Daphney tertawa kecil, tatapannya terpaku pada wajah Elvina. "Orang yang dia temui di rumah sakit dan yang disukainya itu kamu. Elvina, kamu tahu semua itu, jadi kenapa repot-repot datang ke sini untuk membuatku muak? Kenapa aku harus menjenguk pria yang nggak suka aku?""Kalau kamu tahu dia nggak suka amu, kenapa waktu Dexton menukar video itu dengan biola, kamu langsung memberikannya tanpa ragu-ragu? Kenapa waktu kamu melihat video aku dan Raiden di momen intim, kamu sampai marah dan hampir keguguran?" Elvina balik bertanya.Melihat Daphney menggigit bibirnya dengan kesal, Elvina mencondongkan tubuh dan mendekatkan wajahnya ke arah Daphney."Sejak pertama kali aku makan malam di rumah Nenek dan mendengar cerita tentang masa lalumu dan Raiden, aku sudah tahu apa yang ada di kepalamu.""Daphney, kamu nggak pernah mencintai Raiden.""Kamu bersama Raiden karena dia bisa memberimu semua yang kamu inginkan. Kamu tahu dia akan mewarisi Keluarga Tjandra dan itu akan menjadikanmu Nyonya Tjand
Nora gemetar hebat, amarah bercampur ketakutan menyelimuti wajahnya. "Elvina, besar sekali nyalimu! Kamu nggak takut sama pembalasan anakku ....""Jadi, kamu milih anakmu mati, ya?" Elvina memotong kata-katanya dengan nada dingin. Dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebutir pil kecil."Elvina, aku pegangkan ponselnya," ujar Sisca yang maju tanpa ragu dan mengambil alih ponsel Elvina. Dia memastikan video tetap menyorot Daphney dan situasi mereka. Di sisi lain, Keanu bersandar malas di pintu, menyaksikan semuanya dengan senyuman tipis di wajahnya. Dia merasa bahwa di perusahaan besar seperti Grup Polaris, pasti ada orang yang akan terkejut menyaksikan sisi dingin dan tegas Elvina.Namun, Sisca justru berbeda. Bukan hanya tidak takut, dia malah membantu dengan penuh semangat. Sungguh pasangan yang menarik.Tubuh Daphney langsung menegang melihat pil itu. "Kamu berani, Elvina? Coba saja kamu sentuh aku!"Elvina tidak menjawab. Dia hanya membuka paksa mulut Daphney dengan tenang. Di
"Daphney, aku mohon ... lepaskan ibuku ...." Daphney menangis memohon kepada Elvina. "Aku akan minta maaf, kamu boleh memperlakukan aku sesukamu, tapi kenapa harus menyiksa seorang wanita tua?"Elvina membungkuk sedikit, menghapus air mata Daphney dengan jari-jarinya. "Menyakitkan sekali, ya? Waktu aku memohon agar kamu melepaskan Peter, apa yang kamu lakukan? Kalau kamu nggak ngutus orang untuk mengejarku, aku dan Peter pasti sudah keluar negeri. Setelah aku pergi, ancaman apa lagi yang bisa kuberikan kepadamu?"Mengingat Peter yang meninggal di pelukannya, rasa sakit itu kembali mengiris hati Elvina. "Aku bukan orang yang kejam sejak lahir. Tapi bagaimana orang memperlakukanku, itulah yang akan mereka dapatkan kembali.""Daphney, semua ini adalah hasil dari perbuatanmu sendiri."Elvina melirik ke arah Keanu. "Punya rokok?" tanyanya.Keanu mengeluarkan sebungkus rokok dari saku jas putihnya, menyerahkannya sambil bertanya penasaran, "Mau rokok buat apa?"Elvina mengambil sebatang, men
Ketika mereka bertiga keluar dari vila, langit sudah berubah menjadi gelap. Dengan gayanya yang santai, Keanu menguap lebar dan meletakkan lengannya di pundak Sisca yang ramping. Dia menepuk pipi Sisca dengan iseng dan berkata, "Aku sudah sibuk seharian untuk bosmu. Menurutmu, aku pantas nggak kalau ditraktir makan besar?"Sisca berpikir sejenak sebelum tersenyum cerah. "Oke! Gimana kalau aku traktir makan udang saus pedas? Kemarin aku makan di salah satu warung kaki lima. Rasanya luar biasa!"Keanu mengangkat alis, matanya yang penuh pesona tertawa riang. "Asalkan enak, aku nggak akan menolak."Namun, Elvina langsung mengayunkan tasnya untuk menyingkirkan lengan Keanu dari pundak Sisca dan menarik Sisca pergi. "Jangan terlalu dekat sama Keanu. Dia sudah dua kali menyentuhmu."Sisca hanya tertawa dan mengibaskan tangannya dengan santai. "Tenang saja. Dia kan gay. Di matanya, aku ini cuma saudara perempuannya!"Mendengar ucapannya, Elvina tidak bisa menahan tawa. Sementara itu di belaka
Sisca tak mampu mengalahkan Keanu. Setiap kali ia selesai mengupas daging udang, daging tersebut selalu berakhir di mulut Keanu sebelum Sisca sempat memberikannya kepada Elvina. Hal ini membuat Sisca hampir menangis karena kesal.Akhirnya, Sisca mulai pasrah membagi daging udang yang dia kupas: satu untuk Elvina dan satu untuk Keanu. Barulah Keanu berhenti melakukan "serangan mendadak".Setelah selesai makan di warung kaki lima, Elvina meminta Keanu mengantarkan Sisca pulang, sementara dia memutuskan untuk naik taksi ke rumah sakit.Saat tiba di rumah sakit, dia memberikan anggukan kecil pada penjaga di pintu masuk sebelum melangkah masuk ke dalam kamar pasien. Walaupun hanya dua minggu sejak terakhir kali dia datang, Elvina merasa kamar itu terasa sedikit asing. Namun, pria di tempat tidur itu masih tertidur lelap, sama seperti sebelumnya.Elvina masuk ke kamar mandi, membasuh wajahnya, dan keluar lalu duduk di tepi tempat tidur. Dia memandang pria itu dengan tenang. Pria yang telah k
Setelah lebih dari satu bulan tidak bicara, suara Raiden menjadi sangat serak. Keanu segera mendekati tempat tidur dan melambaikan tangan di depan wajah Raiden. "Raiden, lihat, ini angka berapa?"Raiden tampak tenang, seolah sudah menyadari sesuatu. "Aku nggak bisa melihat."Ekspresi Keanu berubah drastis. Dia mahir dalam bidang medis, tetapi tidak semuanya bisa dia atasi. Dia memutuskan untuk memanggil dokter spesialis mata.Namun, sebelum Keanu pergi, Dexton sudah mengambil sepasang sumpit dari meja dan mendekati tempat tidur. Dengan gerakan cepat, dia mengarahkan sumpit ke mata Raiden.Tiba-tiba, tangan Raiden terangkat menangkap pergelangan tangan Dexton dengan kuat. Mata Raiden tetap tenang, bahkan tidak berkedip. "Dexton, aku memang nggak bisa melihat, tapi aku bisa mendengar suara."Melihat Raiden tidak berpura-pura, Dexton menarik kembali tangannya dan tertawa sinis. "Siapa sangka, seorang presdir Grup Polaris sekarang bukan cuma lumpuh, tapi juga buta.""Lalu, menurutmu ini ka
Dexton tertegun sesaat, lalu segera memahami maksud Raiden. Baru saja dia mengejek Raiden, padahal mereka berdua sama-sama tidak lebih baik."Awas saja kalau sampai ada kesalahan," ujar Dexton sambil mengenakan kacamatanya dengan nada penuh peringatan. "Kalau Elvina terluka sedikit saja, aku nggak akan melepaskanmu!"Saat percakapan mereka selesai, Keanu masuk dengan membawa seorang dokter yang tampak tergesa-gesa. Dexton melipat lengan bajunya, bersiap untuk mengangkat Elvina dari tempat tidur. Namun, tangan Raiden tetap memeluk pinggang Elvina dengan erat."Lepaskan dia! Dia nggak bisa terus berada di sini, ini akan mengganggu dokter memeriksa matamu!" ujar Dexton tajam."Dokter memeriksa mata, bukan memanjat tempat tidur," balas Raiden dengan datar. "Dia istriku.""Omong kosong soal istri!" Dexton langsung memaki, emosinya meledak. "Kau benar-benar nggak tahu malu menyebut hubungan kerja seperti itu!""Tenang, tenang ...." Keanu berusaha menenangkan, sambil mendorong Dexton menjauh.
Elvina tidur dengan lelap hingga terdengar dering telepon. Dia mengulurkan tangan ke arah sumber suara, sepertinya seseorang sudah meletakkan ponsel itu di tangannya.Elvina mengintip layar ponsel dengan mata setengah terbuka sebelum menjawab. "Halo?""Elvina, kabar tentang kematian Nora sudah tersebar." Suara di ujung telepon adalah Sisca. "Sekarang di depan kantor penuh dengan wartawan. Mau aku jemput kamu?""Nggak perlu, aku akan langsung ke kantor sebentar lagi.""Oke!"Setelah menutup telepon, Elvina melirik jam di layar ponselnya dan tersentak. Sudah hampir pukul sembilan pagi.Aneh, biasanya dia selalu terbangun lebih awal meski tanpa alarm. Kenapa bisa tidur selama ini? Kemudian, dia teringat sesuatu. Sebelum tangannya menyentuh meja untuk meraih ponsel tadi, seseorang sudah lebih dulu meletakkan ponsel di tangannya. Selain itu ... pinggangnya terasa berat, seolah ada sesuatu yang melingkar di sana.Elvina menunduk dan melihat sebuah lengan yang kuat melingkari pinggangnya. Sek
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S