Elvina menahan dorongan untuk melempar ponselnya ke wajah Raiden.[ Itu kamu yang maksa aku! Terserah kamu mau minum obat itu atau nggak, yang sakit perut kan kamu! ]Dia meletakkan obat di atas meja kecil di samping tempat tidur, lalu mengambil baju tidur dan masuk ke kamar mandi untuk mandi.Setelah mandi, Elvina sekalian mengeringkan rambutnya di kamar mandi, berpikir Raiden pasti sudah meminum obatnya. Namun, saat dia keluar dan melirik ke meja kecil di samping tempat tidur, dia menemukan obat itu masih utuh. Sementara itu, Raiden duduk bersandar di sisi lain tempat tidur sambil memegang buku tentang keuangan yang dibawa Elvina saat perjalanan dinas.Elvina benar-benar tidak habis pikir dengan pria ini!Dia menarik napas dalam-dalam, mengambil dua butir obat dari kotaknya, lalu berjalan mengitari ujung tempat tidur dan mendekati Raiden. Dia menggigit dua butir obat itu di mulutnya, membungkuk, dan langsung mencium pria itu.Raiden tertawa pelan. Dia melempar buku yang dipegangnya,
Elvina refleks menggelengkan kepala. Namun ketika mengingat mimpi itu terlalu mengerikan, dia kembali mengangguk pelan.Cahaya bulan di luar kaca berpendar masuk, membuatnya bisa melihat wajah pria di sisi tempat tidur dengan jelas. Elvina merapatkan bibirnya, lalu menarik selimut dan membungkus dirinya rapat-rapat.Beberapa detik kemudian, dia mulai bergerak di bawah selimut dan merayap pelan-pelan mendekati sisi Raiden.Elvina menyingkirkan bantal di tengah tempat tidur, lalu menyelinap masuk ke dalam selimut Raiden dan memeluk pinggangnya yang kokoh. Hati yang semula gelisah akhirnya merasa tenang."Kamu sendiri yang datang ke sini." Raiden tertawa pelan, lalu menarik selimut ke bawah agar kepala Elvina tidak tertutup karena khawatir napasnya terganggu. Jari-jarinya menyelusup ke rambut tebal Elvina, mengusap lembut kulit kepalanya dengan ujung jemari hingga membuat tubuhnya lebih rileks."Tidurlah, babi kecil."Elvina mengingat tulisan yang dia ketik sebelum tidur, merasa seperti w
Saat makan siang, Elvina dan Raiden pergi ke restoran hotel. Namun, begitu kembali ke kamar, pintu mereka mulai diketuk satu per satu. Yang datang adalah para manajer toko dari berbagai merek pakaian wanita di Moon Plaza.Berdasarkan ukuran tubuh Elvina, mereka membawa puluhan koleksi busana terbaru musim ini. Mulai dari gaun malam hingga pakaian kasual, semuanya lengkap. Beberapa merek mewah bahkan menawarkan koleksi terbatas, di mana jika Elvina memilih salah satunya, pakaian tersebut tidak akan dijual di gerai mana pun di seluruh negeri.Sepanjang sore, Elvina sibuk memilih pakaian di ruang tamu. Sesekali, dia membuka pintu dan mempersilakan manajer toko masuk sambil membawa baju.Sementara itu, Raiden memindahkan pekerjaannya ke kamar tidur.Saat jarum jam menunjukkan pukul enam sore, Elvina sudah memilih lebih dari 30 pakaian, ditambah 6 gaun malam. Dengan perasaan sangat puas, dia mengenakan gaun hijau yang dibawanya dari rumah dan pergi ke restoran bersama Raiden.Elvina memakai
Elvina yang sudah selesai mengikat rambutnya, langsung melompat ke dalam kolam renang dan berenang dengan lincah. Sesekali, ketika kepalanya muncul ke permukaan, dia melihat Raiden sedang duduk di area istirahat sambil berbicara dengan Peter dan Owen.Elvina melambaikan tangan ke arah Peter, mengisyaratkan agar dia ikut turun untuk bermain. Namun, Peter hanya menggelengkan kepala, menolak ajakannya.Sementara itu, beberapa tamu hotel yang baru saja check-in belum tahu kalau kolam renang itu sudah dipesan secara pribadi. Mereka datang dengan anak-anak yang sudah mengenakan pakaian renang, tetapi langsung dihentikan oleh petugas di pintu masuk."Maaf, Bu, kolam renang outdoor ini sudah dipesan. Di lantai 12 ada kolam renang indoor yang bisa digunakan, silakan bawa anak Anda ke sana," ujar petugas dengan sopan.Wanita itu terlihat kesal. "Aku bayar mahal untuk nginap di hotel ini, tapi anakku bahkan nggak bisa berenang di kolam ini?"Petugas itu tetap menjawab dengan sopan, "Kolam renang
Raiden menelan ludah, lalu berjalan menuruni tangga dengan langkah lebar dan berjongkok di tepi kolam renang. "Elvina," panggilnya.Elvina yang baru saja menyelesaikan satu putaran berenang bersama beberapa anak kecil, mendengar suara rendah itu dan muncul dari dalam air. Dia berenang ke tepi kolam tempat Raiden berada. Rambut basahnya menempel di pipi dan dia mendongak dengan wajah sedikit kebingungan menatap pria itu.Raiden menatap mata Elvina yang basah berkilauan, lalu berlutut di satu kaki dan menundukkan tubuhnya. Tangannya memegang bagian belakang kepala Elvina dengan lembut, kemudian mengecupnya dengan penuh kelembutan."Wah!"Suara sorakan langsung meledak dari anak-anak di sekitar kolam. Beberapa dari mereka bahkan menutup mata dengan tangan mereka."Mama bilang orang dewasa kalau ciuman itu nggak boleh dilihat!""Paman itu keterlaluan sekali! Belum minta izin dari Kakak, tapi langsung cium dia ....""Betul! Kita laporkan saja ke polisi!"Di area istirahat, Peter sedang dudu
Begitu kembali ke kamar, Elvina langsung mendorong Raiden menjauh dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Ketika rambutnya baru selesai dikeringkan, Raiden sudah menghampirinya. Dengan tangan yang mencengkeram pinggangnya, dia mengangkat Elvina dan mendudukkannya di atas wastafel.Elvina hanya mengenakan baju tidur tipis bertali, tubuhnya langsung menggigil ketika menyentuh permukaan marmer yang dingin.Baru saja dia mengernyitkan alis, Raiden sudah menunduk dan menciumnya. Kehangatan tubuh pria itu menjalar ke telapak tangan Elvina, membuatnya seketika melupakan dingin di bawahnya.Ciuman itu berlangsung lama. Saat Elvina akhirnya menyandarkan tubuh ke belakang untuk menarik napas, samar-samar dia melihat sesuatu berwarna ungu di dada Raiden yang telanjang.Dia langsung tersadar dan menatap dengan jelas, melihat sebuah tato kecil berbentuk bunga bakung berwarna ungu muda di dadanya. Ketika Raiden kembali mendekat untuk menciumnya lagi, Elvina langsung mendorongnya keras dan bahkan menen
Tatapan sang pembuat tato jatuh pada Elvina yang sedang mengetik di ponsel, lalu segera paham bahwa dia tidak bisa berbicara. Setelah tertegun sejenak, dia menjawab, "Itu tergantung seberapa besar desain tato yang diinginkan. Kalau kecil, bisa ditutup dengan desain baru di posisi yang sama."Elvina mengangguk, kemudian berbalik menatap Raiden dan mengetik."Kamu mau lepas sendiri, atau aku yang bantu?"Raiden terdiam, teringat bagaimana dia pernah mengucapkan kata-kata serupa pada Elvina di hotel beberapa waktu lalu. Dia tidak menyangka hari ini Elvina akan membalas dendam. Wajahnya yang dingin menunjukkan ekspresi tak berdaya, tetapi akhirnya dia melepas kausnya sendiri.Sang pembuat tato menatap tubuh atas Raiden yang kencang dan berotot dengan tatapan iri. "Pacarmu ini model, ya? Badannya bagus sekali. Aku ke gym bertahun-tahun saja nggak bisa mencapai bentuk seperti ini."Elvina mengetik di ponselnya, lalu menunjuk ke dada Raiden.[ Bos, aku ke sini untuk menghapus tato, bukan untu
Raiden merasakan sensasi menggelitik dari jari-jari Elvina yang menyentuh kulitnya, sehingga dia refleks menangkap tangan Elvina. Saat menunduk, dia melihat wajah Elvina yang tersenyum puas dengan mata yang melengkung bahagia.Dia tertawa kecil, "Sudah puas sekarang?"Elvina mengangkat alisnya, seolah berkata "Tentu saja!".Saat membayar, Elvina bahkan menambahkan 100 ribu sebagai tips. Pembuat tato itu sangat senang. Dia bahkan mengantar mereka keluar toko sambil berkata dengan antusias, "Kalau mau tato lagi, datang saja ke sini. Saya jamin hasilnya pasti memuaskan!"Ketika mereka kembali ke hotel, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana sangat sepi, tetapi Elvina tidak merasa mengantuk sama sekali.Dia masuk ke kamar mandi untuk merawat kulitnya, lalu naik ke tempat tidur dan langsung merangkak ke dalam pelukan Raiden. Dia menyandarkan kepalanya di lengan Raiden, lalu berbaring telentang sambil mengetik di ponsel agar Raiden bisa membacanya dengan jelas.[ Gimana kamu
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S