhnya aku takkan pernah bisa 'beristirahat dengan tenang' walau dalam bunker nyaman penuh pangan dan segala kebutuhan hingga akhir zaman!" monolog Lady Rosemary sambil menggenggam erat sesuatu dalam saku kanan jubahnya."Mama!" Grace segera pergi dari sisi Rani dan tiba di sisi Sang Bangsawati, belum menyadari apa yang ibunya akan lakukan."Grace, kau pulang juga! Cepat, tunggu apa lagi? Segera masuk ke bunker utama bersama kakakmu yang sudah berada di sana untuk dirawat! Jangan habiskan waktumu di sini!" tepis Rose saat putrinya berusaha memeluk seperti tadi Grace lakukan pada Rani."Ta-ta-tapi Mama juga harus ikut, aku kembali karena menurut titah Papa Orion! Ayo, Ma!" Grace merengek dan meraih lengan ibunya, menarik ke arah bunker. Namun Lady Rose teguh bertahan, "Kau saja dulu, masih ada urusan Mama yang belum selesai di sini!"Suatu firasat buruk tetiba menghinggapi Grace. Ibunya tadi sudah mengeksekusi Edward Bennet Si Pendeta Pengkhian
Orion tak perlu memastikan bahwa ia sedang berhadapan dengan sosok yang mungkin akan menjadi lawan pamungkasnya. Mungkin juga hal terakhir yang dilihatnya di dunia ini. Bukan teman, bukan musuh, bukan siapa-siapanya. Akan tetapi pada titik ini hanya ada satu yang akan selamat, entah dirinya sendiri atau..."Lazarus!"Sosok pria beranggota tubuh asimetris tinggi besar yang keluar dari dalam kobaran api itu sedang terbakar hebat. Namun tubuh hangusnya seolah-olah takkan pernah habis. Bagaikan boneka arang raksasa nan masih panas membara, ia melangkah perlahan. Semakin dekat ke tempat di mana Orion dan Grace berada.Orion berseru selantang mungkin, "Grace, tunggu apa lagi? Cepat pergi dari sini!""Tapi, Orion, aku... Ba-ba-baiklah, aku..." hampir pingsan karena sesak lahir batin, Grace tak mampu lagi menahan diri, "Orion, terima kasih, selamat tinggal, good luck!" Berurai air mata, Sang Putri Bungsu akhirnya berbalik dan angkat kaki secepat yang ia bisa."Terima kasih kembali, Grace, suda
"Anda harus menolongku, Ma'am! Sebab dunia ini , secara harfiah, sebenarnya berada dalam genggaman tanganku!"Kenneth tak tahu mengapa ia tiba-tiba saja mengatakan hal itu kepada wanita asing penyelamatnya, yang baru saja ia kenal. Ia teringat pada hal penting yang sedang ia kerjakan, sesuatu yang belum lama ini ditemukannya secara 'kebetulan'. Ia merasa harus segera menunaikan tugasnya, jika tidak...Wanita itu menggeleng, "Tidak mungkin, dan aku sama sekali tak mengerti. Apa maksud Anda, Tuan?""Aku sesungguhnya seorang dokter, ilmuwan yang secara rahasia turut bekerja sama dengan EHO, sayangnya vaksin untuk mencegah Octagon-33 belum sempat kami temukan dalam waktu sesingkat ini! Virus kali ini jauh lebih sulit dan ganas daripada Virus Hexa-19. Seiring penelitianku, aku berhasil menemukan antivirus sebagai pengganti peluru dan cara membunuh zombie! Seiring itu, kemarin aku bahkan menemukan suatu cara lagi untuk 'menghidupkan' kembali zombie yang sudah mati! Hebat, bukan? Meskipun bel
Bagai tersadar dari mimpi, Lady Rose tersentak. Diturunkannya senjata, akhirnya tak jadi mengeksekusi wanita muda yang pasrah itu. "Walau seandainya Nona Maharani Cempaka tidak ada lagi, itu juga takkan bisa mengubah fakta jika kegilaan betul-betul terjadi! Cepat atau lambat, kita semua pada akhirnya akan mati!"Orion belum terlalu lega, namun ia sedikit banyak merasa harus bersyukur. "Rose, terima kasih. Meskipun kau telah mengelabui keluargaku, akan tetapi kurasa kau masih punya sebetik hati nurani dan kesempatan. Sekarang, kami mohon bawa Leon dan Grace pergi jauh-jauh dari sini! Kurasa memang sudah tiba saatnya semua kegilaan ini diakhiri. Walau dokter Kenneth tak hadir di sini, meski seharusnya ia yang bertanggungjawab atas segalanya, saatku telah tiba, aku rela menjadi pahlawan." Orion tahu bahwa tak ada pilihan lain. Di antara mereka semua kini hanya ia satu-satunya pria dewasa yang dapat menembak dengan jitu. Mungkin itu bisa menolong untuk beberapa saat, memperpanjang hidup s
"Nona Maharani Cempaka! Jika benar kau penyebab putraku Leon jadi terluka parah seperti ini, apalagi jika ia sampai mati, kau juga harus menanggung semua akibatnya!"Suara lantang Lady Rosemary Delucas itu membuat semua orang makin terdiam. Tak ada yang berani membantah kata-katanya. Senjata api dalam genggamannya takkan segan-segan ia kokang dan letuskan seperti saat mengeksekusi Edward Bennet, Sang Pendeta Gadungan."Tidak. Sebaliknya, kami malah berusaha keras menyelamatkan anak Anda. Sesungguhnya Leon hendak bunuh diri dalam misi 'Go Downtown for Hunting' yang gagal!" Rani akhirnya berhasil mengumpulkan segenap keberanian dan mengeluarkan semua uneg-unegnya.Sesaat dua saat Lady Rose terdiam, namun alih-alih terkesan, ia malah berseloroh, "Oh, jadi aku sekarang harus bersyukur, berterima kasih dan menyembahmu, wahai Ibu Guru Perebut Suami Orang?"Masih di bawah todongan Magnum 'istri pertamanya' itu, perlahan Orion berkata untuk membela 'istri keduanya', istrinya yang sejati, "Maha
Pintu ganda Lab Barn nan kukuh dan tinggi besar itu bergetar semakin hebat. Seseorang atau sesuatu sepertinya sedang mengamuk di baliknya. Terkunci di dalam, sepertinya para staf berhasil membuatnya kesal. Meraung-raung tak jelas sambil berusaha keras untuk mendorong dengan segenap tenaga, ia takkan berhenti sampai berhasil membobol jalan keluar satu-satunya!"Monster mengerikan macam apa sebenarnya yang ada di balik sana?" Lady Rose masih berusaha keras menyelidiki apa yang terjadi, menginterogasi staf-staf Lab Barn yang tampak sangat ketakutan itu."Tidak tahu, Ma'am. We're not really sure. Sebenarnya tak ada yang benar-benar tahu makhluk 'hidup' seperti apa di balik pintu itu. Dokter Kenneth Vanderfield pernah berkata bahwa ia berusaha menemukan vaksin. Namun bersamaan dengan proyek itu ia juga berhasil menemukan antivirus atau toksin yang bisa membunuh Virus Octagon. Ya, seperti senjata rahasia yang kini ia bawa ke misi pencarian bahan bakar di Chestertown itu. Sayangnya, ia menutu