"Oh, no!" Orion tak punya kesempatan lagi untuk mencegah apa yang berikutnya terjadi. Semuanya kini sudah terlambat!Seiring dengan kembalinya arus energi, pagar listrik itu kembali aktif. Semua yang bersentuhan dengannya otomatis..."Tidak, tidak, tidak!""Mimpi buruk! Ini hanya sebuah mimpi buruk, iya 'kan?""Astaga, tak mungkin ini betul-betul terjadi!"Semua yang berada di sekeliling lokasi itu hanya bisa menjadi saksi bisu. Isak tangis dan sedu sedan para penonton spontan memenuhi udara.Bukan hanya semua zombie yang berada di arena, semua petugas yang menahan pagar juga turut tersengat arus listrik yang tak terduga itu! Akibatnya sungguh dahsyat. Bukan hanya semua zombie koleksi dokter Kenneth -termasuk Russell- yang terpanggang, melainkan jatuh belasan korban jiwa dari pihak penjaga kompleks Delucas!Aroma sangit serta darah busuk kembali menguar. Korban di dalam dan di luar arena masih melekat pada pagar walau aliran listrik sudah dimatikan."Astaga! Ini sebuah tragedi! Ini di
"Kita sudah tiba. Sekarang semua turun dari bus, ingat selalu waspada, taati protokol kesehatan dan bawa semua perlengkapan yang ada; senjata tangan dan senjata api, jeriken-jeriken kosong sebanyak mungkin serta alat semprot kimia anti api!" Kenneth yang memimpin rombongan 'go downtown' menitahkan 19 orang lainnya termasuk Rani dan Leon untuk turun dari bus.Mereka semua turun dengan langkah ragu. Ditemani pencahayaan senter-senter seminim mungkin agar tidak menarik perhatian makhluk-makhluk apapun, akhirnya 'pasukan' turun satu persatu dari pintu belakang bus, membentuk barisan tunggal. Langkah Rani sedikit gemetar. Di belakangnya tubuh Leon menjulang tinggi, seperti siap untuk menjaga dan melindungi. Meski risih berdekatan, sang guru tak dapat menolak. Absennya Orion kali ini membuatnya sedikit merasa ada yang kurang. Mimpi singkatnya tadi juga sungguh aneh sekali. 'Orion dan semua orang di kompleks diserang zombie-zombie lepas? Sungguh aneh, tetapi tak mungkin terjadi! Semua zombie
'Aku yakin sekali jika Edward Bennet, si pendeta gadungan yang tak ada di sini, telah melakukan semua ini! Aku harus mencari informasi seakurat mungkin di pusat generator kompleks Delucas!' Malam itu juga Orion berangkat seorang diri ke pusat generator kompleks di mana beberapa orang kru masih menyelidiki kasus listrik yang padam lalu tetiba menyala kembali. Pemuda itu segera tahu jika ia tak dapat menuduh siapa-siapa. Mereka yang berjaga pada shift itu mengaku tak ada yang aneh, semua terjadi begitu saja. "Mungkin hanya kesalahan teknis, Tuan. Kami mencoba memperbaiki lalu tiba-tiba saja menyala kembali. Ini murni sebuah kecelakaan. Maafkan kami!"Orion tak dapat diyakinkan begitu saja hanya dengan kata-kata. 'CCTV sebelum kejadian listrik padam masih menyala, tentunya sempat merekam siapa yang datang ke tempat ini!' pikirnya sambil menuju ke ruangan rahasia di main mansion, pusat kamera pemantau itu. Memutar momen beberapa saat sebelum listrik padam, Orion menemukan memang ada soso
"Harus ada seseorang atau dua dari kita yang mengalihkan perhatian zombie-zombie itu agar mereka menjauh dari sini..." ujar Kenneth dengan suara sekecil dan serendah mungkin."Bagaimana caranya?" tanya Rani dengan nada yang sama."Dua orang dari kita harus keluar berlari secepat mungkin agar perhatian para korban teralih dan berusaha mengejar mereka. Dalam kata lain, dua sukarelawan harus siap sedia menjadi umpan!""Oh, so easy! Aku saja!" Leon hampir berseru saat mengajukan diri. Ia merasa ini akan sangat seru, hampir seperti dalam permainan video game survival horror yang sering ia mainkan saat luang."Apa? Tidak!" Rani tegas-tegas melarang, hampir dengan nada yang sama juga, "Lady Rosemary akan sangat marah apabila sampai terjadi hal yang buruk terhadap dirimu, putra satu-satunya!""Kau khawatir pada diriku? Jika begitu, bagaimana jika kita lakukan berdua saja, Nona Rani?" Leon malah melempar usul yang 'jauh lebih baik' dari sebelumnya!"Kau sudah gila, Anak Muda?" Kenneth merasa ma
"Oh, tidak, jangan sekali-kali kau berani mengucapkan sepatah katapun kepada Orion, atau...""Atau kau akan menyingkirkanku? Kau mulai berani mengancamku? Oh, coba saja. For your information, rombongan pengungsi yang kubawa sesungguhnya bukan orang-orang biasa. Mereka terlihat seperti lansia dan anak-anak yatim piatu pada umumnya, bukan? Namun sesungguhnya mereka adalah pengikutku yang setia dan terlatih. Para mantan jemaat fanatik yang juga telah muak pada kepemimpinan Rev. James yang konvensional dan kaku.""Maksudmu?""Mereka siap untuk melakukan apa saja. Bahkan sebagian besar sudah kulatih menggunakan senjata. Jadi, apa yang dapat kau perbuat sekarang? Mengusir kami dari sini?"Mendengar semua hal mengejutkan itu, Orion semakin merasa harus segera membuka rahasia ini! Sayangnya hingga kini Rani belum juga kembali. Orion tak mungkin hanya buka suara seorang diri. Bukti-bukti pernikahan mereka masih aman tersimpan di ransel Rani. 'Bukannya aku takut, akan tetapi aku tak ingin Rose t
"Oh my God. No. It can't be true! What the... Astaga, apa yang baru saja kulakukan?" Rose sama sekali tak berani melihat akibat dari apa yang baru saja ia perbuat.Orion dan Edward Bennet bersama-sama terjatuh di lantai. Tubuh Orion menimpa punggung si pendeta. Mereka lama diam, tak bergerak-gerak."A-a-apa aku baru saja membunuh suamiku sendiri? Orion Sayang, apa kau baik-baik saja? Maafkan aku! Sungguh, aku tak sengaja! Oh, Tuhan, tragedi apa-apaan ini? Mengapa harus terjadi malam ini?" Rose tak pernah merasa pandangannya sebegitu kabur. Kakinya terpaku di lantai.Namun tak ada jejak maupun percik darah, hanya asap tipis mesiu dari ujung Magnum berperedam. Berarti...Tembakannya meleset?"Uh, what's going on?" rutuk Edward Bennet memecah kesunyian.Orion di atas punggungnya tak lama kemudian segera bangkit, duduk sejenak di lantai lalu perlahan berdiri. "Apa yang terjadi?"Menyaksikan bahwa suaminya tak apa-apa, Rose merasa plong luar biasa sekaligus gundah. 'Astaga, apakah Orion sem
'Cepat atau lambat beliau dan juga keluarga Russell akan dan harus mengetahui semuanya! Apa gunanya aku menutup-nutupi?' Rani menggigit bibir. "Ada apa? Mengapa Nona kelihatannya begitu ketakutan? Mari duduk di ruang tamu dan minum secangkir teh, lalu Anda bisa menceritakannya kepadaku..." John mempersilakan Rani untuk duduk. Menutup dan mengunci pintu, lelaki yang memiliki perawakan dan wajah begitu mirip dengan almarhum kakaknya itu menggentarkan hati Rani. Tak lama kemudian John sudah menghidangkan dua cangkir teh di hadapan mereka. "Maaf, hanya ini sajian yang kami punya, persediaan bahan makanan, minuman dan logistik kami tinggal sedikit. Meskipun bahan makanan di toko-toko yang ditinggalkan pemiliknya di pusat kota masih sangat banyak, tetapi kami harus mengirit amunisi, sehingga hanya bisa sesekali bepergian untuk mengambil, atau lebih tepatnya, menjarah," kisah John singkat sambil menyesap tehnya. "Oh, tidak apa-apa. Ini sudah lebih dari cukup, thank you very much. Saya tur
Lama, tak ada dialog apapun antara John dan Maharani. Suasana begitu sunyi, hampir hampa udara. Akhirnya suara si kakak lelaki Rev. James memecah kesunyian. Sedikit bergetar dan lirih, namun tak ragu mengucapkan semuanya seolah sudah siap sejak lama untuk dikatakan, "Tak apa-apa, Nona. Semua sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Adil. Ia yang memberi, ia yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Tak ayal, setetes air mata turun perlahan di pipinya."Aku turut berduka, Tuan John. Ini tentu sangat berat bagi Anda dan kita semua. Semoga keluarga Tuan Russell dan juga Anda diberikan ketabahan. Apakah Anda ingin datang ke kompleks kami untuk mengetahui segala sesuatu lebih lanjut, sekaligus berlindung di sana? Kurasa Lady Rosemary Delucas takkan menolak kehadiran Anda beserta keluarga-keluarga pengungsi yang tersisa. Kita bisa hidup bersama-sama dan berjuang mempertahankan diri. Kehidupan di bumi ini harus tetap berlangsung."John perlahan-lahan melepaskan genggaman tangan Ran
"I won't ever forget you, Orion. Begitu pula Rani. Kalian berdua akan kuingat selama sisa hidupku!"Bunker itu cenderung nyaman, malah terkesan elegan-mewah. Segalanya tersedia; listrik, bahan pangan, obat-obatan hingga fasilitas bintang lima lainnya. Sangat berbeda dengan dunia atas yang bertambah tak karuan. Lab Barn masih terbakar hebat. Entahlah dengan Kompleks Delucas yang barangkali mulai porak-poranda. Di lokasi bawah tanah ini, Lady Rosemary Delucas terpacak bersama puluhan survivor. Kedua anak kandungnya mengalami luka parah. Entah bagaimana kondisi Leon dan Grace yang sedang berjuang mempertahankan hidup. Mereka masih dalam perawatan darurat staf Lab Barn yang selamat dan ikut turun bersama penghuni Kompleks Delucas lainnya. Lady Rosemary belum mampu menjenguk mereka, batinnya masih sangat terguncang."Aku berjanji, suatu hari nanti akan keluar dari sini dan melakukan pembalasan, Orion, Maharani, Magdalene! I won't ever forget you all, just wait and see!"**********Beberapa
"Bagaimana sekarang, Orion?""Lari, Rani. Mungkin ini tindakan pengecut, tapi kita memang tak punya apa-apa, tak bisa melumpuhkan makhluk ini. Meskipun aku masih punya ide...""Tuan Dokter! Mengapa Anda malah berbuat ini?" Wanita misterius yang mengantarkan Kenneth turut terkejut."Tak usah ikut campur. Terima kasih telah mengantarkanku kemari, tetapi kau juga kini tak kubutuhkan lagi! Saksikan saja pertunjukannya dan semoga terhibur. Lazarus, go go go. Kejar mereka. Lakukan apapun yang kau inginkan. I don't care. Ha ha ha ha ha!" Kenneth tak menghiraukan, hanya tertawa-tawa."Rani, kita segera keluar dari Kompleks Delucas. Mungkin kita harus berkorban, namun tidak di sini. Kita giring Lazarus sejauh mungkin... Segera, ke sepeda motorku!""Ba-ba-baik..." Rani setuju, "Cepat! Namun bagaimana dengan Anda, Ma'am?" Ia masih sempat-sempatnya bertanya kepada wanita pengantar Kenneth."Aku akan baik-baik saja, just leave. Aku belum sempat mengenal Anda berdua, Nona. Namun aku yakin kalian ora
"Ka-kami-kami bukannya tak mau membukakan pintu untuk Anda, Ma'am, tapi kami khawatir jika para penghuni kompleks ini sampai keluar dari sini. Di dalam sini mungkin sedang 'chaos', tetapi di luar sana, dunia juga sedang berakhir. Lady Rose tahu hanya Kompleks Delucas yang masih punya banyak cadangan sumber daya. Sangat berbahaya apabila dunia luar sampai tahu semua ini, juga apabila mereka memutuskan untuk kembali... Maka beliau dengan tegas melarang..."Alasan panjang lebar petugas jaga itu tak bisa diterima Sang Wanita Misterius. Diam-diam dalam genggaman tangannya ada sepucuk handgun, yang ia keluarkan dan acungkan ke petugas di balik gerbang ganda besi. "Tuan, Anda pilih, nyawa Anda atau buka gerbang ini sekarang juga!"Petugas itu gentar seketika. Meskipun ia patuh pada titah Lady Rose, ia tak mampu menyangkal ia pun takut kehilangan nyawa. "Ba-ba-baiklah!"Tak lama, pintu gerbang terbuka setelah barikade-barikade disingkirkan. Para survivor yang tak sabar hendak keluar seketika
"Jika tidak kulakukan sekarang juga, sesungguhnya aku takkan pernah bisa 'beristirahat dengan tenang' walau dalam bunker nyaman penuh pangan dan segala kebutuhan hingga akhir zaman!" monolog Lady Rosemary sambil menggenggam erat sesuatu dalam saku kanan jubahnya."Mama!" Grace segera pergi dari sisi Rani dan tiba di sisi Sang Bangsawati, belum menyadari apa yang ibunya akan lakukan."Grace, kau pulang juga! Cepat, tunggu apa lagi? Segera masuk ke bunker utama bersama kakakmu yang sudah berada di sana untuk dirawat! Jangan habiskan waktumu di sini!" tepis Rose saat putrinya berusaha memeluk seperti tadi Grace lakukan pada Rani."Ta-ta-tapi Mama juga harus ikut, aku kembali karena menurut titah Papa Orion! Ayo, Ma!" Grace merengek dan meraih lengan ibunya, menarik ke arah bunker. Namun Lady Rose teguh bertahan, "Kau saja dulu, masih ada urusan Mama yang belum selesai di sini!"Suatu firasat buruk tetiba menghinggapi Grace. Ibunya tadi sudah mengeksekusi Edward Bennet Si Pendeta Pengkhian
Orion tak perlu memastikan bahwa ia sedang berhadapan dengan sosok yang mungkin akan menjadi lawan pamungkasnya. Mungkin juga hal terakhir yang dilihatnya di dunia ini. Bukan teman, bukan musuh, bukan siapa-siapanya. Akan tetapi pada titik ini hanya ada satu yang akan selamat, entah dirinya sendiri atau..."Lazarus!"Sosok pria beranggota tubuh asimetris tinggi besar yang keluar dari dalam kobaran api itu sedang terbakar hebat. Namun tubuh hangusnya seolah-olah takkan pernah habis. Bagaikan boneka arang raksasa nan masih panas membara, ia melangkah perlahan. Semakin dekat ke tempat di mana Orion dan Grace berada.Orion berseru selantang mungkin, "Grace, tunggu apa lagi? Cepat pergi dari sini!""Tapi, Orion, aku... Ba-ba-baiklah, aku..." hampir pingsan karena sesak lahir batin, Grace tak mampu lagi menahan diri, "Orion, terima kasih, selamat tinggal, good luck!" Berurai air mata, Sang Putri Bungsu akhirnya berbalik dan angkat kaki secepat yang ia bisa."Terima kasih kembali, Grace, suda
"Anda harus menolongku, Ma'am! Sebab dunia ini , secara harfiah, sebenarnya berada dalam genggaman tanganku!"Kenneth tak tahu mengapa ia tiba-tiba saja mengatakan hal itu kepada wanita asing penyelamatnya, yang baru saja ia kenal. Ia teringat pada hal penting yang sedang ia kerjakan, sesuatu yang belum lama ini ditemukannya secara 'kebetulan'. Ia merasa harus segera menunaikan tugasnya, jika tidak...Wanita itu menggeleng, "Tidak mungkin, dan aku sama sekali tak mengerti. Apa maksud Anda, Tuan?""Aku sesungguhnya seorang dokter, ilmuwan yang secara rahasia turut bekerja sama dengan EHO, sayangnya vaksin untuk mencegah Octagon-33 belum sempat kami temukan dalam waktu sesingkat ini! Virus kali ini jauh lebih sulit dan ganas daripada Virus Hexa-19. Seiring penelitianku, aku berhasil menemukan antivirus sebagai pengganti peluru dan cara membunuh zombie! Seiring itu, kemarin aku bahkan menemukan suatu cara lagi untuk 'menghidupkan' kembali zombie yang sudah mati! Hebat, bukan? Meskipun bel
Bagai tersadar dari mimpi, Lady Rose tersentak. Diturunkannya senjata, akhirnya tak jadi mengeksekusi wanita muda yang pasrah itu. "Walau seandainya Nona Maharani Cempaka tidak ada lagi, itu juga takkan bisa mengubah fakta jika kegilaan betul-betul terjadi! Cepat atau lambat, kita semua pada akhirnya akan mati!"Orion belum terlalu lega, namun ia sedikit banyak merasa harus bersyukur. "Rose, terima kasih. Meskipun kau telah mengelabui keluargaku, akan tetapi kurasa kau masih punya sebetik hati nurani dan kesempatan. Sekarang, kami mohon bawa Leon dan Grace pergi jauh-jauh dari sini! Kurasa memang sudah tiba saatnya semua kegilaan ini diakhiri. Walau dokter Kenneth tak hadir di sini, meski seharusnya ia yang bertanggungjawab atas segalanya, saatku telah tiba, aku rela menjadi pahlawan." Orion tahu bahwa tak ada pilihan lain. Di antara mereka semua kini hanya ia satu-satunya pria dewasa yang dapat menembak dengan jitu. Mungkin itu bisa menolong untuk beberapa saat, memperpanjang hidup s
"Nona Maharani Cempaka! Jika benar kau penyebab putraku Leon jadi terluka parah seperti ini, apalagi jika ia sampai mati, kau juga harus menanggung semua akibatnya!"Suara lantang Lady Rosemary Delucas itu membuat semua orang makin terdiam. Tak ada yang berani membantah kata-katanya. Senjata api dalam genggamannya takkan segan-segan ia kokang dan letuskan seperti saat mengeksekusi Edward Bennet, Sang Pendeta Gadungan."Tidak. Sebaliknya, kami malah berusaha keras menyelamatkan anak Anda. Sesungguhnya Leon hendak bunuh diri dalam misi 'Go Downtown for Hunting' yang gagal!" Rani akhirnya berhasil mengumpulkan segenap keberanian dan mengeluarkan semua uneg-unegnya.Sesaat dua saat Lady Rose terdiam, namun alih-alih terkesan, ia malah berseloroh, "Oh, jadi aku sekarang harus bersyukur, berterima kasih dan menyembahmu, wahai Ibu Guru Perebut Suami Orang?"Masih di bawah todongan Magnum 'istri pertamanya' itu, perlahan Orion berkata untuk membela 'istri keduanya', istrinya yang sejati, "Maha
Pintu ganda Lab Barn nan kukuh dan tinggi besar itu bergetar semakin hebat. Seseorang atau sesuatu sepertinya sedang mengamuk di baliknya. Terkunci di dalam, sepertinya para staf berhasil membuatnya kesal. Meraung-raung tak jelas sambil berusaha keras untuk mendorong dengan segenap tenaga, ia takkan berhenti sampai berhasil membobol jalan keluar satu-satunya!"Monster mengerikan macam apa sebenarnya yang ada di balik sana?" Lady Rose masih berusaha keras menyelidiki apa yang terjadi, menginterogasi staf-staf Lab Barn yang tampak sangat ketakutan itu."Tidak tahu, Ma'am. We're not really sure. Sebenarnya tak ada yang benar-benar tahu makhluk 'hidup' seperti apa di balik pintu itu. Dokter Kenneth Vanderfield pernah berkata bahwa ia berusaha menemukan vaksin. Namun bersamaan dengan proyek itu ia juga berhasil menemukan antivirus atau toksin yang bisa membunuh Virus Octagon. Ya, seperti senjata rahasia yang kini ia bawa ke misi pencarian bahan bakar di Chestertown itu. Sayangnya, ia menutu